Renungan Harian & Leadership Kristen
| Renungan | Bina | Bio | Buku | Doa | E-JEMMi | Kisah | Konsel | Leadership | Wanita | Humor |

Wednesday, July 10, 2013

TRS: (e-RH) Juli 11 -- MENIADAKAN TUHAN

----Email Diteruskan----
Dari: owner-i-kan-akar-renungan-harian@hub.xc.org
Kepada: i-kan-akar-renungan-harian@hub.xc.org
Email Keluar: Rab, 10 Jul 2013 08:10 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: (e-RH) Juli 11 -- MENIADAKAN TUHAN

e-RH(c) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
e-Renungan Harian
Sarana untuk bertumbuh dalam iman & menjadi saksi Kristus
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Tanggal: Kamis, 11 Juli 2013
Bacaan : Mazmur 119:153-160
Setahun: Mazmur 92-100
Nats: Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang
adil adalah untuk selama-lamanya. (Mazmur 119:160)

Judul:

MENIADAKAN TUHAN

Di dalam buku Rondha Byrne, The Secret, diajarkan apa yang sering
kita kenal sebagai salah satu prinsip iman Kristiani. Dikatakan,
untuk "menciptakan" yang tidak ada menjadi ada diperlukan tiga
langkah: meminta, percaya, dan menerima. Bahkan, buku tersebut
menggunakan ayat-ayat Alkitab dan mengutip perkataan para tokoh
Kristen. Padahal, buku tersebut sarat dengan nilai-nilai Gerakan
Zaman Baru. Lalu apa bedanya dengan iman Kristiani?



Perbedaan yang sungguh jelas adalah: The Secret meniadakan Tuhan.
Kita sendirilah yang menjadi 'tuhan'; kita bisa memiliki apa saja
selama kita mengikuti tiga langkah yang diajarkan tersebut. Inilah
masalah seriusnya: hanya mengambil sebagian kebenaran firman Tuhan,
dan mengabaikan kebenarannya yang lain. The Secret mengambil
sebagian prinsip firman Tuhan, sekaligus menghilangkan bagian yang
lainnya.



Iman Kristen mengajarkan hal yang berbeda. Sebagai orang yang
percaya, kita seharusnya percaya bahwa Alkitab adalah mutlak
kebenaran, seluruh isinya adalah firman Tuhan. Apabila kita hanya
mencomot firman yang kita sukai, dan mengabaikan yang tidak kita
sukai, apa bedanya dengan yang diajarkan The Secret? Max Lucado
mengatakan bahwa iman bukanah percaya bahwa Allah akan melakukan
semua yang kita inginkan; iman adalah percaya bahwa Allah akan
melakukan apa yang benar. Iman Kristen bukan menggunakan ayat-ayat
Alkitab yang kita sukai untuk memenuhi keinginan kita, melainkan
menyelaraskan hidup kita sesuai dengan seluruh kebenaran di
dalamnya. --Hendro Saputro

IMAN KRISTEN ADALAH MEMPERCAYAI KEBENARAN FIRMAN TUHAN
DAN MENYELARASKAN KEHIDUPAN KITA DENGAN KEBENARAN ITU

e-RH Situs: http://renunganharian.net
e-RH arsip web: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2013/07/11/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/07/11/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?Mazmur+119:153-160

Mazmur 119:153-160

153 Lihatlah sengsaraku dan luputkanlah aku, sebab Taurat-Mu tidak
kulupakan.
154 Perjuangkanlah perkaraku dan tebuslah aku, hidupkanlah aku
sesuai dengan janji-Mu.
155 Keselamatan menjauh dari orang-orang fasik, sebab
ketetapan-ketetapan-Mu tidaklah mereka cari.
156 Rahmat-Mu berlimpah, ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan
hukum-hukum-Mu.
157 Pengejar dan lawanku banyak, tetapi aku tidak menyimpang dari
peringatan-peringatan-Mu.
158 Melihat pengkhianat-pengkhianat, aku merasa jemu, karena mereka
tidak berpegang pada janji-Mu.
159 Lihatlah, betapa aku mencintai titah-titah-Mu! Ya TUHAN,
hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu.
160 Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang
adil adalah untuk selama-lamanya.

Bacaan Alkitab Setahun:
http://alkitab.sabda.org/?Mazmur+92-100
Mobile: http://alkitab.mobi/tb/passage/Mazmur+92-100


e-RH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
Diterbitkan dan Hak Cipta (c) oleh Yayasan Gloria

Diberkati? Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.
Donasi: Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

TRS: (e-SH) 11 Juli -- Keluaran 25:1-9 - Memberi dari hati

----Email Diteruskan----
Dari: sh@sabda.org
Kepada: i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
Email Keluar: Rab, 10 Jul 2013 08:10 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: (e-SH) 11 Juli -- Keluaran 25:1-9 - Memberi dari hati

e-SH(c) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
e-Santapan Harian
Sarana untuk menggumuli makna Firman Tuhan bagi hidup
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Tanggal: Kamis, 11 Juli 2013
Ayat SH: Keluaran 25:1-9

Judul: Memberi dari hati

Sampai saat ini masih banyak perdebatan di kalangan Kristen mengenai
persembahan, apakah umat wajib memberikan persepuluhan, janji
iman, persembahan khusus ­dan masih banyak istilah lain­ kepada
Tuhan melalui gereja atau berbagai lembaga pelayanan Kristen? Ada
orang yang berprinsip memberi dari kerelaan, ada juga yang
menghendaki konsep yang jelas serta keteraturan dan keterukuran
dalam memberi.

Bacaan hari ini mengajarkan prinsip memberi yang sudah disimpangkan
jauh oleh beberapa ahli Taurat, orang Farisi, maupun imam-imam
pada masa Yesus. Pemuka-pemuka agama ini menekankan kewajiban
memberi semata-mata ritual yang berujung pada kepuasan diri karena
sudah menjalankan kewajibannya. Tuhan memerintahkan orang Israel
supaya mereka memungut bagi-Nya persembahan khusus dari setiap
orang yang terdorong hatinya (2). Lalu memerintahkan mereka untuk
membuat tempat kudus bagi-Nya supaya Dia diam di tengah-tengah
mereka (7).

Persembahan bukan sekadar kerelaan dan komitmen untuk menyisihkan
berkat jasmani ataupun uang. Persembahan harus dimulai dari hati,
sebagai ucapan syukur karena kebaikan Tuhan yang telah menjadikan
mereka umat-Nya atau untuk menyatakan ketundukan dan hormat kepada
Tuhan. Ini sesuai dengan perintah untuk mendirikan tempat kudus
bagi-Nya. Kehadiran Allah di tengah-tengah umat menjadi alasan
paling mendasar untuk memberikan persembahan yang terbaik.
Sebaliknya, hanya saat umat mau melakukan apa yang diperintahkan
Tuhan, yaitu membangun rumah bagi-Nya, barulah kehadiran-Nya akan
mereka rasakan penuh (9).

Jadi bagaimana kita memberikan persembahan? Motivasi yang tepat akan
mendorong kita memberikan yang terbaik. Kita memberi persembahan
karena kita sudah menerima anugerah terbesar, yang tidak terukur
dan tidak bisa dibalas dengan apa pun yang kita miliki. Namun,
dengan memberikan yang terbaik dari uang, waktu, talenta kita,
dst., kita menunjukkan kesadaran akan anugerah tersebut. Allah
pasti berkenan dan mau hadir di tengah-tengah umat-Nya.

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/07/11/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/07/11/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?Keluaran+25:1-9
Mobile: http://alkitab.mobi/tb/passage/Keluaran+25:1-9

Keluaran 25:1-9

1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
2 "Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka memungut bagi-Ku
persembahan khusus; dari setiap orang yang terdorong hatinya,
haruslah kamu pungut persembahan khusus kepada-Ku itu.
3 Inilah persembahan khusus yang harus kamu pungut dari mereka:
emas, perak, tembaga;
4 kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi, lenan halus, bulu
kambing;
5 kulit domba jantan yang diwarnai merah, kulit lumba-lumba dan kayu
penaga;
6 minyak untuk lampu, rempah-rempah untuk minyak urapan dan untuk
ukupan dari wangi-wangian,
7 permata krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk
tutup dada.
8 Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan
diam di tengah-tengah mereka.
9 Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah
Suci dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus
kamu membuatnya."


e-SH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Diterbitkan dan Hak Cipta(c) oleh Persekutuan Pembaca Alkitab
e-SH Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
(e-SH) owner-i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
---

TRS: [i-kan-humor] [e-Humor] 2225 Juli/2013

----Email Diteruskan----
Dari: humor@sabda.org
Kepada: i-kan-humor@hub.xc.org
Email Keluar: Rab, 10 Jul 2013 01:22 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: [i-kan-humor] [e-Humor] 2225 Juli/2013

e-Humor
2225, Juli 2013

Shalom,

Mungkin Anda sering mendengar kata-kata seperti "Mari kita memberikan persembahan untuk memperlebar kerajaan Tuhan di bumi ini," atau "Mari kita memuji dengan sepenuh hati agar Tuhan disenangkan." Namun, tahukah Anda jika ada beberapa hal yang mungkin tidak pernah diucapkan di gereja? Berikut ini adalah hal-hal yang tidak akan pernah Anda dengar di gereja. Mari kita baca bersama-sama.

Staf Redaksi e-Humor,
Yusak
< http://humor.sabda.org/ >


2225. HAL-HAL YANG TIDAK AKAN PERNAH ANDA DENGARKAN DI GEREJA

- "Hei, sekarang giliran saya duduk di depan."

- "Saya sungguh tertarik dengan khotbahmu, tidak terasa khotbahmu sudah lewat setengah jam."

- "Sesungguhnya, saya merasakan bahwa bersaksi ternyata lebih menyenangkan daripada main golf."

- "Saya mau menjadi sukarelawan untuk mengajar di sekolah minggu seumur hidup."

- "Lupakan aturan penggajian cara gereja, berilah gembala kita gaji supaya dia bisa hidup sama seperti kita."

- "Karena semua jemaat sudah hadir, mari kita adakan kebaktian lebih cepat dari biasanya."

- "Mari kita kerja bakti membersihkan WC gereja."

- "Marilah kita sadar memberi untuk pekerjaan Tuhan agar gereja tidak perlu lagi mengedarkan kantong kolekte, 'kan jadi hemat seperempat jam."

[Sumber diambil dan disunting dari: Manna Sorgawi, November 2006]

Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, --yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota--menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih. (Efesus 4:16) < http://alkitab.sabda.org?Efesus+4:16 >


Kontak: humor(at)sabda.org
Redaksi: Yegar, Amy G., dan Yusak
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-humor/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >


-

TRS: [i-kan-binaanak] [e-BinaAnak] Mengembangkan Potensi Belajar Anak (II)-- Edisi 644/Juli 2013

----Email Diteruskan----
Dari: binaanak@sabda.org
Kepada: i-kan-binaanak@hub.xc.org
Email Keluar: Rab, 10 Jul 2013 00:59 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: [i-kan-binaanak] [e-BinaAnak] Mengembangkan Potensi Belajar Anak (II)-- Edisi 644/Juli 2013


e-BinaAnak -- Mengembangkan Potensi Belajar Anak (II)
644/Juli/II/2013

Salam damai Kristus,

Salah satu cara yang bisa dilakukan gereja untuk menolong mengembangkan potensi belajar anak adalah dengan metode belajar aktif dalam sekolah minggu. Salah satu contohnya adalah dengan metode 'brainstorming' atau yang biasa disebut dengan "curah gagasan". Dalam metode ini, anak-anak akan belajar firman Tuhan dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas, dan kemudian anak yang lain menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga masalah tersebut mungkin akan berkembang menjadi masalah/ide yang baru. Brainstorming dapat juga diartikan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari para murid dalam satu sesi pelajaran. Hal ini akan menolong anak untuk belajar berpikir cepat, kreatif, dan memecahkan masalah bersama.

Kami mengajak Rekan-Rekan semua menyimak bahan mengajar yang menggunakan metode brainstorming dalam edisi e-BinaAnak kali ini. Kiranya, ini dapat dikembangkan menjadi salah satu metode mengajar yang dapat mengembangkan potensi belajar anak.

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Davida
< evie(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/>


"Kita jangan hanya menggunakan otak yang kita miliki, tetapi juga semua otak yang dapat kita pinjam." (Woodrow Wilson)


BAHAN MENGAJAR: KISAH LIMA ROTI DAN DUA IKAN DENGAN METODE BRAINSTORMING

Nasihat yang sangat bijak, 'kan? Sayangnya, kita lebih terbiasa dan dibiasakan untuk hanya menggunakan otak kita sendiri ketimbang memanfaatkan juga otak orang lain yang bisa kita pinjam.

Nah, kali ini, mari kita mencoba menggabungkan otak anak-anak untuk mendesain sebuah pembelajaran yang kooperatif dan menyenangkan melalui sesi Brainstorming.

