Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.kristen@blogger.com
Bio-Kristi -- Hulda Clara August Niebuhr
Edisi 103/November 2012
DAFTAR ISI
KARYA: HULDA CLARA AUGUST NIEBUHR
TAHUKAH ANDA: KELUARGA NIEBUHR
Salam kasih,
Dalam edisi ini, Bio-Kristi menampilkan salah satu tokoh pendidikan yang memberi pengaruh besar bagi banyak orang. Dia adalah Hulda Clara A. Niebuhr, satu dari dua belas wanita paling berpengaruh dalam bidang pendidikan kekristenan, yang diulas dalam buku "Faith of Our Foremothers". Bermula dari pengalamannya mengajar anak-anak di gereja ayahnya dan pengajaran teologi yang ia peroleh, Hulda memutuskan untuk terjun di bidang pendidikan dan menulis banyak buku seputar pengajaran kekristenan yang benar. Semasa hidupnya, Hulda telah menyentuh kehidupan anak-anak didiknya, dan setelah ia tiada, bukunya tetap berguna bagi para guru untuk menerapkan metode yang tepat dalam mengajar anak, khususnya tentang cara mengenal Kristus. Seperti apa perjalanan hidup dan karya-karyanya? Simaklah dalam edisi ini.
Staf Redaksi Bio-Kristi,
Kusuma Negara
< http://biokristi.sabda.org >
"Sesuatu yang ingin saya berikan kepada anak perempuan saya adalah kebebasan. Kebebasan adalah sesuatu yang harus diberikan dengan cara memberi teladan, bukan dengan berkhotbah." Erica Jong -- Penulis, Guru
RIWAYAT: HULDA CLARA AUGUST NIEBUHR
(1889 -- 1959) Pendidik
Diringkas oleh: Sri Setyawati
Hulda Clara A. Niebuhr adalah salah satu wanita yang memiliki perhatian besar terhadap pendidikan. Kecintaannya pada pendidikan agama untuk anak-anak dan pemuda, dibuktikan ketika ia bekerja sebagai tenaga pendidik di beberapa gereja selama bertahun-tahun. Lima belas tahun terakhir dari hidupnya yang ia jalani di Seminari Theologi McCormick jurusan pendidikan teologi, memberinya kesempatan untuk meneruskan visi meningkatkan pendidikan Kristen di gereja.
Hulda lahir dalam keluarga saleh dan memiliki akar teologi yang dalam. Ibunya, Lydia Hosto Niebuhr, adalah putri seorang pendeta di Gereja Evangelical Jerman. Ayahnya, Gustav Niebuhr, adalah seorang pendeta di gereja yang berdenominasi sama. Hulda adalah anak sulung dari tiga bersaudara -- Welter, Karl Paul Reinhold, dan Helmut Richard Niebuhr.
Gustav Niebuhr, beranggapan bahwa anak perempuan yang berpendidikan tinggi akan sulit menikah. Menurutnya, pendidikan tinggi itu bukan bentuk emansipasi namun egoisme. Karena itu, Hulda enggan untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi setamatnya dari SMA di Lincoln, Illinois, pada tahun 1906. Ia memilih mengajar di PPA (Pusat Pengembangan Anak) gereja ayahnya dan bekerja di kantor surat kabar lokal.
Namun, setelah menyadari pentingnya pendidikan, ia masuk di Universitas Lincoln (1912). Sayang, kuliahnya terhenti karena kematian ayahnya (1913). Kemudian, Hulda dan ibunya pindah ke Detroit. Di sana, mereka bekerja di lembaga pendidikan agama di Gereja Evangelikal Bethel. Pada tahun 1918, Hulda masuk di Universitas Boston dan meraih gelar sarjana dan master di bidang seni di Sekolah Pendidikan Agama dan Pelayanan Sosial.
Setelah itu, Hulda mulai bekerja. Berikut adalah riwayat karier Hulda.
- Instruktur Divisi Pendidikan Sekolah Dasar di Universitas Boston.
- Asisten profesor di Fakultas Pendidikan Universitas Boston (1927).
- Pengajar di sebuah program lembaga pendidikan di bawah naungan Seminari Teologi Union dan Fakultas Keguruan di Universitas Columbia (1928 -- 1945).
