Renungan Harian & Leadership Kristen
| Renungan | Bina | Bio | Buku | Doa | E-JEMMi | Kisah | Konsel | Leadership | Wanita | Humor |

Wednesday, June 25, 2014

[i-kan-untuk-reformed] PETA PERUBAHAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA BAGI PELAYANAN PADA ABAD XXI (1) -- 153 Juni/2014

______________________Milis Publikasi e-Reformed______________________
Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com

e-Reformed -- Peta Perubahan Teknologi Komunikasi dan Dampaknya Bagi
Pelayanan Pada Abad XXI (1)
Edisi 153/Juni 2014

DAFTAR ISI:
ARTIKEL: PETA PERUBAHAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA BAGI
PELAYANAN PADA ABAD XXI (1)

Dear e-Reformed Netters,

Teknologi terus berkembang dari zaman ke zaman. Tentunya bentuk
pelayanan juga harus menyesuaikan dengan konteks perkembangan
teknologi. Oleh karena itu, kali ini kita akan membahas peta
perubahan teknologi komunikasi dan dampaknya bagi pelayanan pada abad
21. Meskipun artikel ini tergolong lama dan beberapa bagian sudah
tertinggal zaman (karena ditulis sebelum pergantian milenium), tetapi
tetap relevan untuk kita baca. Karena artikel ini cukup panjang, saya
membaginya dalam 2 edisi (Juni dan Juli). Saya berharap artikel ini
dapat menjadi berkat dan inspirasi bagi para pembaca. Selamat menyimak.

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Teddy Wirawan
< teddy(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >


ARTIKEL: PETA PERUBAHAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN DAMPAKNYA BAGI
PELAYANAN PADA ABAD XXI (1)

I. Pendahuluan

Di negara bagian Illinois, Amerika Utara, terdapat sebuah kota
bernama Streator. Pada saat memasuki Streator, kita akan terpana
membaca tulisan raksasa dengan gambar sebuah bola bumi: "Selamat
Datang di Streator, Pusat Pembuat Botol Sedunia". Tiga puluh tahun
lalu, lebih dari 5000 orang di kota ini bekerja untuk dua perusahaan
botol raksasa. Pada masa itu, berbagai produk cair seperti jus, susu,
dan minuman lain dilarang dijual di Streator bila tidak dimasukkan ke
dalam botol kaca. Pendek kata, pada tahun 1960-an, konon Streator
adalah benar-benar menjadi pusat botol dan beling sedunia. Kini,
Streator cuma menjadi kota kecil yang hidup senin-kamis tanpa
antusiasme. Sesuatu telah terjadi. Pada awal tahun 1970-an, orang
mulai bergeser menggunakan botol plastik, kaleng aluminium, dan
karton untuk menampung berbagai benda cair. Streator juga berusaha
mengatasi perubahan tadi dengan mengadakan suatu orkestrasi
besar-besaran dari kekuatan produksinya, tetapi gagal total; bukan
karena kurang motivasi, kurang terampil, atau kurang gesit berespons.
Mereka gagal karena tidak mengenali peta yang sedang berubah secara
mendasar. Suatu pergeseran paradigma terjadi dan Streator gagal memahaminya.

II. Di Mana Kita Berada?

Sebentar lagi, kita akan mengalami sesuatu yang tak dialami oleh ayah
ibu kita serta kakek nenek kita, yaitu kita akan mengalami
berakhirnya suatu abad, sekaligus awal milenium baru. Di dalam
sejarah kita, pergantian ini merupakan hal yang menarik dan berdampak
luas. Terakhir kali hal tadi terjadi adalah seribu tahun silam. Pada
waktu itu, beberapa ciri terlihat:

Kota terbesar yang pernah dimiliki manusia sebelum abad ke-10 adalah
Roma dengan jumlah penduduk sekitar satu juta dua ratus ribu orang.
Namun, sekitar abad ke-10, kota-kota menjadi lebih kecil dan
terisolasi dengan sistem mata uang, pajak, keamanan, budaya,
pendidikan tersendiri.