Seperti layaknya brainstorming atau curah gagasan pada umumnya, kali ini kita akan mengajak anak-anak untuk melakukan sesi brainstorming sebelum masuk dalam pembelajaran firman Tuhan. Perhatikan contoh berikut.

Tema: 5 Roti dan 2 Ikan
Bacaan Alkitab: Yohanes 6:1-15

Ya ampun, kisah 5 roti dan 2 ikan apa tidak terlalu mudah disajikan untuk anak-anak usia SD? Sama sekali tidak. Dan, justru di sinilah letak keajaiban metode ini. Semakin kelihatan mudah materi firman Tuhan yang hendak Anda sampaikan, semakin populer kisah yang hendak anak-anak pelajari, dan semakin kenal anak-anak dengan perikop tersebut, maka akan semakin efektiflah metode ini di tangan Anda!

Prosedur:

1. Bagilah anak-anak menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan masing-masing sekitar 4 -- 5 orang. Mintalah masing-masing kelompok untuk memutuskan satu orang yang akan bertugas sebagai pencatat atau penulis.

Catatan: Jika Anda menganggap anak-anak belum terlalu tahu dengan perikop yang hendak Anda sampaikan, mintalah mereka untuk membaca sendiri (secara pribadi) perikop yang hendak Anda sampaikan tersebut. Setelah semua selesai membaca, mulailah sesi brainstorming.

2. Jelaskan kepada anak-anak bahwa Anda hendak mengajak mereka untuk melakukan brainstorming atau curah gagasan. Anda akan mengajukan sebuah pertanyaan, satu kali saja, setelah itu giliran anak-anak untuk merespons dan menjawab pertanyaan Anda. Tidak perlu ada komentar atau koreksi. SETIAP JAWABAN harus diterima apa adanya dan ditulis oleh si pencatat di kelompok masing-masing.

Catatan: Anda bisa melakukan sesi brainstorming ini bersama-sama atau membiarkan anak-anak melakukannya sendiri dalam kelompok yang sudah terbentuk. Namun, saya sarankan anak-anak tetap berkumpul atau berada bersama kelompok mereka masing-masing.

3. Berikut adalah pertanyaan yang Anda ajukan untuk sesi brainstorming ini: "Jika saya menyebutkan YESUS MEMBERI MAKAN LIMA RIBU ORANG, kata-kata lain apa yang kamu ingat, yang berhubungan dengan cerita tersebut?"

4. Mintalah anak-anak secara bergantian menyebutkan kata-kata yang mereka ingat, misalnya:
- 5 roti - lapar - memecah roti - dan sebagainya.
- Yesus - 5.000 orang - mengucap syukur
- 2 ikan - 12 keranjang - padang rumput
- anak kecil - uang - malam

5. Sementara setiap anak bergiliran menyebutkan kata-kata yang mereka ingat, si pencatat menuliskan jawaban teman-temannya tersebut di atas kertas.

6. Jika waktu telah habis (atau jika anak-anak sudah kehabisan kata-kata), mintalah mereka untuk mulai menyusun atau merangkai kata-kata hasil brainstorming mereka menjadi kalimat-kalimat seperti layaknya sedang mempersiapkan skenario sebuah berita di televisi. Misalnya: Pada suatu hari, Yesus mengajar orang banyak. Di situ ada sekitar 5.000 orang. Saat hari mulai malam, laparlah mereka, dan seterusnya.

7. Di akhir acara, setiap kelompok mempresentasikan hasilnya dan guru membahas proses serta hasil kerja anak. Jika perlu, lakukan koreksi terhadap kesalahan atau hal-hal yang kurang sesuai dengan apa yang tercatat di Alkitab.

Catatan: Sebaiknya, Anda mengajak anak-anak untuk membuka Alkitab dan membiarkan mereka untuk saling mengoreksi hasil kerja kelompok yang lain.

Dalam beberapa kesempatan, saya mempraktikkan sesi brainstorming ini bersama para guru sekolah minggu. Kami semua, yang merasa sudah hafal dengan kisah 5 Roti 2 ikan ini pun, selalu dibuat bingung dengan munculnya kata-kata yang tidak terduga. Justru di sinilah serunya teknik mengajar ini! Misalnya:

- Apakah benar ada kata "padang rumput"? Atau tepatnya, di mana sih Yesus mengajar saat itu?

- Yang benar 5.000 orang ataukah 5.000 orang laki-laki, ya? Jadi, belum termasuk perempuan dan anak-anak, dong? Dicatat tidak ya jumlah perempuan dan anak-anaknya?

Cobalah Anda cek, benar atau salahkah kalimat-kalimat berikut ini.

- Lalu, Tuhan Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk membeli roti agar orang banyak yang lapar tersebut bisa makan.

Coba cek, benarkah Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk membeli roti? Di Alkitab, dicatat bahwa Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk memberi makan, bukan membeli roti untuk orang banyak tersebut. Hanya kepada Filipus, Yesus bertanya, "Di mana kita akan membeli roti, supaya orang-orang ini dapat makan?"

- Murid-murid membawa seorang anak laki-laki yang memiliki 5 roti dan 2 ikan kepada-Nya.

Coba cek, benarkah murid-murid membawa seorang anak laki-laki dengan 5 roti dan 2 ikannya kepada Yesus? Di Alkitab, sebenarnya tidak ditulis bahwa anak yang membawa 5 roti dan 2 ikan itu dibawa datang menghadap Tuhan Yesus.

Kitab Yohanes menulis bahwa Andreaslah yang memberi tahu Tuhan Yesus bahwa ada seorang anak yang mempunyai 5 roti dan 2 ikan.

Nah, biasanya, saya membiarkan anak-anak atau para peserta training dihujani berbagai pertanyaan, keraguan, sanggahan, dan sebagainya, TANPA BOLEH membuka Alkitab mereka pada saat itu. Begitu rasa penasaran mulai memuncak, barulah saya izinkan mereka untuk membuka Alkitab dan mencari sendiri jawabannya. Dengan demikian, anak-anak (maupun peserta training) yang mulanya merasa sudah tahu, tiba-tiba menjadi lebih ingin tahu lagi dari sebelumnya.

Sekarang, tibalah kesempatan emas bagi Anda untuk tidak sekadar mengoreksi kalimat yang salah, tetapi mulai menyampaikan tujuan pembelajaran yang telah Anda siapkan. Misalnya, tentang kuasa Tuhan yang tak terbatas, keraguan murid dan keraguan mereka akan kuasa Tuhan; atau mungkin tentang pemberian yang kecil, namun dipakai Tuhan secara luar biasa.

Beberapa perikop lain dalam Alkitab yang juga bisa disajikan dengan metode ini, misalnya:

Perjanjian Lama:
1. Manusia jatuh ke dalam dosa (Kejadian 3:1-24)
2. Menyeberangi Laut Teberau (Keluaran 14:15-31)
3. Jatuhnya Yerikho (Yosua 6:1-27)
4. Samuel terpanggil (1 Samuel 3:1-4:1)
5. Daud dan Goliat (1 Samuel 17)

Perjanjian Baru:
1. Pencobaan di padang gurun (Matius 4:1-11)
2. Maria dan Marta (Lukas 10:38-42)
3. Perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15:11-32)
4. Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:1-13)
5. Kepala penjara Filipi (Kisah Para Rasul 16:19-40)

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Creative Teaching di Sekolah Minggu
Penulis: Meilania
Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2009
Halaman: 91 -- 94


SUA PELAYAN ANAK: MENGEMBANGKAN POTENSI BELAJAR ANAK

e-BinaAnak, 20 Juni 2013: Rekan-Rekan terkasih, menurut Anda, bagaimana gereja/sekolah minggu bisa terlibat dalam mengembangkan potensi belajar anak?

Tri Oktavia Silaban: Melakukan banyak-banyak program yang dapat mengembangkan potensi anaknya. Misalnya lomba menggambar, menyanyi, memasak makanan ringan dll..

Susi Anggraini: Menyiapkan pelayan-pelayan bertalenta yang sungguh-sungguh di dalam Tuhan untuk mengajar dan membuat program yang bisa membantu mengembangkan anak.

Kolor Colorful: Hanya satu jalan terbaik, ajarkan firman Tuhan sedini mungkin. Semakin cepat ada relasi dengan Tuhan, semakin baik. Segala sesuatu sudah tersedia.

Kerren Nevita Maspaitella: Gereja Harus berinteraksi proaktif dengan melihat potensi yang ada pada diri anak-anak sekolah minggu.

Sumber: https://www.facebook.com/sabdabinaanak/posts/10151475633276629


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

TRS: [40-Hari-2013] Mengatasi Tantangan Dunia Muslim/[12]

----Email Diteruskan----
Dari: doa@sabda.org
Kepada: i-kan-buah-doa@hub.xc.org
Email Keluar: Rab, 10 Jul 2013 00:45 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: [40-Hari-2013] Mengatasi Tantangan Dunia Muslim/[12]

40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- RABU, 10 JULI 2013

Mengatasi Tantangan Dunia Muslim

Pernahkah Anda membuat janji untuk sebuah perayaan tahun baru, tetapi Anda gagal menepatinya? Menjelang berakhirnya tahun-tahun 1800-an, gencar didengungkan sebuah seruan di semua perguruan tinggi dan konferensi mahasiswa demikian, "Penginjilan sedunia dalam generasi ini." Demikian juga pada penghujung tahun-tahun 1900-an, seruan serupa telah diproklamasikan, "Gereja untuk setiap orang, dan Injil untuk setiap pribadi hingga tahun 2000 dan seterusnya." Namun, meski ada dorongan yang kuat, Amanat Agung belum juga selesai hingga tahun 1900, tidak juga pada tahun 2000. Para peneliti memperkirakan bahwa pada tahun 1900 terdapat kurang lebih 900 juta orang yang tidak memiliki akses/jalur penghubung kepada Yesus Kristus, kekristenan, ataupun Injil. Hingga tahun 2000, jumlah itu meningkat dua kali lipat menjadi 1,8 miliar orang. Dan saat ini, jumlah itu telah mencapai lebih dari 2 miliar. Banyak di antaranya adalah kaum Muslim.

Membawa "Kabar Baik" kepada suatu dunia yang tidak menginginkan kabar tersebut dan di hadapan orang yang memusuhi berita tersebut, sungguh merupakan sebuah tantangan. Bagaimana kita dapat menghadapi tantangan tersebut sebagaimana adanya?

Kita harus terlebih dahulu mempersiapkan diri, bukan untuk membuat janji, tetapi menjawab tantangan untuk memenuhinya. Ada dua petunjuk praktis/kunci rahasia yang perlu diperhatikan, yaitu:

- Menjadi bagian dari sebuah tim.
Greg Livingstone, sang Pendiri Frontier, suatu kali berkata kepada saya, "Kita tidak perlu lebih mencemaskan tentang suatu tempat ke mana kita akan pergi, tetapi kita harus lebih memedulikan dengan siapa kita akan pergi." Peribahasa Afrika berkata, "Jika Anda ingin cepat pergi, pergilah sendiri. Akan tetapi, jika Anda ingin pergi jauh, berangkatlah bersama-sama."

- Bertekun dalam iman, pengharapan, dan kasih.
Hari ini, Anda berdoa bersama sebuah tim yang besar bagi dunia Muslim. Dan, dunia Muslim itu tidak akan bisa dijangkau tanpa doa yang tekun. Meski begitu, doa harus dilakukan dengan iman, pengharapan, dan kasih terhadap semua orang di dunia Muslim yang dikasihi Tuhan. Greg Livingstone mengatakan bahwa ia sedang berdoa agar lima persen dari dunia Muslim datang kepada Kristus. Mengapa lima persen? "Tuhan memberiku iman lima persen, maka aku akan terus mendoakannya dan melakukan apa pun agar itu terwujud."

POKOK DOA

1. Berdoa untuk tim-tim yang bekerja di dunia Muslim agar bisa saling mengasihi, sebab "dengan begitu semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-Ku" (Yohanes 13:35) dan "kasih yang sempurna mengalahkan ketakutan" (1 Yohanes 4:18).

2. Berdoa agar orang percaya hidup dalam kerendahan hati dan luwes dalam menghadapi tantangan yang ada, dan agar kita diberi "mata yang melihat dan telinga yang mendengar" rencana-rencana Tuhan (1 Korintus 2:9-16).


Kontak: doa(at)sabda.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/40hari/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 oleh e-DOA dan "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"

TRS: (e-RH) Juli 10 -- TERANG DUNIA

----Email Diteruskan----
Dari: owner-i-kan-akar-renungan-harian@hub.xc.org
Kepada: i-kan-akar-renungan-harian@hub.xc.org
Email Keluar: Sel, 9 Jul 2013 08:10 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: (e-RH) Juli 10 -- TERANG DUNIA

e-RH(c) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
e-Renungan Harian
Sarana untuk bertumbuh dalam iman & menjadi saksi Kristus
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Tanggal: Rabu, 10 Juli 2013
Bacaan : Matius 5:13-16
Setahun: Mazmur 88-91
Nats: Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung
tidak mungkin tersembunyi. (Matius 5:14)

Judul:

TERANG DUNIA

Ketika aliran listrik tiba-tiba mati pada malam hari, langkah
pertama yang kita ambil adalah mencari sumber penerangan alternatif.
Kebanyakan orang memilih lilin, mungkin karena harganya terjangkau
dan praktis penggunaannya. Meskipun cahaya lilin tidak seterang
lampu listrik, toh tetap mampu menerangi hampir seluruh ruangan.
Dengan demikian, kita tidak perlu lagi bergelap-gelap dan
sedikit-banyak dapat melanjutkan pekerjaan yang tertunda.



Kehadiran setiap orang percaya di dunia ini -- termasuk Anda dan
saya -- dimaksudkan untuk menjadi terang bagi lingkungan sekitar.
Kita dapat berfungsi sebagai penerang dunia karena memiliki Kristus,
yang adalah Terang Dunia (Yoh. 8:12). Terang Kristus seharusnya
bercahaya untuk umum, bagaikan kelompok rumah dari batu putih di
suatu kota di Palestina memantulkan cahaya matahari.



Terang, yang bersumber dari hubungan kita dengan Tuhan, itu
terungkap melalui hubungan pribadi dengan sesama. Di mana pun kita
ditempatkan, kita ditetapkan untuk menjadi pribadi yang membawa
terang. Salah satu tindakan praktis sebagai wujud menjadi terang
adalah hidup menjadi teladan dalam perbuatan baik, dalam sikap hidup
yang terhormat, dan dalam perkataan yang membangun. Untuk
menopangnya, kita menumbuhkembangkan hubungan dengan Tuhan: terus
belajar firman Tuhan, belajar menjadi pelaku firman, dan melayani
Tuhan. Dalam keadaan apa pun kita berupaya untuk memahami firman
Tuhan dan menerapkannya dalam hidup kita. --Wahyu Barmanto

KRISTUS, TERANG DUNIA, MENERANGI SEKELILING KITA
DI DALAM DAN MELALUI KEHIDUPAN KITA

e-RH Situs: http://renunganharian.net
e-RH arsip web: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2013/07/10/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/07/10/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?Matius+5:13-16

Matius 5:13-16

13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan
apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan
diinjak orang.
14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung
tidak mungkin tersembunyi.
15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di
bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi
semua orang di dalam rumah itu.
16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya
mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang
di sorga."

Bacaan Alkitab Setahun:
http://alkitab.sabda.org/?Mazmur+88-91
Mobile: http://alkitab.mobi/tb/passage/Mazmur+88-91


e-RH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
Diterbitkan dan Hak Cipta (c) oleh Yayasan Gloria

Diberkati? Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.
Donasi: Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

TRS: (e-SH) 10 Juli -- Keluaran 24:12-18 - Tampak bagi kemuliaan Tuhan

----Email Diteruskan----
Dari: sh@sabda.org
Kepada: i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
Email Keluar: Sel, 9 Jul 2013 08:10 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: (e-SH) 10 Juli -- Keluaran 24:12-18 - Tampak bagi kemuliaan Tuhan

e-SH(c) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
e-Santapan Harian
Sarana untuk menggumuli makna Firman Tuhan bagi hidup
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Tanggal: Rabu, 10 Juli 2013
Ayat SH: Keluaran 24:12-18

Judul: Tampak bagi kemuliaan Tuhan

Banyak orang memahami prinsip pendelegasian wewenang dan koordinasi,
tetapi semangat untuk mempraktikkan itu tidak selalu ada.
Kesulitan itu bisa terjadi karena aturannya belum ada atau belum
jelas, atau orang yang menerima pendelegasian itu bukan orang yang
tepat, atau bisa juga berkaitan dengan terlalu besarnya otoritas
yang diberikan kepada orang tersebut.

Teks hari ini memperlihatkan prinsip pendelegasian yang dilakukan Musa
berdasarkan perintah Tuhan. Ada aturan dalam bentuk hukum dan
perintah. Aturan itu jelas, sederhana, dan tertulis. Lalu
diberikan oleh Tuhan kepada Musa, sekaligus untuk diajarkan kepada
bangsa Israel (12). Sebelumnya, Tuhan mengatur orang-orang yang
mewakili umat dalam rangka ratifikasi perjanjian (Kel. 24:1, 9).
Di sini, Musa mengajak Yosua menemaninya ke puncak Sinai. Kepada
Harun dan Hur, Musa mendelegasikan tugas dan otoritas untuk
mengawasi bangsa Irsael (14).

Yosua rupanya sedang dipersiapkan oleh Tuhan menjadi pemimpin yang
akan menggantikan Musa. Yosua telah membantu Musa dalam perang
(Kel. 17:8-16) dan sekarang ia membantu Musa dalam hal rohani.
Harun dan Hur juga merupakan orang-orang yang membantu Musa ketika
berdoa (Kel. 17:10-13). Walau akhirnya baik Harun maupun Hur tidak
melakukan pekerjaannya dengan baik dalam mengawasi bangsa Israel
(lihat pasal 32).

Hal menarik yang kita dapat amati dalam pendelegasian dan koordinasi
dalam urutan konteks cerita ini, berujung pada tampak-Nya
kemuliaan Tuhan dan Musa yang tak tampak lagi karena tertutup oleh
awan (17, 18). Sehingga pelajaran yang sangat ditekankan dari
pendelegasian dan koordinasi ini adalah kepemimpinan dan kehadiran
Tuhan dalam kemuliaan-Nya. Tuhan memakai hukum dan perintah
beserta orang-orang yang dipilih-Nya agar mengarahkan diri kepada
Tuhan. Ini jadi peringatan bagi kita agar apa pun posisi, status,
kemampuan, dan pengalaman kita, seharusnya berada dalam rangkaian
pendelegasian dan koordinasi yang diberikan Tuhan dan memiliki
tujuan bagi hormat dan kemuliaan-Nya.

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/07/10/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/07/10/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?Keluaran+24:12-18
Mobile: http://alkitab.mobi/tb/passage/Keluaran+24:12-18

Keluaran 24:12-18

12 TUHAN berfirman kepada Musa: "Naiklah menghadap Aku, ke atas
gunung, dan tinggallah di sana, maka Aku akan memberikan kepadamu
loh batu, yakni hukum dan perintah, yang telah Kutuliskan untuk
diajarkan kepada mereka."
13 Lalu bangunlah Musa dengan Yosua, abdinya, maka naiklah Musa ke
atas gunung Allah itu.
14 Tetapi kepada para tua-tua itu ia berkata: "Tinggallah di sini
menunggu kami, sampai kami kembali lagi kepadamu; bukankah Harun
dan Hur ada bersama-sama dengan kamu, siapa yang ada perkaranya
datanglah kepada mereka."
15 Maka Musa mendaki gunung dan awan itu menutupinya.
16 Kemuliaan TUHAN diam di atas gunung Sinai, dan awan itu
menutupinya enam hari lamanya; pada hari ketujuh dipanggil-Nyalah
Musa dari tengah-tengah awan itu.
17 Tampaknya kemuliaan TUHAN sebagai api yang menghanguskan di puncak
gunung itu pada pemandangan orang Israel.
18 Masuklah Musa ke tengah-tengah awan itu dengan mendaki gunung itu.
Lalu tinggallah ia di atas gunung itu empat puluh hari dan empat
puluh malam lamanya.


e-SH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Diterbitkan dan Hak Cipta(c) oleh Persekutuan Pembaca Alkitab
e-SH Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
(e-SH) owner-i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
---

TRS: [i-kan-misi] [e-JEMMi] Menggunakan Firman Allah dalam Penginjilan kepada "Saudara Sepupu" -- Edisi 20/Juli/2013

----Email Diteruskan----
Dari: jemmi@sabda.org
Kepada: i-kan-misi@hub.xc.org
Email Keluar: Sel, 9 Jul 2013 00:20 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: [i-kan-misi] [e-JEMMi] Menggunakan Firman Allah dalam Penginjilan kepada "Saudara Sepupu" -- Edisi 20/Juli/2013


e-JEMMi -- Menggunakan Firman Allah dalam Penginjilan kepada "Saudara Sepupu"
No. 20, Vol. 16, Juli 2013

Shalom,

Apa kabar pembaca setia e-JEMMi? Bulan ini adalah bulan suci bagi "saudara sepupu" kita, dan karena itulah tema e-JEMMi pada bulan ini adalah seputar pelayanan terhadap mereka. Pada edisi kali ini, kami membawa ke hadapan Anda sebuah artikel yang adalah bab pendahuluan dari sebuah buku yang ditulis oleh John Gilchrist tentang penginjilan kepada "saudara sepupu" kita. Semoga apa yang kami sajikan ini dapat menolong Anda untuk semakin peduli pada bidang pelayanan misi ini. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati kita sekalian.

Pemimpin Redaksi e-JEMMi,
Yudo
< yudo(at)in-christ.net>
< http://misi.sabda.org/ >


ARTIKEL MISI: MENGGUNAKAN FIRMAN ALLAH DALAM PENGINJILAN KEPADA "SAUDARA SEPUPU"

Penginjilan kepada "saudara sepupu" merupakan salah satu ladang pelayanan kesaksian Kristen yang tersulit. Selama dua abad terakhir, umat Kristen telah mencari berbagai cara untuk dapat membawa "saudara sepupu" kita kepada Kristus. Akan tetapi, pada akhirnya, mereka menyadari bahwa meyakinkan "saudara-saudara sepupu" untuk menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat bukanlah sebuah perkara yang mudah. Dalam pelayanan misi masa kini, agen-agen misi dan para penginjil Kristen telah mengajukan beberapa metode yang menjamin kelangsungan penginjilan terhadap "saudara sepupu", sekaligus memberi hasil sesuai dengan yang diharapkan. Metode-metode itu meliputi penginjilan persahabatan (friendship evangelism), penginjilan relasi (relational evangelism), kontekstualisasi (contextualisation), dan pendekatan pemenuhan kebutuhan (felt-needs approaches) -- semua metode tersebut adalah sebagian metode yang terdapat dalam katalog metode pelayanan misi, yang
diajukan sebagai cara terbaik untuk menjangkau "saudara sepupu" bagi Kristus. Perintisan jemaat di tengah-tengah komunitas "saudara sepupu" juga menjadi bahan studi, diskusi, dan dipersiapkan dalam berbagai bidang sebelum penginjilan dalam bentuk apa pun dijalankan. Hasil penginjilan menjadi tujuan utama, dan jika dimungkinkan, jumlah jiwa yang cukup untuk mendirikan jemaat baru dari "saudara-saudara sepupu" yang bertobat.

Metode-metode penginjilan yang beragam hanyalah satu hal, mengangkat metode itu menjadi satu-satunya cara untuk menjangkau "saudara sepupu" adalah hal yang lain. Di sampul belakang bukunya yang berjudul "Waging Peace on Islam", Christine Mallouhi menulis, "Ketika 'saudara sepupu' merasa ragu terhadap iman kita, dibingungkan oleh pesan yang kita bawa, dan terluka oleh perlengkapan perang kita, maka satu-satunya saksi yang dapat dipercaya adalah hidup kita sendiri. 'Saudara sepupu' perlu melihat Yesus, dan cara paling umum supaya mereka dapat melihat Dia adalah melalui kehidupan kita." Bill dan Jane, sepasang misionaris yang melayani di lingkungan "saudara sepupu" menyatakan dalam buku Phil Parshall yang berjudul "Last Great Frontier", "Jika ingin mengubah status quo, [kita] harus menemukan cara lain agar 'saudara-saudara sepupu' dapat mendapati Kristus di dalam konteks budaya dan komunitas mereka sendiri." (hlm. 178)

Penolakan sengit yang dilakukan para "saudara sepupu" terhadap Injil telah membuat banyak orang Kristen mencari cara alternatif untuk menjangkau mereka demi Kristus, cara-cara yang tampaknya akan memberikan hasil yang diinginkan. Akibatnya, beragam metode yang muncul memiliki embel-embel dogmatis seperti, "Inilah satu-satunya cara!" atau sebaliknya, "Kita membutuhkan cara yang baru!" Namun, pekabaran Injil dengan cara sederhana yang telah memenangkan berjuta-juta penganut agama Hindu dan Buddha kepada Kristus tetap tidak efektif ketika diperhadapkan dengan "saudara sepupu". Dengan demikian, pencarian metode-metode baru tampaknya lebih menjamin hasil akhir yang diinginkan.