- Guru agama di Gereja Presbiterian Madison Avenue (1930 -- 1945).
- Instruktur pelayanan anak dari Universitas Presbiterian jurusan Pendidikan Kristen yang bekerja sama dengan Seminari Teologi McCormick di Chicago, sebuah sekolah teologi dari Persatuan Gereja Presbiterian (1945).
- Dosen bidang kurikulum di Universitas New York, mengajarkan Alkitab untuk anak-anak, memimpin pujian di PPA gereja, dan mengawasi pengajaran PPA gereja (1938 -- 1946).
- Pengajar di jurusan Pendidikan Kristen dan Pekerjaan Sosial (1949).
- Profesor dan penerima gelar kehormatan di Universitas Lindenwood di St. Charles, Missouri (1953).
- Penulis buku dan artikel (Dia mengirimkan enam artikel kepada International Journal of Religious Education. Isi semua artikelnya menitikberatkan pada pendidikan agama bagi anak-anak dan keluarga).
Berdasarkan latar belakang pendidikan dan perhatiannya pada pendidikan, Hulda merumuskan empat prinsip dasar dari filsafatnya tentang pendidikan agama. Prinsip itu antara lain:
1. Pengajaran dan umat manusia tidak dapat dipisahkan. Ia mengimbau agar para guru PPA gereja dilatih secara formal, dihargai, dan didukung oleh gereja.
2. Penekanan pada pembelajaran yang aplikatif, reflektif, dan transformatif, serta menuntut tanggung jawab siswanya.
Dalam sebuah artikel, "Candy and the Kingdom, How One Group Found an Interesting Pathway to Heroes of Social Welfare" (1933), Hulda menulis, "Perumpamaan tentang seorang Samaria yang baik hati mungkin telah dipelajari dengan sangat baik secara tertulis. Mungkin juga cerita tersebut sudah disandiwarakan dengan begitu rupa, sehingga dapat membuktikan adanya hubungan yang saling memengaruhi antara aktivitas murid dan peningkatan kecerdasan sosial mereka. Namun, metode itu saja tidak membuat para murid lebih peka dan lebih memahami tanggung jawab mereka, terlebih mengenai masalah ras dalam komunitas. Sebuah sekolah mungkin memiliki sistem administrasi anggaran belanja yang sangat berkembang, yang dikerjakan oleh para murid, tetapi itu tidak membuat mereka sadar terhadap tata susila yang lebih luas, dan kita mungkin menyebutnya tidak religius, sebagai implikasi dari beberapa pengalaman ekonomi mereka."
3. Gereja merupakan komunitas orang Kristen yang beriman. Di gereja, orang-orang seharusnya dididik dan didorong untuk maju dengan tetap memegang komitmen sesuai sifat gereja yang inklusif dan bersatu. Ia percaya bahwa gereja merupakan tempat bagi semua orang dari segala umur dan ras. Di sana, mereka seharusnya bisa merasa disambut dan diterima.
4. "Pendidikan Kristen adalah suatu komunitas orang percaya yang berkomitmen untuk membantu masyarakat sehingga mereka dapat mendengar dan melihat sesuatu dengan benar sesuai anugerah Allah. Dengan demikian, mereka ditolong untuk mengetahui harapan yang diberikan kepada mereka, yang dipanggil oleh Allah di dalam Yesus Kristus." Begitulah tujuan pendidikan dari kacamata Hulda. Menurutnya, pengetahuan tentang cerita Alkitab itu penting, tetapi memampukan orang untuk menjalani kehidupan sebagai reaksi terhadap cerita-cerita Alkitab juga penting.
Kontribusi untuk Pendidikan Kristen
Hulda pernah mengajar di Seminari Teologia McCormick dengan bermodalkan pengetahuan teologia dan pengalaman praktis yang dimilikinya sebagai pengajar pendidikan agama di sebuah gereja lokal. Selain itu, pengetahuan dan penerapan iman Kristen di dalam keluarganya pun memberi pengaruh cukup banyak. Kontribusinya pada bidang pendidikan agama juga cukup besar, ini terbukti dari keberhasilan murid-murid yang diajarnya. Hulda berusaha membentuk para siswa sebagai "nenek moyang rohani" bagi anak-anak, pemuda, dan orang-orang dewasa yang akan mereka didik pada masa mendatang.
