Renungan Harian & Leadership Kristen
| Renungan | Bina | Bio | Buku | Doa | E-JEMMi | Kisah | Konsel | Leadership | Wanita | Humor |

Saturday, May 26, 2012

[i-kan-binaguru] Anak Sulung

---------------------------------------------------------------------   e-BinaGuru -- MILIS DISKUSI PARA PELAYAN ANAK DAN GURU SEKOLAH MINGGU     ---------------------------------------------------------------------   

Psikologi Anak Sulung
Saya ambil cerita ini dari drama Jepang tahun 2000, Oyaji. Drama ini mengisahkan sebuah keluarga, orang tua dengan 3 anaknya. Namanya berturut-turut Sayuri (27 tahun), Suzu (20 tahun), dan Tadashi (18 tahun ?).
Tokoh utamanya adalah sang oyaji (bapak) yang keras kepala, tapi sebenarnya sangat sayang kepada anak-anaknya.
Sayuri, anak pertama dari keluarga ini. Model yang patuh, penurut, selalu membantu ibunya di dapur, nggak pernah bikin masalah untuk orang tua maupun keluarga. Setelah lulus kuliah, kegiatannya sekarang mengajar di sebuah SD swasta. Disebutkan kalau passion-nya memang untuk mengajar, selain memang dia suka sama anak-anak. Maka, karakter yang muncul di awal-awal adalah sosok seorang yang sabar dan penyayang pada anak-anak saat di sekolah, dan sosok kakak yang baik, sabar, tempat curhat, tempat bergantung bagi kedua adiknya di rumah.
Suzu, sebagai anak kedua, karakternya sangat beda dengan kakaknya. Lebih sporadis, terus terang, emosional, tapi menyenangkan, ceria, dan riang. Dalam berbagai kesempatan, karakter Suzu inilah yang paling mirip sifatnya sama oyaji. Dalam cerita, dia masih di bangku kuliah.
Lalu, ada Tadashi. Anak bungsu, laki-laki. Pundak dia berat dengan beban harapan bapaknya yang ingin suatu hari Tadashi meneruskan usaha klinik bapaknya. Kegiatan dia sekarang berkonsentrasi pada bimbingan belajar untuk masuk perguruan tinggi—jurusan kedokteran tentunya.
Drama ini kemudian diawali dengan Suzu yang berkeinginan untuk menikah dengan lulusan Todai yang baru dikenalnya 2 minggu lalu. Ketika dia bilang niatnya itu ke oyaji, langsung tanpa ba-bi-bu oyaji dengan nada tinggi bilang nggak setuju.
"Pokoknya bapak nggak setuju. Bagaimana mungkin kamu yang baru kenal sama cowok itu 2 minggu bisa langsung mutusin mau nikah. Dari dulu kamu nggak pernah konsisten sama keinginan kamu. Bisa jadi sekarang ngomong kayak begini, sebulan lagi sudah beda. Lagipula kamu kan masih kuliah. Nanti kuliahmu gimana?"
Begitu dijawab kalau dia akan meninggalkan kuliah, dan akan pergi bersama calon suaminya ke New York untuk bekerja, semakin marahlah oyaji.
Pada akhirnya, dengan emosi yang meledak, oyaji menyuruh Suzu untuk keluar dari rumah. Saat seperti inilah Sayuri berperan. Sayuri yang berusaha menenangkan adiknya yang juga sudah terbakar emosinya. Keinginannya untuk keluar rumah sudah di ubun-ubun. Tapi karena omongan-omongan dan nasehat-nasehat Sayurilah, Suzu akhirnya memutuskan tetap tinggal di rumah. Dia kemudian memilih pendekatan lain untuk memastikan oyaji mendukung rencana nikahnya.
Bukan sekali itu saja dalam keluarga ini ada masalah seperti itu. Pernah juga masalahnya menimpa Tadashi. Saat itu dia menyadari bahwa jalan menjadi dokter begitu panjang. Nilainya nggak kunjung membaik, sampai dia memberanikan diri bilang ke bapaknya kalau dia akan berhenti mengejar universitas. Dia ingin mencari jalan lain yang sesuai minatnya.
Bisa ditebak, oyaji marah besar mengetahui niat anaknya ini. Mereka berdua sampai bergumul di dalam rumah, yang diakhiri perginya Tadashi karena diusir juga. Lagi-lagi di saat seperti ini, Sayuri jadi tempat curhat Tadashi.
