Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.kristen@blogger.com
e-Wanita -- Makna Salib Kristus
Edisi 103/Maret 2013
Salam damai,
Sering kali, kita mengenakan salib sebagai atribut yang menunjukkan kekristenan kita. Namun, apakah kita pernah benar-benar merenungkan tentang apa itu salib dan makna yang terkandung di dalamnya? Atau, apakah kita sekadar mengenakan atribut salib tanpa pernah benar-benar menyadari maknanya? Artikel dalam edisi kali ini kiranya dapat membantu Sahabat Wanita semuanya untuk memaknai salib dan karya penderitaan Kristus yang terangkum di dalamnya.
Selamat berefleksi!
Staf Redaksi e-Wanita,
N. Risanti
< http://wanita.sabda.org/ >
RENUNGAN PASKAH: BUNGA UNTUK SEORANG ATEIS
Suatu kali, seorang Kristen bertanya kepada seorang ateis ketika mereka sedang berjalan bersama melalui padang rumput. Orang Kristen itu bertanya, "Siapa yang menciptakan semua bunga yang indah ini?" Jawab teman ateisnya, "Lupakanlah! Jangan mulai lagi dengan pembicaraan bodohmu mengenai Allah. Bunga itu ada karena tumbuh sendiri." Orang Kristen itu tidak membantah.
Beberapa hari kemudian, orang Kristen itu diundang oleh teman ateis ke rumahnya. Di ruang tamunya, ada sebuah lukisan bunga yang indah. Teman ateis ini bertanya kepada orang Kristen tersebut, "Siapa yang melukis lukisan ini?" Orang Kristen ini menjawab, "Jangan mulai lagi dengan percakapan sampah tentang agama! Tidak ada seorang pun yang melukis bunga-bunga ini. Mereka ada di lukisan ini karena usaha mereka sendiri. Alam yang membuat bingkai yang berukir ini. Lalu, dengan usahanya sendiri lukisan ini melompat ke tembok, tempat bingkai ini berada, tidak ada seorang pun yang menggerakkan mereka." Sang ateis menganggapnya sebagai gurauan yang payah. Tetapi, orang Kristen ini bertanya, "Apakah logis memercayai bahwa ketiga bunga di dalam lukisan, yang tidak wangi dan tidak hidup, pasti telah diciptakan oleh seseorang, sementara jutaan bunga yang hidup dengan keharuman di lembah-lembah dan perbukitan tidak diciptakan?"
Allah adalah misteri. Yesus mengajarkan kita untuk berkata: "Bapa kami yang ada di surga," bukan "Bapa kami yang berjalan di jalanan dan dapat ditemui oleh setiap orang di setiap sudut jalan." Ia di dalam dunia yang tersamar. Yang paling dapat kita katakan mengenai Dia yaitu, Ia adalah Pribadi yang di atas segalanya, yang tidak dapat dipahami. Akan tetapi, Allah telah menyatakan diri-Nya di dalam Yesus Kristus, Anak Allah, yang pernah datang ke dunia. Perjanjian Baru mengatakan bahwa kasih Kristus, Anak Allah, begitu besar pada manusia sehingga Ia berdoa untuk para pembunuh-Nya, bahkan ketika Ia menanggung rasa sakit di atas kayu salib. Adalah sukacita terbesar bagi-Nya mengampuni dosa yang terbesar.
Diambil dan disunting dari:
Judul buletin: Kasih Dalam Perbuatan, Edisi Mei -- Juni 2009
Penulis: Richard Wurmbrand
Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2009
Halaman: 2
ARTIKEL PASKAH 1: SALIB KRISTUS
Orang-orang memakai salib di balik baju dan kaos mereka, tato, topi, dan perhiasan, meskipun sedikit dari pemakai-pemakai itu yang mengetahui pesan Kristen yang dilambangkannya. Kata Yunani untuk salib berarti "sebatang kayu", dan mengacu pada suatu hukuman terberat yang sangat brutal oleh orang-orang kuno. Mula-mula, si terhukum digantung dengan menggunakan tonggak. Kemudian, dua buah kayu disatukan berbentuk seperti "T", dengan panjang tonggak vertikal melebihi bagian horizontalnya seperti kebanyakan salib pada saat ini.