Kontribusi Hulda bagi pendidikan agama mencakup:
a. Penekanan akan pentingnya pendidikan kekristenan yang direncanakan, kerja sama antara gereja dan orang tua dalam membesarkan anak-anak di dalam iman.
Artikel yang ia tulis untuk Jurnal Internasional Pendidikan Agama, "Parental Education in the Church" (1929), merujuk pada masalah orang tua yang mengirimkan anak-anak mereka ke gereja, agar anak-anak dapat belajar bagaimana menjadi orang Kristen. Ia percaya bahwa usaha-usaha yang dilakukan antara gereja dan orang tua memungkinkan terciptanya kesatuan bentuk dan roh dari iman Kristen.
b. Pemikiran dan demonstrasi pada pengajaran disesuaikan dengan umur siswa.
Dalam penerapan dan pengajaran tentang pendidikan agama bagi anak-anak, Hulda menerapkan metode drama dan cerita. Dalam memperagakan hal ini, perhatiannya kepada anak-anak sama besar dengan saat ia mengajar para mahasiswa teologia. Ia mengadakan pembelajaran di luar kelas dengan cara mengunjungi tempat tertentu seperti pengadilan remaja, dan merefleksikan pelajaran yang sudah mereka pelajari. Mary Duckert, mantan murid Hulda, berkata, "Dalam mengajar, Ibu Hulda menerapkan pengajaran induktif, menggunakan sistem pengajaran dan materi asli, dan melakukan kegiatan bersama antara guru dan murid. Sayangnya, gagasan-gagasan ini tidak banyak dipahami dan dipraktikkan orang." Selain itu, Hulda juga sering memutar film tentang teori perkembangan anak untuk menyiapkan murid-murid agar semakin ahli sebagai pendidik, pendeta, dan pelayan anak-anak.
c. Cara mengajar ala seniman.
Pertanyaan yang menantang bagi pendidikan agama adalah mungkinkah seorang guru Kristen dapat lebih dari sekadar memberitahukan sesuatu, namun tidak mendoktrinasi?
Hulda memerankan perannya sebagai guru seperti seorang artis. Caranya mengikutsertakan murid-muridnya bukan dengan menyampaikan suatu topik dengan pembahasan yang panjang, namun lebih menghidupkannya melalui proses diskusi, seni, dan refleksi pengalaman. Model pendidikan "praktik langsung" seperti ini mengharuskan para murid menyebutkan "pengetahuan" mereka dan merefleksikannya dari sudut pandang mereka, mewakili sebuah cara pengajaran dan pembelajaran yang berbeda dari pengalaman kebanyakan murid pada saat itu (1945 -- 1959).
d. Perlunya regenerasi para pemimpin setia yang telah melayani di gereja sebagai para pendidik, pelayan, penulis dan editor kurikulum, pemimpin dalam bidang hukum, dan profesor seminari.
Robert Worley, mantan Dekan di Seminari Teologia McCormick adalah salah satu muridnya yang menerima tantangannya untuk lulus dari sekolah dan kembali ke McCormick, untuk mengajar pendidikan agama. Ia menerima warisan Hulda sebagai seorang pendidik dan berkata, "Hulda Niebuhr memberikan sebuah visi tentang bagaimana pengajaran seharusnya terlihat. Seorang guru sebagai seniman memberikan gambaran bagaimana ia melihat bahwa semua hal -- alam, seni, drama, cerita, dan musik -- memunyai potensi untuk dipelajari. Peran guru adalah untuk meletakkan kenyataan secara bersama-sama, sehingga murid-murid dapat menemukan dan membuatnya sendiri." Orang lain yang mendapat pengaruh Hulda dan membuat kontribusi penting dalam bidang pendidikan agama adalah Oscar Hussel (pensiun dari Fakultas Seminari Teologia Columbia), D. Campbell Wyckoff (pensiun dari Fakultas Seminari Teologia Princeton), dan Mary Duckert (penulis dan editor kurikulum untuk anak-anak di Gereja Presbiterian, Amerika Serikat).