Baru-baru ini, saya mendengar sebuah khotbah ibadah Minggu di gereja rumah saya. Pengkhotbah ini menyampaikan khotbahnya dengan sederhana, "Anda tidak dapat membangun Kerajaan Allah. Hanya Allah yang dapat melakukannya. Anda hanya dapat mencerminkan Kerajaan itu melalui kesaksian dan kehidupan Anda." Pernyataan itu meringkas segalanya! Sama seperti yang diungkapkan oleh pemazmur dengan begitu gamblang:

"Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya." (Mazmur 127:1)

Dalam titik ini, situasi ladang pelayanan misi terhadap "saudara sepupu" betul-betul menguji para pelayan Kristen. Apakah mereka akan memercayakan karya pembaruan yang memanggil anak-anak Ismail menuju iman kepada Yesus Kristus? Ataukah mereka akan memaksakan Kabar Baik itu dengan mencari-cari cara menurut hikmat manusia agar dapat membujuk "saudara sepupu" menjadi orang percaya (yang sering kali, dengan menurunkan harga pemuridan yang sejati)? Rasul Paulus sangat sadar akan kenyataan bahwa hanya Tuhanlah, melalui Roh-Nya, yang dapat menarik siapa pun kepada-Nya sehingga ia berkata kepada orang-orang percaya di Korintus,

"Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan." (1 Korintus 3:6)

Yesus Kristus sendiri menyampaikan perumpamaan yang menyatakan hal yang sama ketika ia dikelilingi kedua belas murid-Nya dan orang-orang lain yang mendengarkan pengajaran-Nya:

"Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." (Markus 4:26-29)

Allah sendirilah yang menyediakan pertumbuhan. Dia jugalah satu-satunya yang dapat mendirikan rumah. Manusia yang menanam, menyiram, dan menuai tidak tahu-menahu tentang bagaimana benih yang ditaburkannya itu bertunas dan bertumbuh. Hanya Allah sendiri yang tahu. Penginjilan terhadap "saudara sepupu" harus kembali kepada kesaksian Injil yang sederhana, percakapan satu-satu yang membagikan kebenaran agung tentang kabar baik keselamatan melalui Yesus Kristus, lalu menyerahkan hasil pelayanan itu ke dalam tangan Allah.

Hampir selama 20 tahun, sepanjang tahun 70-an sampai 80-an, saya mendapat kehormatan untuk menjadi salah satu bagian dari sekelompok pemuda Kristen yang mengabarkan Injil kepada "saudara sepupu" di Afrika Selatan, di sebuah provinsi bernama Transvaal. Provinsi itu kini tak ada lagi di peta Afrika Selatan sebab negara itu telah berubah secara dramatis selama 10 tahun terakhir. Meski demikian, daerah itu masih ada; terletak di provinsi paling Utara, di antara Botswana, Zimbabwe, dan Mozambik. Daerah perbatasan itu didiami oleh 50.000 "saudara sepupu", dan kami mengunjungi setiap rumah mereka, satu per satu di tiap-tiap kota. Kami benar-benar mendatangi setiap rumah "saudara sepupu" di provinsi itu, kecuali yang berada di Kota Lenasia, yang terletak di dekat Johannesburg, kawasan komunitas "saudara sepupu" terbesar; kami hanya menginjili setengah dari kota itu.

Kami memperoleh hasil, tetapi bukan itu intinya. Kami menggunakan firman Tuhan secara efektif dalam menjangkau "saudara sepupu"; itulah inti yang sebenarnya. Selama bertahun-tahun, kami bersaksi kepada "saudara sepupu" menggunakan setiap halaman dari Kitab Suci, firman Allah yang kudus, dan sumber utama yang digunakan oleh Roh Kudus untuk menarik setiap manusia kepada Injil. Nilai firman Tuhan demi tujuan kami terangkum dalam ayat ini:

"Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12)

Tidak hanya itu, kami juga belajar dari Kitab Suci sendiri bahwa keuntungan menggunakan Alkitab sebagai dasar kesaksian untuk menginjili "saudara sepupu" adalah karena kita memiliki banyak kesamaan dengan mereka sehingga kita bisa membangun dasar Injil yang kokoh di atas kesamaan-kesamaan itu. Kita akan melihat hal ini lebih dalam lagi.

Contoh Paulus dari Catatan Kisah Para Rasul

Ketika Paulus mengunjungi sinagoge-sinagoge Yahudi yang tersebar di seluruh wilayah Yunani dan Asia Kecil, ia dapat dengan bebas bertukar pikiran dengan semua yang hadir di sana. Ia juga dapat menjelaskan dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias yang lama dinantikan itu. Akan tetapi, ketika ia sampai di Athena dan mengamati kota itu, ia menyadari bahwa ia berada di lingkungan yang amat berbeda. Kota itu penuh dengan berhala dan pasarnya sering kali dikunjungi oleh golongan Epikurean, Stoa, dan filsuf-filsuf lainnya. Kini, Paulus tidak lagi berada di "kandangnya" sendiri. Bagaimana ia menginjili orang-orang yang berasal dari bangsa, budaya, dan warisan religi yang sama sekali berbeda darinya? Akan tetapi, ketika ia berdiri di sidang Aeropagus dan ditantang untuk menyampaikan ajarannya kepada penduduk kota itu, yang menganggapnya telah menyebarkan ajaran baru yang aneh, ia memulai perkataannya dengan:

"Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu." (Kisah Para Rasul 17:22-23)

Ada 2 pelajaran penting yang dapat ditarik dari kedua ayat tersebut. Yang pertama, Paulus mendekatkan dirinya dengan kepercayaan orang-orang yang hendak diinjilinya. Cara terbaik untuk mendapatkan dampak dari prinsip ini adalah dengan menekankan beberapa kata tertentu dalam kalimat pertamanya: "Aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa (religius). Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan ...." Paulus mengambil waktu untuk membiasakan dirinya dengan latar belakang orang-orang yang akan dijangkaunya. Ia mengamati sembari berjalan-jalan di kota itu dan ketika ia melakukannya, ia pun menemukan altar itu.

Dalam menginjili "saudara sepupu", orang-orang Kristen harus mempelajari sebanyak mungkin tentang kepercayaan dan kebiasaan orang-orang yang ingin dijangkaunya. Mempelajari Alquran dan bagian-bagian penting dari hadis akan sangat menolong sebab hanya dengan begitulah seorang Kristen dapat berkomunikasi dengan lebih sensitif, efektif, dan cerdas dengan "saudara sepupu".

Pelajaran kedua yang muncul dari pelajaran yang pertama adalah perlunya mencari kesamaan titik awal, terutama dengan ajaran-ajaran yang 'sejalan' dengan keyakinan dasar kita dan ajaran Kitab Suci. Saat Anda dapat membangun titik awal yang sama, maka Anda akan dapat mendengar dengan lebih baik dan juga menyatakan kebenaran Injil yang berbeda dari apa yang sebelumnya mereka percayai tentang Injil. Paulus melakukan hal ini, dan ketika Anda melakukan hal yang sama, Anda juga dapat mengabarkan Injil dengan lebih berdampak. Dengan demikian, Anda dapat berkata seperti Paulus, "Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu."

Sebuah contoh yang sangat baik tentang bagaimana Yesus memakai pendekatan ini adalah di dalam sebuah percakapan dengan seorang perempuan Samaria. Setiap hari, perempuan itu datang dari Kota Sikhar ke Sumur Yakub, yang jaraknya cukup jauh dari tempat itu. Sama seperti semua penduduk di wilayah itu, perempuan tersebut tidak memiliki pilihan lain. Samaria adalah sebuah wilayah semi gurun, dan sumur itu adalah urat nadi kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Ketika Yesus berbicara kepada perempuan itu tentang kuasa-Nya untuk memberi hidup, Ia berkata,

"Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (Yohanes 4:13-14)

Perkataan Yesus langsung menyentuh dasar keberadaan perempuan itu. Sebab, setiap hari perempuan itu datang ke sumur Yakub untuk menimba air (dari kebiasaannya ini, terbukti bahwa air yang diambilnya dari sumur itu terbatas), tetapi Yesus membawanya ke sebuah sumur yang tidak terbatas airnya, yaitu sebuah mata air yang akan memberinya kehidupan kekal. Dalam konteks ini, Anda dapat melihat bagaimana Injil dapat disampaikan untuk melawan apa yang sudah dipercayai, baik oleh "saudara sepupu" maupun penganut kepercayaan lain, tentang Injil.

Selain dua pelajaran itu, ada pelajaran ketiga yang dapat diambil dari pengalaman Paulus, kali ini dalam perdebatannya dengan orang-orang Yahudi di sinagoge-sinagoge. Di sana, Paulus berdebat dengan memakai dasar dari Kitab Suci (Kisah Para Rasul 17:2). Ketika berdebat di sana, Paulus tidak menggunakan ilustrasi, percakapan teologis maupun hikmat manusia meskipun hal-hal itu sering kali dipakai dalam perdebatan umum. Paulus mendasarkan pesan yang dibawanya di atas firman Allah yang, seperti sudah kita lihat, adalah dasar terbaik untuk bersaksi. Firman Allah adalah pedang Roh, firman itu hidup dan aktif, firman itu sanggup menusuk sampai ke dalam jiwa dan roh manusia, dan itulah alat Tuhan yang paling efektif untuk menarik orang-orang yang tidak percaya kepada Injil tentang Anak-Nya.

Paulus hanya menekankan sebagian kecil, jika ada, tentang penciptaan, budaya, atau kepekaan pendengarnya. Ia memulai tugas itu dengan kekuatan dari sumber yang tepat, yaitu firman Allah, dan Roh Kudus yang menjadi saksi atas berita yang dibawanya. Ia melakukan penginjilan dengan cara yang alkitabiah sebab Kitab Suci kita ini, menurut Surat Ibrani, mampu "menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum." Kesaksian kristiani bukanlah sebuah usaha untuk membujuk orang lain agar mau percaya terhadap kebenaran Injil, melainkan merupakan sebuah panggilan kepada setiap laki-laki dan perempuan di mana pun untuk diperdamaikan dengan Allah melalui iman dalam Yesus Kristus. Firman Allah adalah seperti sinar-x yang menyelidiki hati manusia, firman itu menganalisis emosi kita, menantang kegemaran-kegemaran yang mengalihkan perhatian kita, membentuk ulang hati dan pikiran kita serta berhadapan langsung dengan manusia rohani kita.

Sama seperti kita harus menghadapi keberdosaan kita dan bertobat darinya untuk menjadi murid Yesus yang sejati, begitu juga "saudara sepupu" kita juga harus datang kepada-Nya dalam pertobatan yang sejati. Hal itu tidak hanya sekadar beralih kesetiaan, dari Muhammad kepada Yesus, tetapi juga sebuah perjalanan dari kegelapan menuju terang, dari pementingan diri sendiri kepada pemusatan kepada Yesus, dan dari kematian rohani menuju kehidupan kekal. Sejak kejatuhan Adam, panggilan Allah kepada manusia adalah agar mereka mau diciptakan kembali, dan kesaksian alkitabiah yang sejatilah yang dapat mengungkapkan panggilan itu kepada hati dan pikiran "saudara sepupu" kita. Kesaksian yang sejati itulah yang juga akan mengarahkan pendengarnya kepada pengharapan yang hidup di dalam Juru Selamat yang datang dari Allah, yaitu Yesus Kristus, Anak-Nya.

Dengan kasih untuk "saudara sepupu" dan kuasa firman Allah di tangan Anda, maka Anda pun dapat menjadi pembawa pesan Allah yang mengarahkan banyak orang kepada keselamatan, anugerah keselamatan yang datang dari Allah, dan yang kita tahu hanya terdapat di dalam Yesus saja. (t/Yudo)

Catatan penerjemah: Artikel ini adalah sebuah pendahuluan dari buku John Gilchrist yang berjudul "Sharing the Gospel with Muslims: A Handbook for Bible-Based Muslim Evangelism".

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Answering Islam
Alamat URL: http://www.answering-islam.org/Gilchrist/Sharing/00intro.html
Judul asli artikel: Using the Word of God in Muslim Evangelism
Penulis: John Gilchrist
Tanggal akses: 3 Juni 2013


Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo dan Yulia
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

TRS: [40-Hari-2013] Arab Spring: Dua Tahun Telah Berlalu/[11]

----Email Diteruskan----
Dari: doa@sabda.org
Kepada: i-kan-buah-doa@hub.xc.org
Email Keluar: Sel, 9 Jul 2013 00:03 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: [40-Hari-2013] Arab Spring: Dua Tahun Telah Berlalu/[11]

40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- SELASA, 9 JULI 2013

"Arab Spring": Dua Tahun Telah Berlalu

Dimulai dengan luapan kegembiraan yang luar biasa, mulailah serangkaian Revolusi menyapu Tunisia hingga ke Mesir dan Libya, dan dengan cepat berubah menjadi apa yang dikenal dengan "Arab Spring". Akankah ini menjadi saat yang mana dunia Arab menggugat pemerintahan-pemerintahan yang korup dan sewenang-wenang, lalu mengikuti jejak Eropa Timur memasuki mimpi besar "Dunia yang Merdeka"? Pengharapan berlari bagaikan air mengalir di jalanan.

Dua tahun telah berjalan, sungai pengharapan itu telah kering, diganti dengan ketidakpastian dan ketakutan. Bukannya perdamaian dan kemajuan, penggulingan kepemimpinan lama justru melanggengkan tekanan yang telah sekian lama menindas, bahkan memunculkan ketidakamanan yang lebih besar. Di negara-negara Arab itu sendiri, para revolusioner muda bertanya, "Siapa yang telah merampok revolusi kami?" Sementara itu, para komentator luar bertanya, "Sesungguhnya, apakah 'Arab Spring' telah berubah menjadi 'Arab Winter'?"

Realitas "Arab Spring" menyatakan bahwa meskipun kelompok-kelompok masyarakat telah disatukan dalam kebulatan tekad untuk meruntuhkan pemerintahan-pemerintahan yang korup, tetapi masing-masing kelompok menggenggam mimpi yang berbeda-beda untuk masa depan mereka. Satu kelompok memandang kemerdekaan dan demokrasi sebagai jawaban, sedangkan kelompok lain melihat komitmen yang lebih besar untuk memperjuangkan hukum syariat dan Islam yang ketat sebagai jalan keluarnya. Agenda-agenda yang berbeda-beda ini meningkat menjadi konflik di rumah-rumah dan di jalan-jalan dunia Arab.

Namun, di tengah-tengah kekacauan suasana seperti itu, ada serangkaian kisah yang telah dituliskan. Banyak kalangan di dalam masyarakat Kristen menyadari komitmen dan kepedulian baru untuk menyaksikan Kerajaan Kristus hadir di tengah-tengah bangsa-bangsa Arab tersebut. Pada bulan November tahun 2012, ada 70.000 orang Kristen dari seluruh denominasi berkumpul di Kairo untuk berdoa bagi bangsa mereka. Sementara itu, kalangan Kristen yang lain merasakan keberanian yang semakin meningkat untuk menjangkau dengan penuh kasih tetangga-tetangga Muslim dengan cara-cara baru selama masa-masa yang tidak menentu tersebut.

Di seluruh kawasan itu, ada banyak sekali kisah tentang orang-orang Muslim yang datang dan menjadi percaya kepada Yesus Kristus, serta mengadakan pertemuan untuk saling mendukung, menguatkan, dan melaksanakan pemuridan. Namun begitu, seiring dengan perkembangannya, gerakan-gerakan ini segera menyadari bahwa mereka adalah sasaran intimidasi dan penganiayaan yang dilakukan oleh penguasa, masyarakat, dan keluarga mereka sendiri.

POKOK DOA

1. Berdoa untuk warga negara dan pemimpin-pemimpin politik di dunia Arab. Biarlah kiranya mata mereka dicelikkan untuk mengenal kebenaran dan berani mengejarnya.

2. Berdoa agar orang-orang percaya di dalam Kristus bisa menjadi kelompok pembawa damai sejati di tengah-tengah suasana yang rusuh tersebut (Mazmur 46).

3. Berdoalah agar orang-orang percaya yang masih baru maupun yang sudah lama berani menyaksikan "pengharapan apa yang ada di dalam diri mereka" sehingga banyak orang mau datang dan percaya kepada Yesus Kristus (1 Petrus 3:15). Berdoa agar orang-orang percaya di dunia Arab mendapatkan ketenangan dan keteguhan hati. Berdoalah pula agar ada hak kebebasan beragama.


Kontak: doa(at)sabda.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/40hari/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 oleh e-DOA dan "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"

TRS: [e-Konsel] Perceraian dalam Alkitab -- Edisi 344/Juli 2013

----Email Diteruskan----
Dari: konsel@sabda.org
Kepada: i-kan-konsel@hub.xc.org
Email Keluar: Sen, 8 Jul 2013 23:10 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: [e-Konsel] Perceraian dalam Alkitab -- Edisi 344/Juli 2013


e-Konsel -- Perceraian dalam Alkitab
Edisi 344/Juli 2013

Shalom,

Perceraian merupakan sesuatu yang sangat dibenci oleh Tuhan. Tidak heran jika Alkitab mengatakan bahwa apa yang disatukan Tuhan tidak boleh diceraikan oleh manusia. Apa saja yang dapat kita temukan di dalam Alkitab tentang perceraian? Apakah yang harus dilakukan oleh orang Kristen yang mengalami pergumulan dalam pernikahannya? Jika bukan perceraian yang menjadi solusi, adakah solusi lain untuk masalah ini?

Ada banyak pertimbangan yang harus kita pikirkan sebelum mengambil keputusan. Bagaimanapun beratnya persoalan pernikahan, Tuhan pasti menolong untuk menghindarkan pernikahan kita dari perceraian. Untuk lebih mengerti seperti apa perspektif Alkitab tentang perceraian, e-Konsel bulan Juli ini membahas tentang perceraian dan dampaknya. Pada edisi pertama bulan ini, kami lebih banyak mengupas tentang apa kata Alkitab tentang perceraian. Selamat membaca.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
S. Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >


CAKRAWALA: APA KATA ALKITAB TENTANG PERCERAIAN DAN PERNIKAHAN KEMBALI?

Pernikahan merupakan institusi pertama yang dibentuk Allah dalam Kitab Kejadian 2. Pernikahan adalah perjanjian suci yang menyimbolkan hubungan antara Kristus dan mempelai wanita-Nya atau tubuh Kristus. Kebanyakan iman Kristen yang berdasarkan Alkitab mengajarkan bahwa perceraian harus dilihat hanya sebagai jalan terakhir setelah semua upaya untuk mencapai rekonsiliasi tidak berhasil. Sama seperti Alkitab mengajar kita untuk memasuki pernikahan dengan hati-hati dan dengan sikap hormat, demikian juga perceraian harus dihindari apa pun risikonya. Menghormati dan menjunjung tinggi janji pernikahan mendatangkan hormat dan kemuliaan bagi Allah.

Sayangnya, perceraian dan pernikahan kembali merupakan realitas yang semakin menyebar luas di antara tubuh Kristus masa kini. Banyak orang Kristen yang memiliki pertanyaan tentang perceraian dan pernikahan kembali. Umumnya, orang-orang Kristen cenderung jatuh ke dalam salah satu dari empat posisi persoalan kontroversial ini.

Posisi 1: Tidak Boleh Bercerai - Tidak Boleh Menikah Kembali

Pernikahan merupakan suatu kesepakatan perjanjian, yang sangat berarti bagi kehidupan. Oleh karena itu, pernikahan tidak boleh diceraikan oleh alasan apa pun. Pernikahan kembali hanya akan merusak janji. Karena itu, pernikahan kembali tidak diizinkan.

Posisi 2: Bercerai - Tetapi Tidak Boleh Menikah Lagi

Perceraian, walaupun ini bukan kehendak Allah, kadang-kadang menjadi satu-satunya pilihan ketika semua pilihan yang lain tidak berhasil. Orang yang bercerai harus tetap tidak menikah seumur hidupnya.

Posisi 3: Bercerai - Tetapi Menikah Lagi Hanya dalam Situasi Tertentu

Perceraian, walaupun bukan kehendak Allah, terkadang tidak dapat dihindari. Jika landasan perceraian itu alkitabiah, orang yang bercerai boleh menikah lagi, tetapi hanya dengan orang percaya.

Posisi 4: Bercerai - Menikah Lagi

Perceraian, meskipun bukan kehendak Allah, bukanlah dosa yang tidak dapat diampuni. Apa pun situasinya, semua orang yang bercerai, yang telah bertobat, harus diampuni dan diizinkan untuk menikah lagi.

Berikut ini adalah sebuah studi yang berusaha menjawab secara alkitabiah berbagai pertanyaan tentang perceraian dan pernikahan kembali, yang paling sering ditanyakan di antara orang-orang Kristen. Saya ingin memberikan penghargaan kepada Pdt. Ben Reid dari True Oak Fellowship dan Pdt. Danny Hodges dari Calvary Chapel St. Petersburg. Pengajaran-pengajaran mereka telah memberikan inspirasi dan pengaruh terhadap berbagai interpretasi Alkitab berikut ini, berkenaan dengan perceraian dan pernikahan kembali.

Pertanyaan 1: Saya seorang Kristen, tetapi pasangan saya bukan orang Kristen. Apakah saya harus menceraikan pasangan saya dan menikah lagi dengan orang percaya?

Jawaban: Tidak. Jika pasangan Anda yang tidak percaya itu mau menikahi Anda, tetaplah setia terhadap pernikahan Anda. Pasangan Anda yang belum percaya ini membutuhkan kesaksian kristiani Anda secara terus-menerus dan semoga dapat dimenangkan bagi Kristus dengan teladan Anda yang baik.

"Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu." (1 Korintus 7:12-13)

"Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu." (1 Petrus 3:1-2)

Pertanyaan 2: Saya orang Kristen, tetapi pasangan saya, yang bukan orang Kristen, telah meninggalkan saya dan mengajukan perceraian. Apa yang harus saya lakukan?

Jawaban: Jika memungkinkan, cobalah untuk memulihkan pernikahan Anda. Apabila rekonsiliasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, Anda tidak diwajibkan untuk mempertahankan pernikahan ini.

"Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera. Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?" (1 Korintus 7:15-16)

Pertanyaan 3: Apakah alasan atau landasan alkitabiah untuk perceraian?

Jawaban: Alkitab menyarankan bahwa "ketidaksetiaan pernikahan" merupakan satu-satunya alasan alkitabiah yang menjamin izin Allah untuk bercerai dan menikah lagi. Banyak interpretasi berbeda yang muncul dalam pengajaran Kristen terkait dengan definisi tepat dari "ketidaksetiaan pernikahan". Kata Yunani untuk ketidaksetiaan pernikahan yang terdapat dalam Matius 5:32 dan Matius 19:9 diterjemahkan sebagai segala bentuk ketidaksusilaan seksual, termasuk perzinaan, prostitusi, percabulan, pornografi, dan inses. Karena kesatuan seksual merupakan bagian penting dari perjanjian pernikahan, pemutusan kesatuan itu sepertinya menjadi dasar alkitabiah perceraian diperbolehkan.

"Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah." (Matius 5:32)

"Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." (Matius 19:9)

Pertanyaan 4: Saya menceraikan pasangan saya karena beberapa alasan yang tidak memiliki dasar alkitabiah. Kami berdua pun tidak menikah lagi. Apa yang harus saya lakukan untuk menyatakan pertobatan dan ketaatan saya terhadap firman Allah?

Jawaban: Jika memungkinkan, cobalah untuk melakukan rekonsiliasi dan bersatulah kembali dengan pasangan Anda.

"Kepada orang-orang yang telah kawin aku--tidak, bukan aku, tetapi Tuhan--perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya." (1 Korintus 7:10-11)

Pertanyaan 5: Saya menceraikan pasangan saya karena beberapa alasan yang tidak memiliki dasar alkitabiah. Rekonsiliasi tidak mungkin dilakukan karena salah satu dari kami sudah menikah lagi. Apa yang harus saya lakukan untuk menyatakan pertobatan dan ketaatan saya terhadap firman Allah?

Jawaban: Meskipun perceraian merupakan persoalan serius dalam pandangan Tuhan (Maleakhi 2:16), perceraian bukanlah dosa yang tidak dapat diampuni. Jika Anda mengakui dosa Anda kepada Allah dan meminta pengampunan, Anda pasti diampuni (1 Yohanes 1:9) dan Anda dapat melanjutkan kehidupan Anda. Apabila Anda dapat mengakui dosa Anda kepada mantan pasangan Anda dan meminta pengampunan tanpa menimbulkan rasa sakit yang lebih jauh, Anda harus mencoba untuk melakukannya. Dari titik ini, selanjutnya Anda harus menghormati firman Allah terkait dengan pernikahan. Berikutnya, jika hati nurani Anda mengizinkan Anda untuk menikah lagi, Anda harus sangat berhati-hati dan memberikan penghormatan terhadap hal itu ketika saatnya tiba. Menikahlah hanya dengan saudara seiman. Jika hati nurani Anda memberi tahu Anda untuk tetap melajang, tetaplah melajang.

Pertanyaan 6: Saya tidak menginginkan perceraian, tetapi mantan pasangan saya secara tidak sengaja memaksakan hal itu kepada saya. Rekonsiliasi tidak mungkin dilakukan karena berbagai situasi yang tidak mendukung. Apakah ini berarti saya tidak dapat menikah lagi?

Jawaban: Dalam kebanyakan kasus, kedua pihak yang bercerai harus sama-sama disalahkan. Akan tetapi, dalam kasus ini, secara alkitabiah Anda dianggap pasangan yang "tidak bersalah". Anda bebas untuk menikah lagi, namun Anda harus sangat berhati-hati dan menghormati pernikahan ketika waktunya tiba dan menikahlah hanya dengan saudara seiman. Prinsip yang diajarkan dalam 1 Korintus 7:15, Matius 5:31-32, dan Matius 19:9 dapat diterapkan untuk kasus ini.

Pertanyaan 7: Saya menceraikan pasangan saya karena alasan yang tidak alkitabiah dan/atau menikah lagi sebelum saya menjadi orang Kristen. Apa arti semua ini bagi saya?

Jawaban: Ketika Anda menjadi orang Kristen, dosa masa lalu Anda telah dihapus dan Anda menerima awalan segar yang baru. Apa pun sejarah pernikahan Anda sebelum Anda diselamatkan, terimalah pengampunan dan pengudusan Allah. Mulai dari titik ini, Anda harus menghormati firman Allah terkait dengan pernikahan. Ingat 2 Korintus 5:17-18.

Pertanyaan 8: Pasangan saya melakukan perzinaan (atau bentuk ketidaksusilaan seksual yang lain). Menurut Matius 5:32, saya memiliki dasar untuk bercerai. Apakah saya boleh bercerai karena saya dapat melakukannya?

Jawaban: Satu cara untuk mempertimbangkan pertanyaan ini mungkin adalah dengan memikirkan semua bentuk perzinaan rohani yang kita, sebagai pengikut Kristus, lakukan terhadap Allah melalui dosa, kelalaian, penyembahan berhala, dan sikap apatis kita. Walaupun begitu, Allah tidak meninggalkan kita. Hati-Nya senantiasa mengampuni dan memperdamaikan kita kembali kepada-Nya ketika kita berbalik dan bertobat dari dosa kita.

Kita dapat memperluas kasih karunia seperti ini kepada pasangan ketika mereka tidak setia, tetapi kini sudah bertobat. Ketidaksetiaan pernikahan memang benar-benar menghancurkan dan menyakitkan. Untuk membangun kembali sebuah kepercayaan tentu membutuhkan waktu. Berikan banyak waktu kepada Allah untuk memulihkan pernikahan yang koyak dan untuk memulihkan hati masing-masing pasangan sebelum berlanjut menuju perceraian. Pengampunan, rekonsiliasi, dan pemulihan pernikahan itu menghormati Allah dan membuktikan kasih karunia-Nya yang mengagumkan. Ingatlah Kolose 3:12-14.

Catatan: Jawaban-jawaban tersebut hanya dimaksudkan sebagai suatu tuntunan untuk refleksi dan pembelajaran. Jawaban tersebut tidak ditawarkan sebagai sebuah pilihan untuk konseling yang alkitabiah dan baik. Jika Anda memiliki pertanyaan atau persoalan yang serius, atau menghadapi perceraian atau sedang mempertimbangkan untuk menikah lagi, saya menyarankan agar Anda mencari nasihat dari pendeta atau konselor Kristen Anda. Dan lagi, saya yakin bahwa banyak orang tidak akan setuju dengan cara pandang yang disampaikan dalam studi ini. Oleh karena itu, para pembaca harus menyelidiki Alkitab sendiri, meminta pimpinan Roh Kudus, dan mengikuti apa kata hati nurani mereka dalam hal ini. (t/S. Setyawati)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: About.com Christianity
Alamat URL: http://christianity.about.com/od/faqhelpdesk/a/divorceremarria.htm
Judul asli artikel: What Does the Bible Say About Divorce and Remarriage? Biblical Answers to FAQ's About Divorce and Remarriage
Penulis: Mary Fairchild
Tanggal akses: 18 Juni 2013


STOP PRESS: BERGABUNGLAH DENGAN FACEBOOK E-KONSEL

Bertolak dari kerinduan kami untuk memperlengkapi para konselor Kristen di Indonesia, Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > menghadirkan komunitas Konselor di Facebook. Dalam komunitas ini, kami menghadirkan berbagai informasi tentang Publikasi e-Konsel, pertanyaan diskusi yang biasa dihadapi konselor dalam menolong konseli, dan berbagi pokok doa antarkonselor atau konseli.

Anda berbeban berat dan ingin berkonseling dengan kami? Atau, rindu membantu sesama yang membutuhkan nasihat? Silakan bergabung dengan Facebook e-Konsel dengan alamat < http://fb.sabda.org/konsel >. Pastikan Anda semakin mantap dalam melayani sebagai konselor dengan terus membaca bahan-bahan yang kami bagikan. Selamat melayani.


Kontak: konsel(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, Santi T., dan Adiana
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

TRS: [40-Hari-2013] 30 Hari Doa: Masa Perkembangan 20 Tahun/[x04]

----Email Diteruskan----
Dari: doa@sabda.org
Kepada: i-kan-buah-doa@hub.xc.org
Email Keluar: Sen, 8 Jul 2013 22:53 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: [40-Hari-2013] 30 Hari Doa: Masa Perkembangan 20 Tahun/[x04]

40 HARI MENGASIHI BANGSA DALAM DOA -- SELASA, 9 JULI 2013

30 Hari Doa: Masa Perkembangan 20 Tahun

Dua puluh tahun yang lalu, terdapat 1,1 miliar orang Muslim di dunia ini. Di sebagian besar bangsa Barat, Islam merupakan agama asing yang sedikit diketahui. Usaha-usaha dari pihak gereja untuk berbagi iman dalam Kristus kepada kaum Muslim masih sulit ditemui.

Dua puluh tahun yang lalu, beberapa pemimpin misi dari sebuah perwakilan khusus mengadakan pertemuan di Mesir. Mereka mulai berdoa bagi dunia Muslim. Sementara mereka berdoa, mereka terdorong untuk memusatkan perhatian pada upaya menjangkau lebih banyak lagi dunia Muslim dengan berkat Kerajaan Tuhan. Maka, lahirlah gerakan "30 Hari Doa bagi Dunia Muslim".

Dua Puluh Tahun Berjalan

Hari ini, badan misi tersebut telah memiliki tim yang bekerja di dunia Muslim 10 kali lebih banyak dibanding 20 tahun yang lalu, dan merupakan salah satu dari sekian banyak badan misi yang telah menangkap panggilan untuk membagikan berita tentang Yesus di mana saja Yesus belum dikenal di kalangan orang Muslim. Menyadari bahwa semua orang harus memiliki kesempatan untuk menentukan pilihan iman mereka, maka lebih banyak lagi anggota tubuh Kristus yang mengembangkan sarana-sarana kreatif untuk dapat menyatakan kasih Yesus dalam komunitas Muslim di seluruh dunia.

Kegiatan doa dalam "40 Hari Doa bagi Dunia Muslim" telah memainkan peranan yang besar dalam mendidik, memotivasi, dan menguatkan orang-orang percaya untuk membagikan iman mereka dengan sikap penuh kasih dan hormat. Saat ini, panduan doa ini telah didistribusikan dalam 38 bahasa dan jutaan orang telah mengambil bagian di dalamnya. Sejauh ini, apa yang telah dicapai melalui gencarnya doa selama dua puluh tahun?

Tahun lalu, seorang perancang strategi misi dari "International Mission Board" melaporkan dalam misi garis depan bahwa pada tahun 1977 mereka mengenal hanya ada dua gerakan penanaman gereja di antara kelompok-kelompok masyarakat Muslim. Namun begitu, hingga tahun 2010, mereka sudah mengidentifikasi sedikitnya 25 komunitas Muslim yang telah menyaksikan tidak kurang dari 1.000 pembaptisan dan/atau 100 gereja didirikan selama satu dasawarsa yang lalu. Beberapa di antaranya mencakup hal-hal berikut ini:

* Suatu terobosan besar terjadi di Asia Selatan, yang menyaksikan sedikitnya satu setengah juta orang percaya berlatar belakang Muslim di antara orang-orang Bengali.

* Siaran Kristen melalui media satelit telah ditonton secara luas dan menopang kuat sebuah gerakan gereja bawah tanah yang sedang bertumbuh, berikut ribuan persekutuan rumah tangga yang terus berlipat ganda di seluruh negeri itu.

* Ratusan ribu anggota kelompok Berber yang belum terjangkau di Afrika Utara telah menjadi percaya melalui salah satu gerakan misi yang berlangsung di kawasan itu.

* Kemajuan-kemajuan teknologi selama dua dasawarsa terakhir telah mengubah dan memajukan berbagai sarana dan cara pengomunikasian Injil kepada kelompok-kelompok Muslim yang tak terjangkau sebelumnya.

Radio dan siaran melalui satelit di seluruh dunia Muslim memungkinkan jutaan orang Muslim mendengar dan memberikan respons terhadap berita tentang Kristus. Di dunia Arab sendiri hanya ada satu badan pelayanan, yaitu SAT-7, yang memiliki 8,5 juta pendengar tetap.

Kemajuan-kemajuan di bidang teknologi ini juga berdampak pada pendistribusian Kitab Suci. Saat ini, sudah tersedia lebih banyak terjemahan Alkitab dalam bahasa setempat dan juga beberapa alternatif lainnya, seperti Alkitab online dalam bentuk audio atau video, ataupun dalam bentuk file-file digital yang bisa disebarluaskan. Dengan demikian, berita tentang Yesus Kristus menjadi lebih bisa diterima dan dimengerti oleh pendengar/pemirsa Muslim dibanding masa-masa sebelumnya.

Dua Puluh Tahun ke Depan

Jadi, bagaimana dengan 20 tahun berikutnya? Menurut hasil penelitian yang dilakukan Pew, yang diterbitkan pada bulan Januari 2011, disebutkan bahwa selama 20 tahun ke depan dari saat ini, jumlah penduduk dunia akan menjadi dua kali lipat dibandingkan 20 tahun yang silam. Muslim menduduki seperempat dari populasi global tersebut. Sebagai pengikut Kristus, kita harus bangkit untuk menghadapi tantangan pertumbuhan ini dengan melipatgandakan iman dan kasih kita. Bisakah kita melakukannya?

Seorang pemimpin dari badan pelayanan yang memulai "40 Hari Doa" memikirkan hal yang sama. Katanya, "Dua puluh tahun yang silam, kita belum bisa membayangkan perkembangan yang sedemikian, yang sedang terjadi ini, tetapi kita tahu bahwa penyebaran Injil di kalangan Muslim dalam dua dasawarsa terakhir ini telah dihidupkan dengan doa. Maka, tidaklah berlebihan bila kita berharap hal yang sama untuk 20 tahun ke depan."

Penggunaan teknologi dalam dua dekade terakhir ini telah memainkan peranan yang sangat penting dalam menyampaikan Injil bagi kelompok masyarakat Muslim.


Kontak: doa(at)sabda.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/40hari/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 oleh e-DOA dan "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"

TRS: (e-RH) Juli 09 -- KEKUATAN DARI TUHAN

----Email Diteruskan----
Dari: owner-i-kan-akar-renungan-harian@hub.xc.org
Kepada: i-kan-akar-renungan-harian@hub.xc.org
Email Keluar: Sen, 8 Jul 2013 08:10 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: (e-RH) Juli 09 -- KEKUATAN DARI TUHAN

e-RH(c) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
e-Renungan Harian
Sarana untuk bertumbuh dalam iman & menjadi saksi Kristus
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Tanggal: Selasa, 9 Juli 2013
Bacaan : 1 Samuel 17:40-58
Setahun: Mazmur 81-87
Nats: Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing,
tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam,
Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. (1 Samuel
17:45)

Judul:

KEKUATAN DARI TUHAN

Suatu saat kami bertugas ke daerah yang dianggap penuh kekuatan
gaib. Kepala bagian merasa khawatir dan menunda keberangkatan.
Malamnya saya membuka renungan harian, yang membahas kuasa Tuhan di
atas segala sesuatu di langit, di bumi, dan di bawah bumi. Tidak ada
satu kuasa pun yang menandingi kuasa-Nya. Esoknya, saya memberikan
artikel itu kepada kepala bagian. Setelah memahami kebesaran kuasa
Tuhan dan perlindungan-Nya, ia merasa mantap untuk berangkat ke
daerah itu.



Saat menghadapi Goliat, Daud tidak berpikir bahwa musuhnya itu
sangat besar. Ia hanya tahu, dirinya diperintahkan untuk
menghadapinya. Hanya dengan batu kecil dan doa kepada Allah yang
Mahabesar, ia pun berhasil melumpuhkan raksasa itu. Kekuatan dari
Tuhanlah yang memberinya keberanian untuk maju bertarung tanpa
pedang, tombak, atau lembing. Ia yakin bahwa siapa pun yang ada di
hadapannya tidak akan sanggup mengalahkan kuasa Tuhan Allah yang ia
sembah.



Bagaimana dengan kita? Adakah kita merasa takut dan cemas hati
menghadapi semua hal yang terjadi dalam hidup kita? Apakah itu
masalah keuangan, masalah keluarga, pekerjaan, atau masa depan?
Seberapa besar semuanya itu dibandingkan dengan kuasa Tuhan? Saat
kita percaya kepada Sang Pemberi Hidup, kita akan mampu menghadapi
apapun. Keberanian ekstra untuk menghadapi segala sesuatu, termasuk
hal-hal yang berada di luar batas kemampuan kita. Pada saat seperti
inilah Tuhan menunjukkan mukjizat-Nya. Dengan hanya percaya
kepada-Nya, kita akan senantiasa menang. --Soni Sri Rezeki
Simatupang

KUASA TUHAN MEMBERI KITA KEMAMPUAN DAN KEBERANIAN
DALAM MENGHADAPI SEGALA SESUATU

e-RH Situs: http://renunganharian.net
e-RH arsip web: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2013/07/09/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/renunganharian/home.php?d=2013/07/09/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?1+Samuel+17:40-58

1 Samuel 17:40-58

40 Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari
dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung
gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya
dipegangnya di tangannya. Demikianlah ia mendekati orang
Filistin itu.
41 Orang Filistin itu kian dekat menghampiri Daud dan di depannya
orang yang membawa perisainya.
42 Ketika orang Filistin itu menujukan pandangnya ke arah Daud
serta melihat dia, dihinanya Daud itu karena ia masih muda,
kemerah-merahan dan elok parasnya.
43 Orang Filistin itu berkata kepada Daud: "Anjingkah aku, maka
engkau mendatangi aku dengan tongkat?" Lalu demi para allahnya
orang Filistin itu mengutuki Daud.
44 Pula orang Filistin itu berkata kepada Daud: "Hadapilah aku,
maka aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara
dan kepada binatang-binatang di padang."
45 Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau
mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku
mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala
barisan Israel yang kautantang itu.
46 Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku
dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari
tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat
tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada
binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel
mempunyai Allah,
47 dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan
bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan
Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan
kami."
48 Ketika orang Filistin itu bergerak maju untuk menemui Daud, maka
segeralah Daud berlari ke barisan musuh untuk menemui orang
Filistin itu;
49 lalu Daud memasukkan tangannya dalam kantungnya, diambilnyalah
sebuah batu dari dalamnya, diumbannya, maka kenalah dahi orang
Filistin itu, sehingga batu itu terbenam ke dalam dahinya, dan
terjerumuslah ia dengan mukanya ke tanah.
50 Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin itu dengan umban dan
batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membunuhnya, tanpa
pedang di tangan.
51 Daud berlari mendapatkan orang Filistin itu, lalu berdiri di
sebelahnya; diambilnyalah pedangnya, dihunusnya dari sarungnya,
lalu menghabisi dia. Dipancungnyalah kepalanya dengan pedang
itu. Ketika orang-orang Filistin melihat, bahwa pahlawan mereka
telah mati, maka larilah mereka.
52 Maka bangkitlah orang-orang Israel dan Yehuda, mereka
bersorak-sorak lalu mengejar orang-orang Filistin sampai dekat
Gat dan sampai pintu gerbang Ekron. Dan orang-orang yang
terbunuh dari orang Filistin bergelimpangan di jalan ke Saaraim,
sampai Gat dan sampai Ekron.
53 Kemudian pulanglah orang Israel dari pemburuan hebat atas orang
Filistin, lalu menjarah perkemahan mereka.
54 Dan Daud mengambil kepala orang Filistin yang dipancungnya itu
dan membawanya ke Yerusalem, tetapi senjata-senjata orang itu
ditaruhnya dalam kemahnya.
55 Ketika Saul melihat Daud pergi menemui orang Filistin itu,
berkatalah ia kepada Abner, panglima tentaranya: "Anak siapakah
orang muda itu, Abner?" Jawab Abner: "Demi tuanku hidup, ya
raja, sesungguhnya aku tidak tahu."
56 Kemudian raja berkata: "Tanyakanlah, anak siapakah orang muda
itu."
57 Ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, maka
Abner memanggilnya dan membawanya menghadap Saul, sedang kepala
orang Filistin itu masih ada di tangannya.
58 Kata Saul kepadanya: "Anak siapakah engkau, ya orang muda?"
Jawab Daud: "Anak hamba tuanku, Isai, orang Betlehem itu."

Bacaan Alkitab Setahun:
http://alkitab.sabda.org/?Mazmur+81-87
Mobile: http://alkitab.mobi/tb/passage/Mazmur+81-87


e-RH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
Diterbitkan dan Hak Cipta (c) oleh Yayasan Gloria

Diberkati? Jadilah berkat dengan mendukung pelayanan Yayasan Gloria.
Donasi: Rekening Bank BCA, No. 456 500 8880 a.n. YAY GLORIA

TRS: (e-SH) 09 Juli -- Keluaran 24:1-11 - Merespons firman

----Email Diteruskan----
Dari: sh@sabda.org
Kepada: i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
Email Keluar: Sen, 8 Jul 2013 08:10 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: (e-SH) 09 Juli -- Keluaran 24:1-11 - Merespons firman

e-SH(c) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
e-Santapan Harian
Sarana untuk menggumuli makna Firman Tuhan bagi hidup
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Tanggal: Selasa, 9 Juli 2013
Ayat SH: Keluaran 24:1-11

Judul: Merespons firman

Paparan pertama hukum Taurat sudah diberikan (pasal 20-23). Lewat
Musa, Tuhan menjelaskan prinsip-prinsip hidup yang harus
diterapkan dalam kehidupan umat (3). Perintah Tuhan itu kemudian
dituliskan ke dalam dokumen perjanjian (4). Perikop ini
selanjutnya menceritakan ratifikasi perjanjian itu.

Waktu umat mendengar hukum Tuhan, dengan satu suara umat menyatakan
kesediaan mereka untuk mematuhi Tuhan (3). Setiap perkataan Allah
memang harus ditaati dan dilakukan. Namun respons tersebut harus
lahir dari hati yang rela, tanpa paksaan.

Namun pernyataan secara verbal itu tampaknya belum cukup. Mereka harus
melakukan sesuatu untuk mengonfimasi perjanjian mereka dengan
Allah, perjanjian yang dibuat ketika umat mendengar firman Allah
dan kemudian memberikan respons seusai mendengar. Perjanjian
dibuat dengan mempersembahkan kurban bakaran dan kurban pendamaian
kepada Allah. Persembahan itu bermakna pengakuan dosa dan
pernyataan kegagalan umat di hadapan Allah, dan selanjutnya
menyatakan kebutuhan akan pengampunan dosa-dosa umat.

Lalu dipercikkanlah darah perjanjian pada mezbah dan pada umat (5-8).
Itu berarti, perjanjian telah dimeteraikan. Dengan demikian, umat
telah mengikatkan diri mereka pada firman Tuhan, yang kemudian
harus diwujudkan dalam tindakan nyata di kehidupan mereka
sehari-hari.

Respons umat yang dinyatakan sebanyak dua kali (3, 7) menyatakan tekad
untuk melakukan setiap firman yang telah diucapkan Tuhan. Namun
respons itu perlu dan akan diuji melalui waktu, apakah mereka akan
sungguh-sungguh menjadi umat yang taat. Apalagi janji itu telah
diikat oleh perjanjian dengan persembahan kurban.

Kurban darah Kristus telah membuat kita menerima pengampunan dosa.
Tentu saja kemudian kita memiliki kerinduan untuk menyenangkan
hati-Nya dengan menaati Dia. Masalahnya, kita sering gagal. Namun
jangan pernah putus asa. Ulanglah komitmen untuk memberlakukan
firman dalam kehidupan, sambil senantiasa meminta pertolongan Roh
Kudus untuk memampukan kita.

e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/07/09/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/07/09/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?Keluaran+24:1-11
Mobile: http://alkitab.mobi/tb/passage/Keluaran+24:1-11

Keluaran 24:1-11

1 Berfirmanlah Ia kepada Musa: "Naiklah menghadap TUHAN, engkau dan
Harun, Nadab dan Abihu dan tujuh puluh orang dari para tua-tua
Israel dan sujudlah kamu menyembah dari jauh.
2 Hanya Musa sendirilah yang mendekat kepada TUHAN, tetapi mereka
itu tidak boleh mendekat, dan bangsa itu tidak boleh naik
bersama-sama dengan dia."
3 Lalu datanglah Musa dan memberitahukan kepada bangsa itu segala
firman TUHAN dan segala peraturan itu, maka seluruh bangsa itu
menjawab serentak: "Segala firman yang telah diucapkan TUHAN itu,
akan kami lakukan."
4 Lalu Musa menuliskan segala firman TUHAN itu. Keesokan harinya
pagi-pagi didirikannyalah mezbah di kaki gunung itu, dengan dua
belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel.
5 Kemudian disuruhnyalah orang-orang muda dari bangsa Israel, maka
mereka mempersembahkan korban bakaran dan menyembelih lembu-lembu
jantan sebagai korban keselamatan kepada TUHAN.
6 Sesudah itu Musa mengambil sebagian dari darah itu, lalu
ditaruhnya ke dalam pasu, sebagian lagi dari darah itu
disiramkannya pada mezbah itu.
7 Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan
didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN
akan kami lakukan dan akan kami dengarkan."
8 Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa
itu serta berkata: "Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN
dengan kamu, berdasarkan segala firman ini."
9 Dan naiklah Musa dengan Harun, Nadab dan Abihu dan tujuh puluh
orang dari para tua-tua Israel.
10 Lalu mereka melihat Allah Israel; kaki-Nya berjejak pada sesuatu
yang buatannya seperti lantai dari batu nilam dan yang terangnya
seperti langit yang cerah.
11 Tetapi kepada pemuka-pemuka orang Israel itu tidaklah
diulurkan-Nya tangan-Nya; mereka memandang Allah, lalu makan dan
minum.


e-SH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Diterbitkan dan Hak Cipta(c) oleh Persekutuan Pembaca Alkitab
e-SH Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
(e-SH) owner-i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
---

TRS: [e-Leadership] Pemimpin Pembelajar (I) -- Edisi 146/Juli 2013

----Email Diteruskan----
Dari: leadership@sabda.org
Kepada: i-kan-leadership@hub.xc.org
Email Keluar: Sen, 8 Jul 2013 02:51 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: [e-Leadership] Pemimpin Pembelajar (I) -- Edisi 146/Juli 2013


e-Leadership -- Pemimpin Pembelajar (I)
Edisi 146, 8 Juli 2013

Shalom,

Seorang pemimpin bukanlah seorang yang sudah mengetahui segala-galanya. Banyak hal yang perlu dipelajari untuk menjadi pemimpin yang semakin berkualitas, dan proses pembelajarannya bisa tidak terbatas. Dunia ini terus berkembang, ilmu, pengetahuan, dan teknologi pun turut berkembang. Oleh karena itu, seorang pemimpin juga dituntut untuk selalu bergerak mengikuti perkembangan yang ada untuk menambah wawasan kepemimpinannya. Hanya pemimpin pembelajar yang dapat menyadari bahwa belajar adalah proses seumur hidup.

Dalam edisi bulan Juli ini, e-Leadership membahas tentang Pemimpin Pembelajar. Salah satu ciri pemimpin pembelajar adalah pertumbuhan kepemimpinan seseorang. Simaklah selengkapnya tulisan dalam edisi kali ini, tentang bagaimana pemimpin dapat terus bertumbuh. Kiranya, ini menjadi berkat bagi Pembaca sekalian.

Staf Redaksi e-Leadership,
Davida
< http://lead.sabda.org >


Belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! (Yesaya 1:17)
< http://alkitab.mobi/tb/Yes/1/17/ >


ARTIKEL: BERTUMBUH DALAM KEPEMIMPINAN

Dalam masyarakat yang semrawut, dan sering kali berbahaya, orang-orang menginginkan pemimpin yang dapat memberikan arahan yang baik. Orang-orang akan dengan senang hati dan rela mengikuti pemimpin yang dapat dipercaya dan andal. Dengan tindakan dan disiplin ilahi-Nya, Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah pemimpin yang dapat kita percaya. Kita bisa mengikuti teladan-Nya.

Karena beberapa pemimpin tidak bisa dipercaya, mungkin sulit bagi orang yang tidak beriman dan bahkan orang Kristen yang baru untuk percaya pada Yesus. Inilah sebabnya, kita perlu memiliki sifat kepemimpinan Kristen tertentu yang nyata dalam diri kita -- karena setiap orang adalah pemimpin bagi orang lain.

Sebagai orang Kristen, kita semua adalah pemimpin dalam kapasitas tertentu, baik di tempat kerja, gereja, atau di rumah kita. Kita berutang kepada orang-orang di sekitar kita untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan kita sambil membantu orang lain mengembangkannya. Semua orang memiliki potensi kepemimpinan, yang perlu dilakukan adalah mengembangkannya.

Kita tidak mendasarkan kelayakan kepemimpinan seorang Kristen pada keterampilan ataupun kemampuannya, tetapi pada statusnya sebagai ciptaan baru di dalam Kristus (2 Korintus 5:17). Ketika Allah mengangkat seseorang untuk mengisi posisi kepemimpinan, Ia akan menolongnya dalam melakukan tugas itu.

Seorang pemimpin juga seorang manusia, mereka pun memiliki kelemahan. Bahkan, Paulus berbicara tentang sifat manusiawinya yang lemah dalam Roma 7:14-25 ketika ia menggambarkan pergumulannya dengan dosa.

Otoritas yang Terbatas

Ketika kita menerima otoritas, orang memercayakan kekuasaan kepada kita -- kuasa yang dapat menjadi berkat atau kutuk bagi orang lain. Ketika kita melaksanakan otoritas, kita harus ingat bahwa kita adalah utusan Allah. Jika kita tidak mengenali dan mengakui bahwa otoritas ini adalah pemberian Allah, kita akan mudah memakai otoritas tersebut untuk menguntungkan diri kita sendiri.

