Renungan Harian & Leadership Kristen
| Renungan | Bina | Bio | Buku | Doa | E-JEMMi | Kisah | Konsel | Leadership | Wanita | Humor |

Thursday, June 27, 2013

TRS: [i-kan-binaanak] [e-BinaAnak] Edisi 642/Juni 2013 -- Pelatihan Guru Sekolah Minggu (IV)

----Email Diteruskan----
Dari: binaanak@sabda.org
Kepada: i-kan-binaanak@hub.xc.org
Email Keluar: Sel, 25 Jun 2013 23:21 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: [i-kan-binaanak] [e-BinaAnak] Edisi 642/Juni 2013 -- Pelatihan Guru Sekolah Minggu (IV)


e-BinaAnak -- Pelatihan Guru Sekolah Minggu (IV)
642/Juni/IV/2013

Salam damai Kristus,

Bagaimana perkembangan pelayanan sekolah minggu Anda? Kami berharap dengan adanya edisi seputar pelatihan guru sekolah minggu ini, e-BinaAnak dapat memberikan inspirasi dan ide-ide bagi kemajuan pelayanan SM Anda. Kami mengajak setiap guru SM untuk senantiasa memprioritaskan kualitas dalam melayani anak-anak. Meskipun pelayanan ini dilakukan setiap hari Minggu, persiapkanlah semua materi pelayanan sebaik mungkin dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Tuhan. Melalui edisi 642 ini, kami berharap setiap guru SM dapat memberikan pelayanan SM semaksimal mungkin. Simaklah juga kesaksian seorang guru SM ketika ia mendapat tugas mendadak, lalu renungkanlah "Apa yang akan Anda lakukan jika hal itu terjadi pada Anda?"

Teruslah melayani dengan hati yang gembira! Tuhan memberkati.

Staf Redaksi e-BinaAnak,
Santi T.
< http://pepak.sabda.org/>


Tuhan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong mereka yang telah berusaha keras. (Aeschylus)


BAHAN MENGAJAR: LATIHAN BERCERITA GURU SEKOLAH MINGGU
Ditulis oleh: Santi T.

Dalam pelayanan sekolah minggu, biasanya guru sekolah minggu memimpin permainan sedangkan anak-anak dan (mungkin) orang tua menjadi peserta dalam permainan. Pernahkah terlintas dalam pikiran Anda, bagaimana jika kondisi seperti ini dibalik? Guru SM yang menjadi peserta, sementara anak-anak dan orang tuanya memimpin permainan untuk para guru SM. Namun, dalam permainan ini, anak-anak dan orang tua akan berperan sebagai juri dalam sebuah lomba membaca cerita Alkitab yang dilakukan oleh para guru SM. Penasaran bagaimana permainannya? Yuk, ikuti langkah-langkah di bawah ini.

Ayat: Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah mengabaikannya. (Amsal 8:33)

Pemain:
1. Anak-anak dan orang tua sebagai juri.
2. Para guru SM sebagai peserta lomba.
3. Dua orang perwakilan dari orang tua untuk memimpin lomba dan membacakan hasil perolehan nilai lomba.

Tujuan:
1. Sebagai pelatihan guru SM untuk menampilkan cara bercerita yang baik dan menarik di hadapan anak-anak SM.
2. Anak-anak dan orang tua bisa mengevaluasi cara mengajar guru SM.
3. Guru SM bisa lebih termotivasi untuk melayani Tuhan melalui anak-anak, dengan lebih baik lagi.

Bahan (bisa disiapkan oleh guru SM):
1. Siapkan dua/lebih cerita pendek yang berkaitan dengan Alkitab (jumlah cerita disesuaikan dengan jumlah guru SM).

2. Siapkan beberapa lembar kertas kosong dan pensil untuk tempat menuliskan nilai (disesuaikan dengan jumlah anak-anak SM).

Lembar kertas tersebut berisi:

Nama Guru SM (1):
Penilaian: (skala 1 -- 3)
a. Suara jelas/tidak: 1. Tidak; 2. Cukup jelas; 3. Sangat jelas
b. Cerita bisa dimengerti/tidak: 1. Tidak bisa dimengerti; 2. Cukup dimengerti; 3. Mudah dimengerti
c. Cara penyampaian menarik/tidak: 1. Tidak menarik; 2. Cukup menarik; 3. Sangat menarik
Keterangan: Lingkarilah salah satu angka yang menjadi pilihan/jawaban Anda.

Cara bermain:

1. Setiap guru SM menceritakan sebuah kisah dari Alkitab secara lisan dan disertai dengan gerakan (tidak boleh membaca teks).

2. Saat guru SM bercerita, anak-anak dibantu oleh orang tua mulai memberi nilai dengan skala 1 -- 3. Contoh:

Nama Guru SM (1): Elisabet Ayu
Penilaian: (skala 1 -- 3)
a. Suara jelas/tidak: 1. Tidak; 2. Cukup jelas; (3) Sangat jelas
b. Cerita bisa dimengerti/tidak: 1. Tidak; 2. Cukup dimengerti; (3) Mudah dimengerti
c. Cara penyampaian menarik/tidak: 1. Tidak; (2) Cukup menarik; 3. Sangat menarik
Keterangan: Lingkarilah salah satu angka yang menjadi pilihan/jawaban Anda.