Asia merupakan kerajaan-kerajaan yang unggul dan berteknologi tinggi
pada masanya.

Sementara itu, Eropa sudah 5 abad berada dalam zaman amburadul,
feodalistis, dan bahkan salah satu tiang kekuatan sosial pada saat
itu, yaitu agama, sedang bergerak pecah dua, yaitu menjadi Gereja
Barat (yang berpusat di Roma) dan Gereja Timur (Bizantium) pada tahun 1054.

Masyarakat menjadi stagnasi, hanya terdiri atas bangsawan penguasa,
pimpinan agama, kaum pedagang serta warga rakyat jelata.

Sebagian orang segan bepergian jauh karena tiap lokasi memiliki
sistem, penguasa, dan kualitas keamanan yang berbeda. Hanya kaum
pedagang yang berani menempuh jarak yang panjang dan berbahaya.

Dibandingkan dengan zaman itu, pergantian milenium ini menampilkan
wajah masyarakat dunia yang jauh berbeda, antara lain:

Manusia lebih banyak bergerak ke kota-kota daripada ke desa-desa.
Kota-kota yang memiliki lebih dari 7 juta penduduk semakin banyak.

Pusat dinamika kekuasaan sedang bergeser kembali ke Asia setelah dari
Eropa ke Amerika (tingkat pertumbuhan ekonomi Asia sekitar 7 sampai 9
persen per tahun).

Pusat ilmu pengetahuan tersebar di berbagai sentra di seluruh penjuru
bumi. Keio University, East-West Center Hawaii, Nanyang University,
National Singapore University, Monash, Harvard, Princeton, Berkeley,
Northwestm University, dan sebagainya, mungkin lebih dikenal daripada
perguruan-perguruan tinggi kuno dan top di Eropa seperti Padua,
Salamanca, Den Haag, Praha, Heidelberg, Tubingen, Vrije, atau Geneva.
Pendidikan lebih tersedia dan terjangkau untuk lebih banyak orang,
termasuk warga jelata.

Teknologi tinggi menjadi tersedia, bukan hanya untuk para bangsawan
dan mereka yang memiliki kelebihan, melainkan juga bagi warga jelata.
Televisi, lemari es, radio, kalkulator, kamera, merupakan bagian
hidup sehari-hari.

Manusia modern sudah bergerak dari pola komunikasi lisan audio ke
komunikasi baca tulis, serta interactive electronic.

Masyarakat bergerak dengan cepat dan berubah tanpa dapat diprediksi
dengan mudah. Susunan masyarakat tidak hanya dari kaum "atas",
pedagang, agama, dan rakyat jelata. Kaum intelektual menjadi kekuatan
tersendiri. Kaum bangsawan penguasa kini berwujud menjadi dua
kelompok yaitu, militer dan/atau birokrat.

Berbagai tulisan telah membahas tren perubahan tadi. Di sini, saya
akan membahas secara khusus akibat pergeseran pola komunikasi tadi
dan dampaknya bagi pelayanan kristiani, terutama dengan fokus untuk
lingkup perkotaan, mengingat lingkup perkotaan menjadi orientasi
konteks hidup lainnya di Indonesia.

III. Pergeseran Pola Komunikasi

Ketika masyarakat masih mengandalkan komunikasi antarpribadi dengan
metode audio (pendengaran) serta kata-kata lisan, jangkauan
komunikasi antarmanusia dibatasi tempat dan waktu, demikian menurut
studi yang dilakukan oleh pakar komunikasi di Ottawa, Walter Ong, SJ.
Misalnya, ucapan Ratu Sima, atau Samarrotungga, tidak akan dapat
didengar oleh cucu-cucunya karena untuk dapat mendengarnya, mereka
harus hadir di sekitarnya dan hidup pada zaman yang sama dengannya.

Ketika metode komunikasi antarmanusia diperkaya dengan metode
tulisan, sesuatu hal yang baru terjadi dalam hidup manusia. Hal itu
terjadi setelah Guttenberg atau orang Korea atau Kaisar Shih Huangti
di China memungkinkan rakyat untuk memiliki akses ke dunia komunikasi
tulis menulis. Kini, komunikasi dapat diawetkan dan ditransfer
melewati zaman yang berbeda, bahkan menembus batas geografis yang
sulit. Contohnya, tulisan kuno dari zaman perang petani (Baueren
Krieg) abad 16-an, masih tersedia dalam bentuk aslinya sehingga kita
dapat memahami situasi pada waktu itu.

Namun, dengan munculnya komunikasi elektronik, khususnya radio dan
televisi, manusia berhasil menembus batas geografis lebih andal,
serta batas waktu. Informasi-informasi dari tempat yang jauh dan
dekat kini ada di ruang tamu kita secara serempak dan real time.
Lihat saja program Discovery Channel. Bahkan menurut Tony Schwartz,
media elektronik telah menjadi ilah kedua, yang hadir di mana-mana
dan kapan saja serta penuh dengan kuasa.

Kehadiran komputer yang pada mulanya tidak ditujukan untuk konsumsi
rakyat jelata ternyata mengubah dunia secara lebih radikal. Mulanya,
alat ini diciptakan untuk membantu manusia dalam menyimpan dan
mengolah informasi, khususnya mengolah penghitungan. Maka, muncullah
bahasa komputer untuk mendukungnya. Bahasa pertama dibuat oleh George
Boole pada tahun 1854. Demikian halnya dengan Charles Babbage. Pada
tahun 1930, pembuatan metode perhitungan dengan komputer ini mencapai
puncak dengan Massachusset Institute of Technology. Muncul pula nama
Alan Turing, von Neumann, dan lain-lain. Dengan munculnya teknologi
transistor, komputer yang sebesar deretan kulkas menjadi sebesar
filing cabinet, dan akhirnya, sebesar desktop sekarang. Proses
miniaturisasi mulai terjadi di dunia transistor. Muncullah berbagai
cip yang berisi jutaan transistor dalam ukuran sebesar kuku jari
manusia. Program yang semakin canggih membuat komputer memiliki
multifungsi: menghitung, menyimpan informasi, mengklasifikasikannya,
membuat simulasi untuk prediksi, membuat optimisasi, bahkan membuat
desain, menulis, mengolah tampilan potret, dan sebagainya. Internet
atau penghubungan komputer dengan rangkaian alat elektronik lain
membuat komputer dapat mengatur lampu lalu lintas, kapan lampu rumah
harus mati dan nyala, kapan suhu dari AC dikurangi, bahkan membuat
berbagai keputusan sederhana sampai yang rumit dengan kecepatan yang
luar biasa. Maka, terperangahlah para usahawan yang tadinya hanya
menganggap komputer sebagai mesin hitung yang berlayar atau mesin
yang rumit. Kini, di atas semua tadi, suatu tren terbaru muncul,
yaitu membuat komputer dengan berbagai kehebatannya tadi dapat
"berkomunikasi" satu dengan yang lainnya. Muncullah Local Area
Network, Wide Area Network, serta yang kini digandrungi adalah
internet. Data, gambar, dan berbagai pencarian informasi dapat
dilakukan dari rumah secara interaktif. Dengan demikian, semestinya
ada banyak pekerjaan dapat dikerjakan di rumah, dan bukan di kantor.

IV. Internet: Revolusi Diam-Diam

Internet pada mulanya adalah jaringan komputer yang dibuat oleh
lembaga pertahanan Amerika dalam rangka perang dingin dengan USSR.
Waktu itu, namanya DARPA yang kemudian menjadi Arpanet. Kemudian,
jaringan tadi melibatkan universitas, laboratorium, serta kalangan
bisnis. Akhirnya, jaringan ini mencapai 50 juta komputer di seluruh dunia.

Untuk mengaksesnya, seseorang hanya memerlukan komputer, modem
(modulator demodulator), dan sebuah pesawat telepon serta
berlangganan ke sebuah perusahaan yang menawarkan akses ke jaringan
internet tadi. Perusahaan seperti ini dikenal dengan nama Internet
Service Provider (ISP). Dengan memiliki akses ke internet, seseorang
dapat mengirim pesan tertulis ke Skandinavia, misalnya, dengan biaya
menelpon lokal, yaitu dari rumahnya ke kantor Internet Service
Provider tadi, yang berada di kota yang sama dengan dirinya. Selain
itu, ia dapat pula mengirim file, gambar, musik, dan sebagainya.

Lebih hebat lagi, alat ini juga dapat menjadi alat untuk menolong
kita mencari informasi di segala penjuru bumi. Misalnya, Anda ingin
tahu apakah dijual Alkitab dalam bahasa Mandarin untuk para tunanetra.

Masih ada lagi yang internet dapat lakukan bagi Anda. Anda dapat
bercakap-cakap dengan rekan dan saling melihat wajah Anda, yaitu
dengan menghubungkan komputer Anda dengan sebuah kamera seharga US$
200 dengan program yang bernama CUC me.

Jelaslah, internet membuat desentralisasi kuasa terjadi melalui
difusi atau penyebaran informasi dan akumulasi informasi yang tidak
dapat dikendalikan siapa pun. Internet juga membuat manusia mampu
mengekspresikan diri dan berkomunikasi dengan siapa saja melalui
bahasa apa saja yang ia pilih, serta waktu yang ia kehendaki. Manusia
bahkan dapat membentuk kelompok-kelompok, seperti asosiasi riset yang
dilakukan oleh mahasiswa psikologi di tingkat pascasarjana, forum
pelayanan muda-mudi sedunia, Pink Network (gay), dan sebagainya.
Semuanya mengisyaratkan bahwa dunia modern merupakan dunia yang penuh
dengan keberbagaian pilihan.

V. Dampak: Menuju Virtual Office, Virtual School, dan Virtual Home

Apa dampak pergeseran di atas bagi kejiwaan anggota masyarakat dan
gereja? Pertama, dengan komunikasi lisan, kita tidak terpisah secara
batin dari orang yang kita ajak bicara. "Kau dan aku diikat dengan
kata-kata dan bisikan." Realita dan diri kita tergabung jadi satu
dalam harmoni. Emosi dan nalar tidak terpisah. Kita belajar
berkomunikasi dengan sabar. Kita belajar menyimak dengan baik.

Dengan berkomunikasi secara lisan dan juga masuk ke dunia
tulis-menulis, manusia belajar untuk menata kompleksnya realitas ke
dalam format yang rapi, tersusun, dan terkendali. Entah kiri ke
kanan, entah dari atas ke bawah, atau dari kanan ke kiri, manusia
dibiasakan untuk membuat realitas terpilah dan tersusun. Hubungan
antarmanusia pun mulai mengambil dua bentuk. Bentuk lisan yang
tradisional dan bentuk tulisan. Di dunia tulisan, anehnya, semua
harus rapi. Realitas diwakilkan sebagai hal yang tersusun. Apa yang
ambivalen segera dianggap sebagai anomali (kelainan). Kelekatan dan
kedekatan emosi semakin longgar. Nalar semakin menjadi pendominasi
ulung. Maka, abad pencerahan pada abad XIX pun muncullah.

Manusia cenderung mengagungkan diri, merasa semakin rasional, bahkan
sering menjadi pongah dalam menangani hidupnya, sampai muncullah
perang dunia pertama. Di situ, manusia menyadari bahwa dirinya tidak
hanya makhluk rasional, tetapi realitas juga tidak dapat disterilkan
ke dalam format yang ia buat.

Pergeseran ke dunia elektronis membuat manusia menjadi lebih pasif.
Menurut Jacques Ellul, televisi terutama membuat manusia menikmati
realitas yang telah dipilihkan oleh sang penyiar. Televisi yang
mulanya dianggap sebagai alat penerima informasi, kini menjadi alat
untuk berekreasi. Manusia segan menelaah secara kritis, tetapi lebih
suka menikmati dan meminta variasi lebih. Hal ini terlihat dengan
munculnya para pembosan yang sebentar-sebentar mencari saluran dan
acara televisi yang lain.

Khusus untuk Indonesia, terutama masyarakat kota besar dan masyarakat
yang tidak sepenuhnya melek huruf, agaknya komunikasi elektronis
rekreasional membuat dampak yang sangat kuat, entah untuk beberapa
lama sampai keseimbangan tercapai. Apa yang disampaikan di media
elektronik, terutama televisi, didifusikan, diadopsikan, dan jadi
bagian hidup. Orang belajar dengan sukarela dari apa saja yang
televisi sampaikan selama bobot rekreasinya tinggi karena kecepatan
belajar dan kecepatan menyerap hal baru sangat meningkat bila orang
merasa menikmati hal itu.

Dengan kata lain, pergeseran pola komunikasi umum di masyarakat,
membuat manusia cenderung semakin tak mampu menyimak, meneliti, dan
mengamati untuk waktu yang panjang, apalagi hal-hal yang ia tidak
minati. Orang jadi pembosan dan semakin kompleks dalam dirinya.

Selain itu, manusia lebih suka berkecimpung dalam dunia kesan
daripada memperhatikan pesan yang ada. Selama pesan tidak dikemas
secara mengesankan (kalau perlu secara dramatis, berdarah, sadis, dan
seksi), pesan tidak diperhatikan. Tingkat kekritisan menurun tajam.
Inilah pop-culture secara global.

Internet sebagai hal baru mungkin belum terasa dampak massalnya,
tetapi jelas akan merambah dengan cepat. Bila pada tahun 1994
Indonesia memiliki satu service provider, kini telah tercatat 22
provider walaupun baru 9 yang memiliki izin operasional. Service
provider terbesar dan pemimpin pasar (Rahajasa Media Internet)
mendapatkan pelanggan 450 orang per bulan secara nonstop sejak
dibukanya pada bulan Mei 1995. Pendatang baru, CBN net, mengalami hal
yang sama, sejak Januari 1996 sampai sekarang, mereka berhasil
mendapatkan 1500 pelanggan. Perkiraan kasar menunjukkan sekitar
25.000 orang telah menjadi pengakses internet. Hasil riset yang kami
lakukan menunjukkan bahwa 87 % pengguna aktif (28 -- 40 jam per
bulan) adalah orang yang berusia 19 -- 30 tahun dengan mayoritas para
penyandang gelar S1. Mereka menggunakan akses internet terutama dalam
rangka berekreasi dan mencari data (n=364, studi dilakukan di Jakarta
selama bulan Februari sampai awal Mei 1996). Keseluruhannya
mencerminkan bahwa internet sangat dibutuhkan karena merupakan
kesempatan menelusuri pilihan-pilihan yang beragam. Semangat
individualistis dan postmodernism semakin nyata.

Apakah ada dampak positif yang menyeluruh dari perkembangan pola
komunikasi yang bergeser dan tumpang tindih? Pergeseran-pergeseran di
atas membuat manusia menjadi semakin belajar untuk mengenal cara
berkomunikasi yang berbeda-beda. Mereka belajar berbagai cara
berkomunikasi serta sekaligus mengenali kompleksitas masing-masing.
Manusia semakin mengeluarkan potensinya untuk berkomunikasi dalam
berbagai mode.