Waktu dan energinya difokuskan pada pengajaran, kepemimpinan di fakultas, dan seminar kelompok serta keluarga. Meskipun dapat dikatakan bahwa teori pendidikannya dipengaruhi oleh ilmu dan pekerjaannya bersama Walter Athern di Universitas Boston, namun pengaruh terbesar bagi perkembangan tulisan dan pengajarannya bertumbuh dari pembentukan karakternya di dalam keluarga, dan contoh dari orang tuanya, Lydia dan Gustav.
Karya
Buku-buku Hulda: "Greatness Passing By: Stories to Tell Boys And Girls" (1931), "Ventures in Dramatics: With Boys and Girls of the Church School" (1935), "What It Means To Grow Up: A Guide In Understanding the Development of Character" (1947), dan "The One Story" (1948) -- sebuah kurikulum untuk SMP.
Artikel-artikel Hulda: "Doers of the Word", "Parental Education in the Church", "Candy and the Kingdom", "Thanksgiving For Our Time", "Teaching the Bible to Junior Highs Through Dramatization", "Memorial Service: Keep Them Near Thee", "Trying On Life", dan masih banyak lagi lainnya.
Hulda meninggal pada tanggal 17 April 1959. "Dia sudah menjadi contoh yang luar biasa sebagai orang terpelajar yang kreatif dan imaginatif. Hulda Niebuhr telah menyentuh kehidupan siswa-siswanya dengan kebaikan dan kemurahan hati yang ditunjukkan dengan pengabdian dirinya," kesan Presiden Seminari Teologia McCormick, Arthur McKay. Ini merupakan bukti bahwa Hulda Niebuhr hidup sesuai dengan apa yang ia yakini tentang pendidikan, baik di dalam maupun di luar tembok pendidikan teologia. (t/Yusak)
Diterjemahkan dan diringkas dari:
Nama situs: Talbot School of Theology
Alamat URL: http://www2.talbot.edu/ce20/educators/view.cfm?n=hulda_niebuhr
Penulis: Elizabeth F. Caldwell
Tanggal akses: 21 Agustus 2012
TAHUKAH ANDA: KELUARGA NIEBUHR
Disadur oleh: Kusuma Negara
Keluarga Gustav dan Lydia Niebuhr memang keluarga yang berdampak. Selain Hulda yang menjadi profesor divinitas wanita pertama dan pengajar yang disegani, kedua adiknya juga merupakan teolog ternama pada masa itu. Keluarga Niebuhr ini menjadi salah satu keluarga Kristen yang anggota keluarganya paling banyak memberikan kontribusi teologis bagi gereja dan dunia. Adiknya yang pertama (Walter) berkarier di bidang jurnalisme dan bisnis. Ia menjadi tulang punggung keluarga sepeninggal ayah mereka (Pdt. Gustav). Reinhold Niebuhr, adiknya yang kedua, seorang teolog yang ternama karena realisme kekristenannya. Kutipannya yang terkenal adalah "Kapasitas manusia untuk berbuat adil memungkinkan lahirnya demokrasi; tetapi kecenderungan manusia untuk berbuat tidak adil mensyaratkan adanya demokrasi." H. Richard Niebuhr, adik ketiganya, menjadi salah seorang teolog dan sejarawan gereja paling penting pada abad ke-20 di Amerika Serikat. Pengajarannya tentang respons orang Kristen terhadap budaya dunia, dapat dibaca melalui bukunya "Christ and Culture" (1951) dan "Kristus Mentransformasikan Kebudayaan". Buku ini masih menjadi buku pelajaran wajib dalam seminari-seminari hingga saat ini.
Disadur dari:
Nama situs: Levellers
Alamat URL: http://levellers.wordpress.com/2009/11/22/an-appreciation-of-the-family-niebuhr/
Judul asli artikel: An Appreciation of the Family Niebuhr
Penulis: Michael Westmoreland-White
Tanggal akses: 17 September 2012
Kontak: < biokristi(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Kusuma Negara, dan Yonathan Sigit P.
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/biokristi >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-bio-kristi(at)hub.xc.org >