3. Apabila setiap guru SM sudah menyelesaikan ceritanya, semua peserta diperbolehkan menghitung jumlah nilai yang sudah diberikan. Contoh:
Total nilai Elisabet Ayu: 3 + 3 + 2: 8

4. Pada bagian terakhir, salah satu wakil dari orang tua anak SM membacakan hasil perolehan nilai masing-masing guru SM.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Dalam permainan ini, orang tua berperan sebagai pendamping anak-anak dalam memberikan nilai. Nilai tidak semata-mata berasal dari orang tua saja, tetapi orang tua bisa menggunakan cara kreatif untuk menolong anak memberikan nilai. Caranya:

a. Membuat pertanyaan untuk anak.
Tujuan: Untuk 'memancing' daya tangkap anak terhadap cerita yang telah disampaikan guru SM.

b. Memperhatikan ekspresi anak saat guru SM sedang menyampaikan cerita.
Tujuan: Melalui ekspresi anak, orang tua akan mengetahui apakah anaknya paham/tidak dengan apa yang disampaikan guru SM.

2. Permainan ini cocok diterapkan pada anak-anak SM yang sudah bisa membaca.


MUTIARA GURU: SIAP SETIAP SAAT

Bersahabatlah dengan masalah yang Anda hadapi, maka Anda akan belajar sesuatu darinya. (Anon)

Hari itu, aku sepertinya bakal "santai" karena tak ada tugas khusus yang mesti kulakukan; seperti pujian, firman, permainan, atau aktivitas. Semua sudah ada yang bertugas. Walaupun demikian, aku tetap tidak akan bersantai. Aku tahu setiap kesempatan beribadah merupakan "jam kerja" yang mesti aku pertanggungjawabkan dengan dedikasi yang tulus kepada Allah.

Aku pun terlibat dalam kebaktian sebagaimana biasanya, dengan kesungguhan yang tak pernah ingin aku kurangi. Sementara larut dalam pujian bersama anak-anak, tiba-tiba aku tersadar akan sesuatu. Temanku yang bertugas membawakan firman belum datang! Ups! Aku harus segera berbuat sesuatu, nih. Cepat-cepat aku keluar dan berusaha mencari buku pegangan di kelas yang lebih besar. Segera kubolak-balik halamannya dan mencari cerita yang bisa kupelajari secara singkat.

Aku menemukan satu cerita ilustrasi yang menarik dan bisa disampaikan untuk anak-anak di kelasku. Segera kucari satu sudut ruang yang tenang, dan aku fokuskan seluruh perhatianku untuk mempelajari ceritanya. Sementara mataku nanar menelusuri beberapa lembar dari buku itu, dalam hati aku terus berdoa meminta pertolongan Tuhan. Aku meminta Tuhan menolongku untuk siap menyampaikan firman, yang meski kusiapkan mendadak, harus disampaikan tidak dengan asal-asalan.

Menyadari bahwa waktuku tidak banyak lagi, aku pun segera kembali ke kelas. Dan benar, sesaat kemudian seorang temanku telah memimpin anak-anak untuk berdoa menyambut firman Tuhan. Aku pun segera ikut khusyuk berdoa, memohon sekali lagi Allah menyertai dan mengurapi. Duh, ada "dag-dig-dug" yang cukup kencang juga. Apalagi melihat anak-anak dan para pengantar yang cukup banyak hari itu. Yah, tak adil rasanya jika mereka tak mendapatkan firman yang mereka tunggu-tunggu untuk ditabur di tanah hati mereka hanya karena kami, sebagai guru, tak siap memberikannya.

"Tuhan, tolong bantu aku," demikian bisikku sekali lagi saat kuterima mikrofon dari temanku. Dan begitulah, sepanjang membawakan cerita aku terus berharap Allah sendiri akan berfirman melaluiku. Melalui otakku yang mengolah cerita, melalui mulutku yang memproduksi kata-kata paling sederhana, dan melalui seluruh tubuhku yang mencoba mendaratkan cerita bagi anak-anak. Dan puji Tuhan, aku menyelesaikannya dengan baik. Kami berdoa bersama, memohon Allah terus berbicara di hati anak-anak.

Ya, aku belajar sesuatu lagi hari itu. Pertama, secara teknis aku jadi sadar bahwa aku harus selalu siap dengan minimal satu cadangan cerita yang siap dibawakan setiap saat. Demikian pula dengan tugas-tugas lain; satu rangkaian pujian, satu jenis aktivitas dan atau permainan. Kedua, aku belajar bahwa seorang guru Sekolah Minggu harus selalu siap bekerja setiap kali ia dibutuhkan. Tanpa mengeluh. Tanpa marah-marah. Tanpa saling menyalahkan. Jadi, tidak hanya siap cerita, tetapi juga siap bekerja dengan hati yang selalu senang. Yah, karena memang itu tugasku, tanggung jawabku. Dan aku percaya, Yesusku tak akan membiarkan aku bekerja sendiri. Terutama pada saat-saat genting seperti yang kualami. Dia pasti menemani. Dia pasti menyertai.

Diberkatilah orang-orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN (Yeremia 17:7)

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Loving Kids Like Jesus
Penulis: Agustina Wijayanti
Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2007
Halaman: 68 -- 71


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
Miliki Blog atau Website Sendiri
Dapatkan Panduannya
Hubungi : 0813 5643 8312 - 0857 5737 8151 - 0431 8013154
Format SMS : Panduan Isi Pesan
Klik Demo / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
atau pilih template :
Klik, Pilih & Pesan Sekarang / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
G R A T I S
The Christian Blog @ 2011 - 2012
Designer : Joni Wawoh, SH
hostgator promo