Secara praktis, beberapa kemungkinan baru menjadi muncul seperti
terlihat dari ilustrasi ini. Pada saat ini, saya masih memimpin
sebuah kantor dengan 15 staf di dalamnya. Menghitung biaya yang
dikeluarkan setiap bulan untuk membayar listrik, air, AC, telepon,
kebersihan, uang keamanan, dan sejenisnya, serta pusingnya menghadapi
staf yang saling bersaing, atau bersinggungan secara antarpribadi
tentunya bukan cuma monopoli kami. Belum lagi risaunya kita mengamati
staf wanita yang baru memiliki bayi kecil yang sudah harus
ditinggalkannya di rumah dengan baby sitter. Mereka bekerja dengan
hati yang terpecah dua. Akan tetapi, bayangkan kemungkinan seperti
ini: Semua staf diizinkan bekerja di rumah. Masing-masing memiliki
sebuah telepon selular, komputer notebook dengan modem-nya. Seminggu
sekali atau dua kali, kami akan berjumpa di hotel atau restoran untuk
menentukan pembagian tugas. Bagi para staf, tentunya hal tadi sangat
menyenangkan. Anak-anak mereka yang biasanya tumbuh di bawah pengaruh
pembantu, kini masih bisa melihat ibunya di rumah secara rutin. Waktu
perjalanan dari dan ke kantor yang setiap hari menyita dua jam lebih
dapat dipergunakan untuk hal-hal lain. Biaya pemeliharaan kantor
dapat dipakai untuk biaya telekomunikasi per telepon dan modem yang
semakin murah. Selanjutnya, para staf terpaksa belajar untuk
berkomunikasi lebih efektif, yaitu menyimak dan memberi instruksi
atau memberi laporan secara singkat, padat, dan efektif. Lebih
menarik lagi, bila kantor kami tadi kami sewakan atau jual, tidakkah
akan ada dana berlebih? Inilah gejala yang dikenal dengan nama
virtual office atau kantor maya. Hal tadi secara potensial dapat
dilakukan dengan tersedianya teknologi informasi dan komunikasi.
Namun, apakah hal ini dapat diterapkan di Indonesia sepenuhnya?
Banyak prasyarat yang perlu disimak. Teknologi yang tersedia sudah
pasti memungkinkan penekanan biaya overhead dan operasional untuk
menjalankan sebuah kantor, atau sebuah percetakan, bahkan sebuah rumah sakit.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Jurnal Pelita Zaman, Volume 12, Nomor 01 (Mei 1997)
Judul bab: Peta Perubahan Teknologi Komunikasi dan Dampaknya Bagi
Pelayanan Pada Abad XXI
Penulis: Robby I. Chandra
Penerbit: Yayasan Pengembangan Pelayanan Kristen Pelita Zaman
Halaman: 53 -- 67


Kontak: reformed(at)sabda.org
Redaksi: Teddy Wirawan, Yulia Oeniyati, dan Ryan
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >


---
This email is free from viruses and malware because avast! Antivirus protection is active.
http://www.avast.com


______________________________e-Reformed______________________________

Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com
Kontak Redaksi: < reformed(a t)sabda.org >
Untuk mendaftar: < subscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Arsip e-Reformed: < http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed >
SOTeRI: < http://soteri.sabda.org/ >
Situs YLSA: < http://www.ylsa.org/ >
Situs SABDA Katalog: < http://katalog.sabda.org/ >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Miliki Blog atau Website Sendiri
Dapatkan Panduannya
Hubungi : 0813 5643 8312 - 0857 5737 8151 - 0431 8013154
Format SMS : Panduan Isi Pesan
Klik Demo / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
atau pilih template :
Klik, Pilih & Pesan Sekarang / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
G R A T I S
The Christian Blog @ 2011 - 2012
Designer : Joni Wawoh, SH
hostgator promo