Setelah dijatuhi hukuman, orang-orang Romawi memaksa si terpidana memikul salib ke tempat pelaksanaan hukuman dengan pengawalan sepasukan tentara (Yohanes 19:17; Matius 27:32). Mereka melanjutkan penyaliban itu dengan penyiksaan (Yohanes 19:1; Kisah Para Rasul 22:24). Pergelangan tangan si terpidana diikat atau dipakukan ke kayu salib (Lukas 24:40), kemudian ditarik naik dan dipasangkan pada tonggak vertikal. Kakinya diikat dan sebuah tanda yang menyatakan kejahatan-kejahatannya juga dipasang. Kematian pun tiba setelah berhari-hari kelelahan, kehausan, dan telanjang. Dimulai dari kesulitan menghirup oksigen akibat kegagalan fungsi otot-otot untuk pernapasan.
Penulis-penulis kuno jarang menuliskan peristiwa penyaliban. Pembaca mereka -- kaum elit terdidik, berbudaya -- memandang penyaliban sebagai peristiwa menjijikkan seperti pandangan terhadap pornografi pada saat ini. Penulis-penulis Injil memperlihatkan pandangan yang sama. Catatan mereka mengenai penghakiman dan kematian Kristus lumayan rinci, meskipun catatan penyaliban itu sangat singkat. Keempat Injil hanya menulis, "Mereka menyalibkan Dia" (Matius 27:35; Markus 15:24-25; Lukas 23:33; dan Yohanes 19:18).
Eksekusi hukuman penyaliban secara terbuka kepada publik membuat si terpidana menanggung penyiksaan melalui perkataan dan dipermalukan secara sosial (Markus 15:29). Hanya budak-budak dan narapidana kriminal berbahaya yang disalibkan; hukuman ini tidak berlaku bagi warga negara Romawi, kecuali untuk pengkhianatan. Orang-orang Yahudi memperberat rasa dipermalukan itu -- siapa pun yang tergantung di kayu salib dikutuki oleh Allah (Ulangan 21:23). Jadi, pesan Kristen mengenai Mesias yang disalibkan menimbulkan persoalan khusus bagi orang-orang Yahudi.
Kita menemukan laporan penyaliban Yesus dalam sejarah Romawi dan dari penulis Yahudi Tacitus, Josephus, dan keempat Injil. Berdasarkan pembandingan fakta kuno itu dengan data astronomi, para ahli memberi tanggal penyaliban jatuh pada 7 April 30 M atau 3 April 33 M. Lokasinya di pinggiran Yerusalem, di atas bukit Golgota, "bukit tengkorak".
Dakwaan hukuman yang ditujukan kepada Yesus oleh Sanhedrin, wakil-wakil rakyat Israel, adalah pembangkangan, suatu kejahatan yang tidak terampuni dalam Kerajaan Romawi (Lukas 23:2,5). Akan tetapi, rencana Allah untuk menyediakan keselamatan bagi kita melalui kematian Yesus terlaksana oleh orang-orang Yahudi dan para politikus Romawi (1 Korintus 15:3).
Salib Kristus merupakan inti pesan Allah (1 Korintus 2:2); lambang tertinggi dari kasih Allah tatkala Ia menanggung hukuman (sebagai) penebus dosa-dosa kita, sehingga dengan demikian membatalkan dakwaan yang ditujukan kepada kita (Kolose 2:14). Yesus menggunakan salib untuk menyatakan seseorang sebagai murid (Markus 8:34). Dan, para pendengarnya dapat memahami penolakan dan penderitaan yang menyertai orang-orang yang mengikuti Yesus. Sekarang, salib yang dikenakan seseorang memberitakan lambang penebusan Allah. Kita yang mengetahui makna salib seharusnya hidup dalam kebenarannya di antara orang-orang lain.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku: 5 Minute Theologian
Judul buku terjemahan: 5 Menit Teologi
Penulis: Dr. Rick Cornish
Penerjemah: Handy Hermanto
Penerbit: Pionir Jaya, Bandung 2007
Halaman: 195 -- 197
ARTIKEL PASKAH 2: JALAN SALIB
- Jalan Salib Adalah Jalan Penyangkalan Diri
Salib kita adalah salib-Nya (Matius 16:24). Yesus melakukan kehendak Bapa-Nya (Yohanes 4:34), demikian juga kita apabila kita milik-Nya (Matius 7:21; Matius 12:50). Para murid meninggalkan segala sesuatu dan semuanya, lalu mengikut Dia (Matius 19:27). Rasul Paulus menderita rugi ketika ia meninggalkan segala sesuatu (Filipi 3:8).