Lalu, bagaimana dengan Sayuri? Bukan berarti dia nggak punya masalah juga. Dia rupanya hamil dari seorang laki-laki yang sudah beristri. Umur janinnya sudah 4 bulan. Sudah 4 bulan juga lamanya dia merahasiakan hal itu dari semua orang—termasuk orang tuanya, sampai suatu malam saat semua kumpul di rumah, dia bicara. Seperti tersambar petir, oyaji langsung naik pitam. "Keluar kamu !!" pekiknya.
Dengan pikiran yang penuh, Sayuri langsung bergegas keluar dari rumah. Tentu saja ibunya dan adik-adiknya berusaha mengejar sambil mengajaknya kembali.
Di tengah hujan di malam hari itu, Sayuri sembari terisak bilang seperti ini di depan ibu dan adik-adiknya: "Kaasan, gomen ne. Aku udah capek jadi anak yang baik."
"Dulu ketika Suzu lahir, aku langsung merasa begitu khawatir melihat betapa bahagianya ibu dan bapak menggendong dia. Begitu juga saat Tadashi lahir. Karena emang dia satu-satunya anak laki-laki, aku juga melihat begitu sayangnya ibu dan bapak ke Tadashi. Aku langsung merasa takut, kalau seandainya aku nggak jadi anak yang baik, nanti bapak sama ibu cuma sayang ke Suzu dan Tadashi, dan aku akan ditinggal. Karena itu aku belajar keras; bantu-bantu di dapur juga nggak pernah aku tinggalin; juga ngurusin Suzu dan Tadashi. Semuanya cuma untuk dapat pujian dari bapak dan ibu."
Ibunya terdiam mendengar pengakuan Sayuri. Dalam guyuran hujan yang belum berhenti, Sayuri melanjutkan, "padahal sebenarnya, dalam perasaanku yang paling dalam, aku iri sama Suzu dan Tadashi. Aku cemburu. Ketika rencana pernikahan Suzu gagal, sisi lain diriku justru bergembira karenanya. Begitu juga ketika tahun lalu Tadashi gagal masuk universitas."
"Nggak ada yang bisa mengerti aku. Aku bukan kakak yang baik. Pun sebagai anak, aku bukan anak yang baik buat bapak dan ibu." Malam itu, di tengah guyuran hujan itu, Sayuri pergi.
* * *
Karakter Sayuri ini yang disebut oleh psikolog sebagai karakter umum anak sulung atau anak pertama. Lebih lengkapnya: serious, conscientious, directive, goal-oriented, aggressive, rule-conscious, exacting, conservative, organized, responsible, jealous, fearful, high achieving, competitive, high in self-esteem, dan anxious.
Hanya sebatas teori, tapi dari adegan tear-jerker di drama ini, kita setidaknya bisa mengetahui gagasan utama teori Alfred Adler, psikolog asal Austria yang meneliti tentang karakter anak berdasarkan urutan kelahiran di keluarga. Jadi, anak sulung, anak bungsu, anak tunggal, anak kembar, masing-masing memiliki kecenderungan karakter yang berbeda-beda kalau menurut teori Alfred Adler.
Walaupun penelitian-penelitian yang lebih baru menyimpulkan bahwa faktor urutan kelahiran kenyataannya hanya berpengaruh kecil, tetap menarik bagi orang tua maupun calon orang tua untuk mengetahui hal seperti ini. Di antara hal-hal yang disebutkan sebagai faktor penting pembentuk karakter anak adalah pendidikan dari orang tua dan posisi ekonomi maupun sosial sebuah keluarga.
Wals
 

---------------------------------------------------------------------    Bergabung kirim e-mail ke:         Berhenti kirim e-mail ke:        Untuk arsip: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaGuru   ---------------------------------------------------------------------   
Miliki Blog atau Website Sendiri
Dapatkan Panduannya
Hubungi : 0813 5643 8312 - 0857 5737 8151 - 0431 8013154
Format SMS : Panduan Isi Pesan
Klik Demo / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
atau pilih template :
Klik, Pilih & Pesan Sekarang / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
G R A T I S
The Christian Blog @ 2011 - 2012
Designer : Joni Wawoh, SH
hostgator promo