Allah menempatkan kita dalam otoritas atas orang lain sehingga kita dapat melayani dan mengasihi mereka di dalam nama-Nya (lihat Matius 20:25-28). Otoritas yang melayani dan mengasihi akan mengusahakan yang terbaik untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri. Chuck Colson mengingatkan kita, "Sulit untuk berdiri di atas sambil membasuh kaki orang-orang yang ada di bawah."

Karena ada batasan untuk otoritas, masalah pun muncul ketika figur yang diberi otoritas itu melangkah ke luar dari batasan tersebut. Tuhan memberi Adam dan Hawa otoritas, tetapi dengan batasan. Kita tahu apa yang terjadi ketika mereka melewati batas-batas itu.

Setan mencobai Adam dan Hawa dengan memusatkan perhatian mereka pada satu hal yang tidak dapat mereka lakukan, bukan pada semua hal yang dapat mereka lakukan. Setan menggunakan taktik yang sama pada kita: dia membuat kita terganggu oleh beberapa hal yang tidak dapat kita lakukan, dan kita segera menjadi tidak puas dengan apa yang dapat kita lakukan.

Penyalahgunaan otoritas dimulai dari bertindak di luar kehendak Dia yang memercayakan kekuasaan kepada kita. Sebuah penyalahgunaan otoritas tidak selalu terlihat sama pada setiap orang. Penyalahgunaan otoritas ini mungkin tampak pada reaksi yang berlebihan atau bahkan reaksi yang kurang terhadap suatu masalah, porsi tindakan yang tidak tepat itu ditunjukkan melalui kemarahan, intimidasi, kekerasan, teriakan, ancaman, dan banyak lagi. Dalam menjalankan sebuah otoritas, seorang pemimpin tidak boleh hanya sekadar menunjukkan kekuasaan, melainkan harus selalu memiliki tujuan.

Tidak ada seorang pun yang memiliki otoritas untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang salah secara moral. Hal itu berada di luar batas otoritasnya. Prinsip ini berlaku bagi seorang pemilik usaha, pejabat pemerintah, atau pemimpin rohani sekalipun.

Sifat-Sifat Kepemimpinan

Kita tidak bisa berkompromi ketika berbicara tentang sifat-sifat kepemimpinan. Sebab, sifat-sifat ini sangat penting untuk mengembangkan kepemimpinan dan karakter yang andal. Ciri-ciri kepemimpinan berikut ini tidak hanya membantu kita agar tetap menjadi orang Kristen yang kuat, tetapi juga memungkinkan kita untuk menjadi pemimpin yang andal:

1. Tekun: Kemampuan untuk bertahan dalam keadaan yang sulit dan dengan orang-orang yang sulit adalah kunci menuju kepemimpinan yang kuat. Setiap hari kita menghadapi godaan untuk menyerah, akan tetapi rencana Allah bagi kita adalah rancangan damai sejahtera (Yeremia 29:11). Karena itu, kita memiliki alasan yang kuat untuk yakin bahwa Ia akan memberi kita keberanian untuk terus maju.

2. Bertanggung jawab: Seorang pemimpin yang andal tidak takut untuk mengambil tanggung jawab, bahkan ketika keadaan menjadi sulit atau berjalan serba salah. Seseorang yang bertanggung jawab tidak akan menyalahkan orang lain hanya karena dia memiliki otoritas untuk melakukannya. Ia bersedia menanggung kesalahan itu dan kemudian melihat apa yang akan dilakukan Allah. Bahkan, di kalangan Kristen, kita sering mendefinisikan tanggung jawab (responsibility) sebagai tanggapan kita terhadap kuasa Allah (response to God's ability).

3. Rendah hati: Kita menunjukkan kerendahan hati yang sejati ketika kita memiliki sesuatu (berwujud atau tidak berwujud) dan dengan sukarela menyerahkannya. Ini tidak selalu mudah bagi orang-orang dalam posisi kepemimpinan. Kita juga menunjukkan kerendahan hati dengan tidak memuji diri sendiri meskipun kita layak mendapatkannya (Amsal 27:2), dengan menjadi pelayan bagi semua orang (Matius 20:26), dengan tidak memilih tempat terhormat (Lukas 14:10), dengan membiarkan Allah membela Anda (Lukas 12:11), dan dengan ketundukan kepada orang yang lebih tua (1 Petrus 5:5,6). Tidak ada yang menyukai seorang pemimpin angkuh. Sebaliknya, semua orang menghormati pemimpin yang rendah hati.

4. Percaya diri: Sebagai orang percaya di dalam Kristus, kita memiliki kepercayaan diri yang diberikan Tuhan, yang memungkinkan kita untuk melaksanakan tugas yang paling sulit sekalipun. Filipi 4:13 meyakinkan kita bahwa kita bisa melakukan segala sesuatu di dalam Kristus yang memberi kita kekuatan. Pemimpin Kristen yang andal memiliki kepercayaan diri yang sehat, tidak egois, dan berpusat pada Allah.

5. Jujur: Tidak ada yang mencemarkan nama seorang pemimpin dengan lebih cepat selain ketidakjujuran. Kebenaran dan rasa takut pada manusia tidak bisa hidup berdampingan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang andal dan dapat dipercaya, seseorang harus bersikap jujur setiap saat dan dalam segala hal. Kita menunjukkan kejujuran melalui perbuatan dan juga kata-kata. Seseorang berkata, "Kebenaran tidak perlu berteriak; kebenaran berbicara atas nama dirinya sendiri."

6. Sabar: Seperti apakah pemimpin yang sabar itu? Kesabaran menunjukkan toleransi dan kasih karunia kepada orang lain. Selain itu, sabar berarti menerima situasi yang sulit tanpa bereaksi negatif. Kesabaran menolak untuk mengajukan tuntutan atau membuat syarat yang meletakkan orang lain pada tingkat yang tidak realistis. Kesabaran itu menantikan Tuhan.

7. Berintegritas: Seorang pemimpin yang andal harus memiliki tingkat integritas yang tinggi. Integritas adalah ketaatan kepada nilai-nilai kode moral yang mencakup kehormatan, kebenaran, dan dapat dipercaya. Integritas memungkinkan seseorang untuk menepati janji dan melakukan yang terbaik, bahkan ketika tidak ada yang melihat.

8. Setia: Seorang pemimpin yang setia tidak akan terhempas oleh gelombang kehidupan, tetapi akan tetap teguh pada panggilannya. Rumput tetangga tidak selalu lebih hijau, pemimpin yang setia tetap berkomitmen kepada hal-hal yang telah Allah tetapkan saat memanggil mereka untuk melayani, bahkan dalam masa-masa yang sulit.

9. Berhati hamba: Pemimpin yang berhati hamba berarti menjalankan kepemimpinan ilahi seperti yang dilakukan Kristus: ia memengaruhi, melengkapi, dan memberdayakan orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan dan rencana Allah. Pemimpin berhati hamba tidak melihat tugas apa pun sebagai tugas yang hina dan bersedia untuk bekerja lebih keras agar menjadi sebuah teladan yang nyata bagi orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya. Robert Greenleaf berkata, "Para pemimpin yang baik harus terlebih dahulu menjadi hamba yang baik."

10. Bersikap hormat: Seorang pemimpin yang dapat dipercaya dan diikuti adalah seseorang yang menghormati orang lain. Para pemimpin ini melihat posisi mereka dan posisi orang lain sebagai karunia dari Allah. Karena itu, ia memperlakukan mereka dengan rasa hormat dan menghargai. Seorang pemimpin yang andal tidak akan memperlakukan orang lain dengan tidak hormat, baik di depan umum atau secara pribadi.

11. Mampu mengendalikan diri: Pemimpin yang kuat mampu menahan diri dan mendisiplin perilaku mereka. Mereka selalu sadar bahwa posisi mereka sebagai pemimpin menuntut mereka untuk memberikan contoh yang baik untuk diikuti orang lain.

12. Penuh kasih sayang: "Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing!" (Zakharia 7:9) Pemimpin yang kuat tidak buta terhadap kebutuhan orang lain. Sebaliknya, mereka akan mengalahkan keinginan mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Kasih sayang yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam posisi kepemimpinan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.

13. Saleh: "Ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:8) Pemimpin yang baik tahu bahwa penampilan luar tidak begitu penting ataupun abadi; akan tetapi, apa yang ada di dalam batin merekalah yang paling penting. Hidup kudus lebih penting bagi mereka daripada posisi yang mereka pegang.

14. Berani: "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Jangan takut dan jangan gemetar karena mereka." (Ulangan 31:6) Pemimpin yang kurang berani akan memerintah menuruti mayoritas dan mengikuti ke mana angin bertiup, namun pemimpin yang memiliki keberanian, tidak akan mundur.

Abraham Lincoln berkata, "Hampir semua orang bisa menghadapi kesengsaraan, tetapi jika Anda ingin menguji karakter seseorang, berilah dia kekuasaan." Entah kita adalah pemimpin dari banyak atau satu orang, orang dewasa atau anak-anak, sifat-sifat karakter ini penting untuk memastikan kita dapat dipercaya dan andal. Tidak pernah sebelumnya pemimpin seperti ini begitu diinginkan dan dibutuhkan. Marilah kita berusaha untuk menjadi pemimpin seperti itu. Karena, jika kita tidak memimpin, orang lainlah yang akan melakukannya. (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Enrichment Journal
Alamat URL: http://enrichmentjournal.ag.org/201101/201101_000_Grow_Leaders.cfm
Judul asli artikel: Growing in Leadership
Penulis: Tammy Darling
Tanggal akses: 1 April 2013


KUTIPAN

Jangan hanya berbagi kesedihan pada Tuhan, Sahabatmu, bagikan juga syukurmu atas semua kebaikan-Nya. (Benny Solihin)


INSPIRASI: MENTAL JALAN PINTAS

Setiap kita pasti tahu cerita Doraemon dan Nobita. Nobita adalah seorang yang kurang sabar jika menginginkan sesuatu, maunya instan. Dan, Doraemon adalah sahabat Nobita yang selalu memberikan apa saja yang diminta Nobita karena memiliki kantong ajaib. Sayangnya, Nobita sering kali gagal mempergunakan dengan baik benda-benda yang ia terima sehingga hasilnya adalah kekecewaan. Cerita ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap keinginan yang diperoleh dengan cara instan, cenderung menghasilkan kekecewaan. Juga, tersirat pesan bahwa adalah baik jika kita mau menjalani setiap proses yang ada di dalam kehidupan ini.

Tidak jarang, sebagai manusia kita juga memiliki kecenderungan untuk bersikap seperti Nobita, yang memiliki mental jalan pintas. Anak muda sering kali bersikap tidak sabar dalam banyak hal. Tidak sabar menanti jodoh yang lebih tepat sehingga menikah dengan orang yang berbeda iman. Tidak sabar mengikuti sekolah atau kuliah sehingga berhenti sekolah atau kuliah. Hasilnya, kekecewaanlah yang didapat. Di dalam Alkitab, kita bisa melihat contoh ini pada diri Esau. Karena tidak sabar untuk menahan lapar, ia kehilangan hak kesulungannya karena ia menukarnya dengan sepiring sup kacang merah. Akhirnya, hanya penyesalan yang tiada artinyalah yang ia rasakan. Sebab, sekalipun ia sampai mencucurkan air mata, hak kesulungan itu sudah bukan lagi menjadi miliknya.

Di dalam hidup ini, kita pasti memiliki keinginan-keinginan yang, kalau bisa, kita peroleh dengan cepat. Terlalu sering, orang mengharapkan apa yang ia inginkan terwujud saat itu juga. Sadarilah, diperlukan kesabaran untuk mewujudkan semua keinginan itu. Kesabaran yang disertai usaha tanpa pernah putus asa akan membuat seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan. Itulah yang dinamakan proses! Orang yang bersedia melalui proses dan kemudian mendapatkan yang ia inginkan akan merasakan kepuasan tersendiri. Di samping itu, ia bisa belajar banyak dari apa yang sudah ia lalui untuk dijadikan bekal bagi kehidupannya di masa yang akan datang.

Jangan pernah memiliki mental jalan pintas! Tetapi, milikilah mental anak Tuhan yang tangguh, yang tidak pernah menyerah, yang mau menjalani proses kehidupan meski itu sulit. Karena, di situlah terletak nilai-nilai kehidupan yang sangat berharga, yang pada gilirannya tidak akan membuat kita menyesal.

Diambil dan disunting dari:
Nama buku renungan: Manna Sorgawi, 09 Oktober 2012
Judul artikel: Mental Jalan Pintas (Ibrani 10:36; 12:16-17)
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: YPI Kawanan Kecil Divisi Renungan Harian, Jakarta Utara 2012


Kontak: leadership(at)sabda.org
Redaksi: Ryan, Davida, dan N. Risanti
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org
Miliki Blog atau Website Sendiri
Dapatkan Panduannya
Hubungi : 0813 5643 8312 - 0857 5737 8151 - 0431 8013154
Format SMS : Panduan Isi Pesan
Klik Demo / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
atau pilih template :
Klik, Pilih & Pesan Sekarang / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
G R A T I S
The Christian Blog @ 2011 - 2012
Designer : Joni Wawoh, SH
hostgator promo