- Jalan Salib Adalah Jalan Aniaya
Putra Allah yang tidak mengenal dosa harus menderita di dalam tangan orang-orang jahat (Markus 14:65; 15:17-20; dan 2 Timotius 3:12). Orang-orang Kristen mau mengambil bagian dalam penderitaan karena mereka tidak mau menyangkal Tuhan mereka (Matius 5:11-12).
- Jalan Salib Adalah Jalan Penderitaan Tubuh
Rasul Paulus memunyai duri yang menusuk di dalam tubuhnya, yaitu suatu pesuruh iblis yang menggocohnya. Akan tetapi, ketika kita mengandalkan Dia dalam kelemahan kita, maka Ia akan memberi kekuatan kepada kita (2 Korintus 12:7-9; Wahyu 3:19). Ajaran Tuhan kadang-kadang berupa suatu penderitaan tubuh -- suatu yang mendorong kita untuk bertelut, serta menyebabkan kita percaya kepada-Nya dan kepada kuasa-Nya.
- Jalan Salib Merupakan Jalan Penghinaan
Dunia bersedia menerima agama tanpa salib dan tanpa darah (Matius 26:31; Yohanes 6:53,66). Apabila Anda menerima Jalan Salib, Anda bukan saja melukai hati orang yang tersesat, melainkan juga menghina para guru besar agama Kristen yang lebih suka tinggal di dalam kesuaman dan kedagingan, tidak seperti Musa, rela menderita bersama-sama dengan umat Allah (Ibrani 11:25).
- Jalan Salib Berarti Meninggalkan Segala Sesuatu
Setiap kita harus meninggalkan dosa (Amsal 28:13), meninggalkan si "aku", meninggalkan cara hidup yang lama, dan meninggalkan ambisi (1 Yohanes 2:15).
- Jalan Salib Berarti Ditinggalkan Seorang Diri
Ketika Yesus menyerahkan diri dan ditangkap, semua murid-Nya meninggalkan Dia (Markus 14:50). Pada saat yang paling genting dalam hidupmu, engkau merasa ditinggalkan, dijauhkan dari segala pertolongan manusia! Para orang saleh yang sesungguhnya di dalam Tuhan sering menjumpai dirinya ditinggalkan oleh semua sahabat yang ada di sekitarnya. Di atas Jalan salib hanya ada tempat bagi dua orang, tetapi yang Satu itu yang berjalan bersama Anda (Ibrani 13:5).
- Jalan Salib Adalah Jalan Kecelaan
"Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian ...." (2 Korintus 2:15-16) "Hai, kamu orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah?" (Yakobus 4:4) "Kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah, kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai saat ini." (1 Korintus 4:13) "Kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar." (1 Korintus 4:12) "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh Kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu." (1 Petrus 4:14)
JALAN SALIB merupakan JALAN PENYANGKALAN DIRI, ANIAYA, NODA, PENDERITAAN TUBUH, PENGHINAAN, MENINGGALKAN SEGALA SESUATU. Demikianlah jalan yang ditempuh Yesus dan yang harus kita ikuti. Apa pun yang Anda temui dalam hidup ini, bersukacitalah bahwa Anda layak menanggung penderitaan bagi nama Tuhan (Kisah Para Rasul 5:41). Di tengah penderitaan ada sukacita, damai sejahtera, dan memperoleh makanan yang tidak dikenal orang (Yohanes 4:32). Terima dan pikullah salibmu dengan bangga, tanpa rasa malu (1 Petrus 4:19; 2 Timotius 2:12).
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buletin: Gema Kalvari, Edisi 67, Mei -- Juni 2006
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Lembaga Pelayanan Terpadu "GEMA KALVARI", Salatiga 2006
Halaman: 20 -- 24
Kontak: wanita(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, N. Risanti, dan Novita Y.
Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >