Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.kristen@blogger.com
e-JEMMi -- Bukti Jenazah yang Hilang 2
No.11, Vol.16, Maret 2013
Shalom,
Artikel berikut merupakan sambungan dari artikel edisi lalu. Dalam wawancaranya dengan William Craig, Lee Strobel terus mencari jawaban mengenai misteri jenazah Yesus dan mendapatkan penjelasan serta bukti-bukti yang semakin meneguhkan bahwa Yesus memang benar-benar bangkit. Seperti apa diskusi mereka? Mari kita simak dalam artikel di bawah ini. Selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati!
Pemimpin Redaksi e-JEMMi,
Yudo
< yudo(at)in-christ.net >
< http://misi.sabda.org/ >
ARTIKEL MISI: BUKTI ATAS JENAZAH YANG HILANG: APAKAH JENAZAH YESUS BENAR-BENAR HILANG DARI MAKAMNYA? (2)
Diringkas oleh: Yudo
Apakah Penjaga Makam Yesus Benar-Benar Ada?
"Adakah bukti yang kuat bahwa kisah tentang penjaga-penjaga makam Yesus itu merupakan sesuatu yang historis?"
"Ada. Bayangkanlah sebuah dialog tentang kebangkitan antara orang Yahudi dan orang Kristen di abad pertama. Pernyataan orang Kristen mula-mula adalah 'Yesus bangkit'. Orang Yahudi menanggapi, 'Para murid mencuri tubuh-Nya'. Terhadap hal ini, orang Kristen berkata, 'Para penjaga di makam akan mencegah pencurian.' Orang Yahudi memberi tanggapan, 'Oh, tapi para penjaga makam tertidur.' Terhadap hal itu, orang Kristen menjawab, 'Tidak, orang Yahudi menyuap para penjaga untuk berkata bahwa mereka tertidur.'"
"Jika tidak ada penjaga, perdebatannya akan menjadi seperti ini: Menanggapi pernyataan Yesus bangkit, orang Yahudi akan berkata, 'Para murid mencuri tubuh Yesus!' Orang Kristen akan menjawab, 'Para penjaga akan mencegah pencurian.' Lalu, respons orang Yahudi adalah, 'Penjaga apa? Kamu gila! Tidak ada penjaga!' Namun, sejarah memberi tahu kita bahwa bukan itu yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi. Hal ini memberi kesan bahwa para penjaga benar-benar ada dalam sejarah dan orang-orang Yahudi mengetahuinya. Karena itu, mereka mengarang cerita yang tidak masuk akal tentang para penjaga yang tertidur saat para murid mengambil tubuh-Nya," jelas Craig.
"Mengapa penguasa Yahudi menempatkan para penjaga di makam Yesus? Jika mereka mengantisipasi kebangkitan, ini bisa berarti bahwa mereka memiliki pemahaman yang lebih baik tentang nubuat Yesus, tentang kebangkitan-Nya, daripada yang dipahami para murid!" tanya saya.
"Anda benar. Mungkin mereka menempatkan para penjaga di sana untuk mencegah perampokan atau gangguan apa pun yang terjadi selama Paskah. Kita tidak tahu."
"Itu adalah argumen yang bagus. Namun, hal itu bukanlah sesuatu yang tidak dapat diatasi."
"Ya, tetapi itu memunculkan beberapa pertanyaan berkenaan dengan kisah penjaga. Jika Anda memerhatikan dengan saksama, Matius tidak mengatakan bahwa para penjaga tersebut adalah orang-orang Yahudi. Para ahli masih berdebat tentang apakah yang dicatat ini adalah penjaga Yahudi atau bukan. Akan tetapi, kata "penjaga" yang Matius gunakan mengacu kepada tentara Romawi. Lagi pula, Yohanes memberi tahu kita bahwa perwira Romawilah yang memimpin tentara Romawi menangkap Yesus, di bawah arahan kepemimpinan Yahudi. Sepertinya masuk akal bahwa mereka juga bisa terlibat dalam penjagaan makam."
Setelah menimbang-nimbang bukti tersebut, saya yakin bahwa para penjaga memang ada.
Bagaimana dengan Kontradiksi dalam Injil?
Selama bertahun-tahun, kritik terhadap kekristenan telah menyerang kisah makam kosong dengan menunjukkan kontradiksi yang tampak di antara catatan-catatan Injil. Misalnya, Charles Templeton, seorang skeptis, berkata, "Empat penggambaran peristiwa dalam tiap-tiap Injil ... memiliki perbedaan yang begitu jelas dalam banyak hal sehingga masing-masing catatan tersebut tidak bisa dihubungkan satu dengan yang lainnya."
Berikut ini adalah catatan dari Dr. Michael Martin dari Boston University tentang perbedaan-perbedaan yang dimaksud oleh Templeton, yang saya bacakan untuk Craig:
Injil Matius mencatat bahwa Maria Magdalena dan Maria yang lain tiba di makam Yesus menjelang subuh. Pada catatan Injil ini, disebutkan bahwa sebelumnya makam Yesus masih tertutup batu, lalu terjadilah gempa bumi yang dahsyat karena seorang malaikat turun dan menggulingkan batunya. Injil Markus, para wanita tiba di makam pada saat matahari terbit dan batu telah terguling. Injil Lukas, ketika para wanita itu tiba di makam sewaktu hari masih pagi-pagi benar, mereka menemukan bahwa batu sudah terguling.
Injil Matius mencatat bahwa seorang malaikat duduk di atas batu di luar makam Yesus. Markus menuliskan, seorang pemuda berada di dalam makam. Lukas mencatat, ada dua orang laki-laki di dalam makam itu.
Injil Matius mencatat bahwa para wanita yang hadir di makam itu adalah Maria Magdalena dan Maria yang lain. Injil Markus, para wanita yang hadir di makam Yesus adalah kedua Maria dan Salome. Injil Lukas, wanita-wanita yang datang adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, Yohana, dan wanita-wanita lain.
Injil Matius mencatat bahwa kedua Maria bergegas dari makam itu dan merasa ketakutan sekaligus sukacita yang besar, mereka berlari untuk memberi tahu murid-murid, dan bertemu Yesus di tengah jalan. Di Markus, mereka berlari keluar dari makam Yesus dalam ketakutan dan tidak berkata apa pun kepada yang lain. Di Lukas, para wanita melaporkan ceritanya kepada para murid yang tidak memercayai mereka dan tidak disebutkan bahwa mereka bertemu Yesus.
"Dalam semua pengertian ini, bagaimana mungkin Anda bisa menganggap bahwa kisah makam kosong adalah hal yang luar biasa?"
Craig menjawab, "Michael Martin adalah seorang filsuf, bukan seorang sejarawan. Jika seorang filsuf menemukan sesuatu yang terlihat tidak konsisten, hukum pertentangan akan berkata, 'Ini tidak mungkin benar, buang saja!' Tetapi, sejarawan melihat catatan-catatan ini dan berkata, 'Saya melihat beberapa ketidakkonsistenan, namun saya memerhatikan kesamaan yang dimiliki oleh masing-masing catatan itu. Hal-hal yang dicatat dalam bagian itu ada dalam rincian sekunder, tetapi tetap memiliki inti yang sama.'"
"Inti sejarah dalam kisah ini dapat dipercaya dan dapat diandalkan, meskipun rincian sekundernya bisa bertentangan. Jadi, kita bisa memiliki keyakinan yang kuat mengenai inti ceritanya, dan telah disepakati oleh mayoritas ahli Perjanjian Baru pada zaman ini."
"Bahkan, Michael Grant, seorang sejarawan skeptis, mengakui dalam bukunya 'Jesus: An Historian's Review of the Gospels', 'Memang benar bahwa penemuan makam Yesus yang kosong digambarkan dengan cara yang berbeda oleh masing-masing Injil. Namun, jika kita mengaplikasikan kriteria yang serupa pada sumber-sumber literatur kuno lainnya, bukti-bukti itu memiliki kekuatan dan cukup masuk akal untuk menyimpulkan bahwa makam Yesus sesungguhnya ditemukan dalam keadaan kosong.'"
Dapatkah Setiap Kontradiksi Itu Diselaraskan?
"Jika keempat Kitab Injil memiliki catatan yang sama, hal itu justru menimbulkan dugaan penjiplakan."
"Kontradiksi di antara catatan tentang makam yang kosong itu memberi kesan bahwa kita memiliki banyak pengakuan yang berdiri sendiri. Ada kalanya orang-orang berkata: Matius dan Lukas hanya menjiplak Markus. Namun, jika Anda membaca narasi masing-masing penulis Injil secara teliti, Anda akan melihat bahwa sekalipun Matius dan Lukas benar-benar tahu cerita Markus, mereka juga memiliki sumber-sumber lain mengenai makam Yesus yang kosong," jelas Craig.
"Adakah cara untuk menyelaraskan beberapa perbedaan di antara cerita-cerita ini?"
"Ada. Misalnya, waktu kunjungan ke makam. Seorang penulis mungkin mengatakan bahwa hari masih gelap, penulis yang lain mungkin mengatakan hampir terang. Mereka sedang menggambarkan hal yang sama dengan kata-kata yang berbeda. Sama halnya dengan jumlah dan nama para wanita, tidak satu pun dari Kitab Injil yang memberikan daftar yang lengkap. Akan tetapi, mereka semua memasukkan Maria Magdalena," jelas Craig.
"Bagaimana dengan cerita-cerita yang berbeda tentang apa yang terjadi setelahnya? Markus mengatakan bahwa para wanita tidak menceritakan kepada siapa pun, dan Kitab Injil lainnya mengatakan mereka bercerita," tanya saya.
Craig menjelaskan, "Jika Anda melihat teologia Markus, ia suka menekankan kekaguman, rasa takut, dan kengerian, serta penyembahan dalam kehadiran Sang Ilahi. Jadi, reaksi para wanita -- melarikan diri dengan ketakutan dan gemetar dan tidak berkata-kata kepada siapa pun -- merupakan gaya penulisan dan teologia Markus. Mungkin terjadi keheningan sementara, tetapi kemudian para wanita itu kembali dan memberi tahu yang lain tentang apa yang telah terjadi.
"Seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal tiga hari tiga malam di pusat bumi." (Matius 12:40) Bagaimanapun, Kitab Injil mencatat bahwa Yesus benar-benar berada di dalam makam sehari penuh, dua malam penuh, dan sebagian dari dua hari. Bukankah ini merupakan contoh bahwa Yesus salah dalam menggenapi nubuat-Nya sendiri?"
"Para ahli mengakui bahwa menurut perhitungan waktu Yahudi mula-mula, bagian mana pun dalam satu hari dihitung sebagai satu hari penuh. Yesus berada di dalam makam hari Jumat sore, sepanjang hari Sabtu, dan Minggu pagi -- menurut cara orang Yahudi memahami waktu masa itu, ini dihitung sebagai tiga hari," jelas Craig.
Dapatkah Para Saksi Dipercaya?
"Kitab Injil sepakat bahwa makam Yesus yang kosong ditemukan oleh para wanita yang adalah teman-teman dan pengikut Yesus. Menurut Michael Martin, kesaksian mereka mencurigakan karena kesaksian itu mungkin bukan pengamatan yang objektif. Apakah hubungan antara para wanita itu dan Yesus, membuat kesaksian mereka menjadi dipertanyakan?"
"Kisah makam yang kosong ini menonjolkan para wanita sebagai orang-orang yang pertama kali menemukannya. Pada abad pertama, wanita berada pada tingkat yang sangat rendah dalam kehidupan sosial di Palestina. Kesaksian wanita dianggap sebagai sesuatu yang tidak bernilai sehingga mereka tidak diizinkan untuk menjadi saksi dalam persidangan hukum Yahudi. Dalam pemahaman demikian, saksi utama atas makam kosong adalah para wanita -- teman-teman Yesus. Fakta bahwa para wanita adalah saksi-saksi pertama atas makam Yesus yang kosong merupakan hal yang paling masuk akal, dan -- suka atau tidak -- mereka benar-benar menemukan makam yang kosong itu! Ini menunjukkan bahwa para penulis Kitab Injil mencatat dengan teliti apa yang terjadi, bahkan hal yang dianggap memalukan sekalipun. Hal ini memperlihatkan sejarah tradisinya, bukan status legendarisnya," jelas Craig.
Mengapa Para Wanita Itu Mengunjungi Makam Yesus?
"Mengapa para wanita itu pergi untuk meminyaki tubuh Yesus jika mereka mengetahui bahwa makam-Nya ditutup? Apakah tindakan mereka itu masuk akal?" tanya saya.
"Para ahli tidak mengenal kasih dan pengabdian yang dirasakan para wanita ini terhadap Yesus. Mereka juga tidak berhak mengucapkan penilaian yang dingin terhadap apa yang hendak dilakukan oleh para wanita ini. Sebagai orang yang sedang berduka, mereka pergi ke makam dengan harapan yang sangat tipis untuk berhasil meminyaki jenazah Yesus. Mungkin, mereka berpikir bahwa akan ada para pria di dekat situ yang bisa memindahkan pintu batu tersebut. Jika ada penjaga, mereka mungkin berpikir bahwa para penjaga dapat membantu mereka. Gagasan untuk mengunjungi sebuah makam demi menuangkan minyak ke atas jenazah adalah kebiasaan historis orang Yahudi. Pertanyaannya, siapa yang akan memindahkan batu untuk mereka?" kata Craig.
Mengapa Orang Kristen Tidak Menyebutkan tentang Makam yang Kosong?
"Argumen utama melawan makam yang kosong itu adalah bahwa tidak seorang rasul pun, termasuk Petrus, menyatakan hal itu dalam khotbah mereka," ujar saya.
"Kisah makam kosong ada dalam khotbah Petrus. Ia menyatakannya dalam Kisah Para Rasul 2:24. Kisah Para Rasul 13:29-31 mencatat bahwa Paulus juga menyatakan hal tersebut. Saya kira agak konyol dan tidak masuk akal, jika kita berpendapat bahwa para pengkhotbah mula-mula ini tidak mengacu kepada makam Yesus yang kosong, hanya karena mereka tidak menggunakan kata-kata khusus, "makam yang kosong".
Apa Bukti Nyatanya?
"Yakinkan saya dengan empat atau lima alasan bahwa makam kosong merupakan fakta historis."
Craig menjawab, "Pertama, makam kosong secara tidak langsung menyatakan tradisi mula-mula. Hal yang diteruskan oleh Paulus dalam 1 Korintus 15 adalah sumber informasi historis yang sangat kuno dan dapat dipercaya tentang Yesus. Kedua, lokasi makam Yesus diketahui oleh orang-orang Kristen dan orang-orang Yahudi. Ketiga, Markus memunyai kisah tentang makam yang kosong -- sebenarnya, seluruh narasi mengenai minggu sengsara berasal dari sumber yang lebih tua (ditulis sebelum tahun 37 Masehi), sehingga sumber itu terlalu dini untuk dapat dirusak oleh legenda. Keempat, terdapat kesederhanaan dari kisah makam kosong dalam Injil Markus. Cerita fiksi yang diragukan kebenarannya dari abad ke-2 berisi segala macam cerita berbumbu. Dalam cerita itu, Yesus keluar dari makam dalam kemuliaan dan kuasa, dan semua orang melihat-Nya, termasuk para imam, penguasa Yahudi, dan para penjaga Romawi. Sebaliknya, catatan Markus tentang kisah makam kosong amat sederhana dan tanpa dihiasi oleh perenungan teologis. Kelima, kesaksian-kesaksian yang sepakat bahwa makam kosong ditemukan oleh para wanita menekankan keotentikan kisah tersebut. Keenam, polemik Yahudi paling awal mensyaratkan sejarah tentang makam kosong. Dengan kata lain, tidak ada orang yang menyatakan bahwa di dalam makam masih terdapat jenazah Yesus. Pertanyaannya adalah, 'Apa yang terjadi dengan jenazah-Nya?' Orang Yahudi mengajukan kisah yang menggelikan bahwa para penjaga tertidur. Jelas, mereka mengupayakan segala cara. Namun, intinya adalah: mereka memulai dengan anggapan bahwa makam itu kosong karena mereka tahu bahwa makam itu memang kosong!"
Bagaimana dengan Teori-Teori Alternatif?
Kirsopp Lake (1907) berpendapat bahwa para wanita pergi ke makam yang salah. Mereka tersesat dan seorang penjaga memberi tahu mereka, "... kamu mencari Yesus dari Nazaret. Dia tidak ada di sini," dan mereka lari ketakutan.
"Lake tidak menghasilkan argumen apa pun dengan ini. Lokasi makam Yesus diketahui oleh penguasa Yahudi. Jika para wanita itu datang ke makam yang salah, penjaga pemakaman itu akan menunjukkan makam Yesus dan mengoreksi pemahaman para murid bahwa Yesus telah bangkit dari kematian."
"Jelas, para murid tidak punya motif untuk mencuri jenazah Yesus dan kemudian mati demi sebuah kebohongan, dan tentu saja para penguasa Yahudi tidak akan memindahkan jenazah itu. Kita hanya memiliki teori bahwa makam kosong merupakan sebuah legenda yang dibuat setelah peristiwa itu, dan seiring dengan perkembangan legenda itu, orang-orang tidak dapat mementahkan kisah tersebut karena lokasi makam itu telah terlupakan," kata saya.
"Teori itu telah menjadi pokok masalah, bahkan sejak tahun 1835, ketika David Strauss menyatakan cerita ini adalah dongeng. Berdasarkan analisis, semua teori tampaknya runtuh di bawah bukti dan logika. Namun, satu-satunya pilihan yang ada adalah untuk percaya bahwa Yesus yang sudah disalib, bangkit kembali -- sebuah kesimpulan yang menurut beberapa orang sebagai sebuah hal yang terlalu fantastis untuk dapat diterima."
"Meskipun teori-teori alternatif memiliki celah-celah di dalamnya, tidakkah teori-teori itu lebih masuk akal daripada gagasan bahwa Yesus adalah Allah yang berinkarnasi dan yang telah bangkit dari kematian?"
"Jika demikian, urusannya bukan lagi sebuah isu historis, melainkan pertanyaan filosofis tentang apakah mukjizat itu mungkin?" jawab Craig.
"Apa yang akan Anda katakan tentang itu?"
"Saya akan membantah hipotesis yang menyatakan bahwa Allah mustahil membangkitkan Yesus dari kematian. Yang mustahil adalah hipotesis bahwa Yesus bangkit secara alami dari kematian. Hipotesis bahwa Allah membangkitkan Yesus dari kematian tidak melawan pengetahuan atau fakta pengalaman mana pun. Yang dibutuhkan hanyalah hipotesis bahwa Allah itu ada. Selama keberadaan Allah mungkin, maka Dia mungkin bertindak di dalam sejarah dengan membangkitkan Yesus dari kematian," jawab Craig. (t\Jing Jing)
Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul buku: The Case for Easter
Judul asli artikel: The Evidence of the Missing Body: Was Jesus' Body Really Absent from His Tomb?
Penulis: Lee Strobel
Penerbit: Zondervan, Grand Rapids, Michigan 2003
Halaman: 42 -- 56
Kontak: jemmi(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Amy G., Yulia, dan Novita Y.
Berlangganan: subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/misi/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >