--------------------------------------------------------------------- e-BinaGuru -- MILIS DISKUSI PARA PELAYAN ANAK DAN GURU SEKOLAH MINGGU ---------------------------------------------------------------------
Dear bu Mei,
Terima kasih banyak bu Mei. I'm blessed, saya sangat terinspirasi untuk mengundang para ortu ikut dlm cell group youth yg sdh berjalam.
Apakah boleh dikirimkan email2 dari bu Mei tentang SEA 4/14 setelah email yg ini? Karena email2 stlh email ini terhapus.
Note: Saya baru tahu ada 4/14 dari anak saya yg mengisi sebagai WL di acara pembukaan ......
Tuhan memberkati kita semua
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
From: Meilania Chen <meilania.chen@gmail.com>
Sender: i-kan-binaguru@hub.xc.org
Date: Sat, 6 Oct 2012 16:26:22 +0700
To: Diskusi e-BinaGuru<i-kan-binaguru@hub.xc.org>
ReplyTo: "Diskusi e-BinaGuru" <i-kan-binaguru@hub.xc.org>
Subject: [i-kan-binaguru] [SEA 4/14 window conference] Sharing 1: Peran Ayah
--------------------------------------------------------------------- e-BinaGuru -- MILIS DISKUSI PARA PELAYAN ANAK DAN GURU SEKOLAH MINGGU ---------------------------------------------------------------------
Shallom teman2 ...
Sesuai janji saya sebelum ini, sepulang dari conference, saya pasti akan share di milis :-)
Hanya saja, perlu digarisbawahi bahwa apa yang saya sharingkan bukanlah melulu "laporan pandangan mata" melainkan hasil pengamatan dan opini saya pribadi - jadi sifatnya subjektif yaaa, engga bisa netral :-) Di SEA 4/14 window conference kemarin, saya juga bertemu dengan member e-BG lainnya loh .. so .. silakan ikut berbagi juga yah.
Hal pertama yang berkesan buat saya adalah, dalam sepanjang acara 4 hari tsb, berulang kali ditekankan pentingnya peran AYAH dalam keluarga dan dalam mendidik generasi yang akan datang. Ini sepertinya "barang langka" :-) Maksudnya begini. Biasanya, dalam acara2 yang membicarakan soal ANAK, umumnya yang akan dibahas adalah ttg ANAK tsb (contoh: bagaimana perkembangan anak baik secara fisik, mental, spiritual, atau mungkin masalah2 yang dihadapi oleh anak, dsb) Memang, hal2 tsb "ada" namun tidak menjadi fokus utama pembicaraan. Justru peran AYAH lah yang bolak balik diangkat dan ditegaskan!
Kita sebenarnya tahu kok, kalau keluarga lah yang bertanggung jawab dalam pendidikan anak. Bukan sekolah, bukan gereja, bukan pula aktivis pelayanan anak. Dan kali ini, selain lebih ditegaskan lagi, juga lebih difokuskan pada fungsi AYAH sebagai pemimpin keluarga dan role model - agar anak2 mengenal Bapa yang di surga. Ini bukan cuma teori dan retorika (karena prinsip ini pun kita sudah TAHU, bukan?) Pertanyaannya adalah: sudahkah kita mempraktekkannya?
Saya pernah sharingkan hal ini, tapi sudah lupa kapan tepatnya (dan ini tidak ada dalam conference kemarin). Bahwa anak2 yang tumbuh tanpa ayah yang berfungsi sebagai ayah di rumahnya, apalagi anak2 yang fatherless ... besar kemungkinannya ia akan terlibat dalam kehidupan yang buruk. Penjara, mayoritas dihuni oleh orang2 yang tidak memiliki figur ayah yang baik atau orang2 yang tidak punya ayah - bukan karena ayahnya meninggal, tapi karena kehidupan ayah yang buruk, atau karena ayahnya meninggalkan keluarganya).
Dr. Alemu Beeftu (pembicara 1) - dari sepanjang sesi yang ia bagikan, saya yakin seluruh peserta yang lain juga bisa melihat, bahwa ia adalah seorang AYAH yang luar biasa bagi anak2nya. Bahkan sejak anak2nya masih kecil, ia sudah melibatkan mereka dalam pelayanannya. Ia bercerita bahwa ia mengajak anak2nya melihat peta, dan mendoakan negara2 dimana ayahnya akan berangkat melayani. Setiap kali sang ayah akan pergi, anak2nya lah yang BERDOA dan MENGUTUS sang ayah untuk pergi dan melayani. Wow! Biasanya kepergian ortu diiringi dengan tangisan anak2 yah ... tapi ini justru anak2 lah yang MENGUTUS sang ayah. Bukan hanya itu, setiap kali ayahnya pergi pelayanan, anak2 selalu keep in touch, dan dalam telepon selalu bertanya, "Daddy, berapa orang yang sudah menerima Tuhan Yesus hari ini?" Selama sang ayah dalam pelayanan, anak2nya masih terus berdoa di rumah, baik bagi sang ayah maupun bagi orang2 yang dilayani.
Mr. Ricardo Cosico, saat menyampaikan summary dari conference tsb, tepat berusia 50 tahun. Dan ia membagikan kepada kami semua, isi SMS dari kedua putranya yang sudah besar (usia 21 dan 18 tahun). Dan dari SMS itu kita bisa tahu bagaimana anak2nya dekat dengan sang ayah, dan betapa mereka mencintai serta menghargai ayah mereka. Mr. Cosico juga mengatakan bahwa: kesuksesan kita dalam pelayanan (sehebat apa pun itu!) tidak akan bisa menggantikan kegagalan di rumah. Maksudnya: apa artinya sukses dalam pelayanan kalau kita gagal di dalam rumah kita sendiri. Bahkan sehebat apa pun kita berhasil dalam pelayanan, hal tsb bahkan tidak akan sanggup menggantikan / membayar kegagalan kita di dalam rumah.
Pelayanan anak seharusnyalah dimulai di RUMAH, dengan AYAH sebagai pemimpinnya.
Sayangnya, apa yang kita sedang praktekkan sekarang, terbalik semuanya. Saat ini, terlihat gereja dan berbagai NGO / organisasi2 sosial lah yang lebih aktif dan heboh dalam upaya menjangkau anak2. (tapi ini bukan hal yang salah lho ya .. memang gereja dan NGO perlu untuk menjangkau anak2) Saat ini, guru2 di sekolah dan GSM, yang sepertinya merasa diri lebih bertanggung jawab daripada orang tua untuk pendidikan, termasuk pendidikan rohani bagi anak2. kalau ada yang "tidak beres" dengan anak, maka seringkali yang dipersalahkan adalah: GURU .. ini gimana toh gurunya, kok gak becus mendidik anak! atau mungkin GSM nya .. haduh, di SM diajarin apa sih? Kok anak saya tambah naka aja! Dan biasanya, yang dipersalahkan di rumah adalah .... IBU :-) Ini gimana mamanya, ngurus anak kok ga bisa!
Tunggu dulu! Apa kata alkitab? Benarkah tanggung jawab melayani anak2 ini ada pada para guru di sekolah, para GSM, gereja, dan bahkan NGO? Atau tanggung jawab mamanya? Tidak! Tanggung jawab mendidik anak2 ini seharusnya ada di dalam keluarga, lebih spesifik lagi: para AYAH.
Tapi kenapa dalam realitanya, orang tua "menyerahkan" pendidikan anak2 pada sekolah, dan pendidkan rohani pada GSM atau gereja?
Matthew Ling (pembicara 2) mengatakan bahwa ini ada salah dari gereja juga :-) karena selama ini, gereja sibuk mempromosikan: ayo bawa anak2 ke SM, biar mereka jadi anak Tuhan yang baik, ayo ajak anak2 ikut kegiatan SM, biar mereka jadi anak2 yang taat, dsb.
Lalu, apa yang terjadi? apakah anak2 lalu berubah menjadi anak yang baik, yang manis, yang taat, yang cinta Tuhan? ternyata TIDAK !! Mengapa? karena tugas mendidik anak2 memang bukan di tangan gereja, guru, ataupun GSM, melainkan pada ortu masing2.
Apa yang dilakukan oleh Matthew Ling kemudian sungguh mengagetkan! Selama ini gerejanya sudah melakukan banyak hal dalam pelayanan anak. Bahkan camp anak di gerejanya dihadiri oleh ratusan anak - semua antusias! Kelihatannya itu program yang berhasil, bukan? Tapi Matthew Ling mengatakan: TIDAK !! Karena antusiasme dan semangat itu hanya muncul di bulan2 awal saja ... lama kelamaan, pssss .... hilanglah sudah. semua kembali kepada kehidupan yang "biasa-biasa" saja. Hampir tidak ada perubahan apa pun yang tersisa dari camp yang luar biasa hebatnya tsb. Akhirnya, ia mengundang seluruh jemaat dan mengatakan hal-hal berikut ini:
- Sebagai gembala sidang, ia meminta maaf bahwa ternyata selama ini gereja "bersalah" telah mengambil alih peran orang tua.
- Menegaskan kembali bahwa sebenarnya orang tua lah yang seharusnya bertanggung jawab dalam pendidikan anak.
- Gereja hadir untuk membantu dan memperlengkapi orang tua di dalam mendidik anak-anaknya tsb.
Dan, sebagai solusinya, gereja mulai membuka program baru, yaitu retreat anak DAN orang tua. Bagaimana respons jemaat? Yang hadir hanya sekitar 20-30an keluarga saja. Mana keluarga-keluarga yang lain?
Hal senada juga saya alami di Bandung. Menjelang liburan, banyak ortu melirik program2 gereja atau bahkan program2 sekolah maupun organisasi MANA SAJA (mereka tidak terlalu peduli) - yang penting buat para ortu ini adalah: KEMANA saya bisa "mengirim" anak2 saya selama liburan :-) Mengapa? Karena banyak ortu tidak tahu harus berbuat apa kalau anak2 mereka ada di rumah seharian karena sekolah libur. Jadi, ortu2 ini semangat sekali mengikutkan anaknya ke berbagai program liburan. Bukan dengan tujuan utama untuk perkembangan si anak, tetapi untuk "menyibukkan" anak2 ini selama liburan dan membuat anak2 tsb sebisa mungkin "tidak mengganggu" ortu2 mereka :-)
Bagaimana menurut rekan2?
... (bersambung) ...
Moderator (meilania).
--------------------------------------------------------------------- Bergabung kirim e-mail ke: Berhenti kirim e-mail ke: Untuk arsip: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaGuru ---------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------- Bergabung kirim e-mail ke: Berhenti kirim e-mail ke: Untuk arsip: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaGuru ---------------------------------------------------------------------