----Email Diteruskan----
Dari: sh@sabda.org
Kepada: i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
Email Keluar: Kam, 7 Mar 2013 08:10 Waktu Baku Pasifik
Judul: (e-SH) 08 Maret -- Matius 22:34-40 - Bijak dalam memberi respons
e-SH(c) ++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
e-Santapan Harian
Sarana untuk menggumuli makna Firman Tuhan bagi hidup
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Tanggal: Jumat, 8 Maret 2013
Ayat SH: Matius 22:34-40
Judul: Bijak dalam memberi respons
Charles Swindoll di dalam bukunya "Kehidupan di tepi tebing yang
rapuh" mengatakan bahwa 10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang
terjadi kepada kita, sedangkan 90% kehidupan ditentukan oleh
bagaimana kita bereaksi atau memberi respons.
Bacaan hari ini menyajikan pertanyaan orang Farisi untuk kesekian
kalinya kepada Yesus.Perdebatan antara keduanya seringkali
berlangsung sengit. Apa yang bisa kita pelajari?
Pertama, kebencian menyebabkan seseorang menutup diri terhadap
kebenaran. Orang Farisi seharusnya senang karena Yesus bisa
membungkam orang Saduki sehingga kebenaran dinyatakan. Namun,
respons orang Farisi justru sebaliknya. Mereka membuat strategi
baru, lalu seorang ahli Taurat mengajukan pertanyaan untuk
mencobai Yesus. Kebanyakan ahli Taurat adalah orang
Farisi.Kebencian mereka kepada Yesus telah menyebabkan mereka
tidak senang melihat kebenaran dinyatakan.
Kedua, membalas kebencian dengan kasih. Setiap kali Yesus menjawab
pertanyaan orang Farisi, mereka langsung berusaha mencari cara
untuk mencobai atau menjebak-Nya. Namun Yesus membalas kebencian
dan menanggapi pertanyaan ahli Taurat ini dengan baik, sekalipun
pertanyaan tersebut diajukan untuk mencobai. Karena jika Yesus
menjawab hukum yang satu sebagai hukum yang terutama, maka Ia
seperti menganggap hukum yang lain tidak penting. Yesus bisa
dituduh meniadakan hukum Taurat. Meskipun motivasi ahli Taurat
tidak baik, Yesus tetap melayani dan menjawab pertanyaan mereka
dengan baik. Lalu Yesus merumuskan hukum kasih.
Ketiga, seluruh perintah Tuhan harus kita taati dengan semangat
mengasihi Tuhan dan sesama. Kita tidak mungkin bisa menaati hukum
yang mana pun dengan benar, kalau dalam diri kita tidak ada kasih
kepada Tuhan. Mengasihi Tuhan dengan akal budi atau pikiran, hanya
bisa terjadi kalau kita mengenal Allah dengan benar. Orang yang
mengasihi Allah, akan mengasihi sesama dan orang yang tidak
mengasihi sesama, tidak mungkin mengasihi Allah.
e-SH versi web: http://www.sabda.org/publikasi/sh/2013/03/08/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/03/08/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Ayat Alkitab: http://alkitab.sabda.org/?Matius+22:34-40
Mobile: http://alkitab.mobi/tb/passage/Matius+22:34-40
Matius 22:34-40
34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat
orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka
35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk
mencobai Dia:
36 "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"
37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab
para nabi."
e-SH(c) +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ YLSA
Diterbitkan dan Hak Cipta(c) oleh Persekutuan Pembaca Alkitab
e-SH Ditulis oleh penulis-penulis Indonesia
(e-SH) owner-i-kan-akar-Santapan-Harian@hub.xc.org
---
Anda terdaftar dalam i-kan-akar-santapan-harian sebagai [] Untuk berhenti, silakan forward pesan ini ke leave-4560064-3614064.d072cab08d