--------------------------------------------------------------------- e-BinaGuru -- MILIS DISKUSI PARA PELAYAN ANAK DAN GURU SEKOLAH MINGGU ---------------------------------------------------------------------
Dear teman-teman sahabat doa,
Sudah dua kali musim bulan puasa saya berada di tempat ini. Kota kecil ibu kota kabupaten, bagian dari NKRI yang provinsinya sudah menerapkan syariat islam. Sudah dua kali musim puasa itu, saya mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan siang dan serapan pagi. Ini masalah pribadi, ngak seberat masalah kami sebagai kawanan domba kecil di tengah komunitas besar. Masalah sebulan dalam setahun, ngak begitu menagganggu dibandingkan masalah sepanjang waktu bersama teman-teman seiman.
Di sini tidak ada gedung gereja, di sini tidak ada Hamba TUHAN yang rutin setiap minggu bisa memimpin ibadah. Kami memimpin diri kami sendiri dalam ibadah minggu sore di rumah-rumah keluarga bergiliran. Rata-rata keadaan keluarga umat Kristen adalah sederhana, mengontrak rumah atau rumah dinas atau malah pajak atau pasar yang dijinkan pemerintah untuk disewa. Secara ekonomis memprihatinkan. Mereka ada yang pegawai negeri (baik yang keluarga atau anak-anak muda perantau), pedagang sayuran dan buah di pasar inpres, TNI dan polisi. Walau kecil sudah 2 tahun ini ada kumpulannya, dberi nama Persekutuan Doa Kasih Immanuel (PDKI). Konon masih ada beberapa orang atau keluarga lagi yang sebenarnya beragama Kristen, tetapi enggan datang ke persekutuan ini dengan berbagai alasan. Ada yang takut, ada yang malas, ada yang cuek. Sekali ibadah sekarang, sudah bisa mencapi 20 orang dewasa dan anak-anak. Sudah sesak rumah yang kami tempati untuk beribadah...
Sebulan sudah kami diskusi, kami bahas, kami pergumulkan, bila Ibu pendeta, yang sering melawat kami datang dari ibu kota provinsi, akhirnya mengontrak (dgn dukungan dari para donateur dari berbagai penjuru) sebuah ruko, dan di situlah alamat sekretariat PDKI, di situlah kami akan beribadah setiap hari minggu, apakah aman? Jangan-jangan setelah kami beribadah di satu tempat permanen, malah akan diganggu oleh pihak lain. Jangan-jangan bila sudah resmi kami laporkan ke penguasa dan masyarakat, malah kami akan dilarang?
Sahabat kami yang berada di batalyon terdekat pun ikut mempergumulkan kami. Mereka sudah jelas, ada aula yang dizinkan komandan untuk dipakai beribadah seetiap minggu (bila pdt sudah tersedia), selama ini mereka beribadah malam Jum'at, di aula batalion.
Bagaimana ini TUHAN?
Sudah dua kali musim bulan puasa saya berada di tempat ini. Kota kecil ibu kota kabupaten, bagian dari NKRI yang provinsinya sudah menerapkan syariat islam. Sudah dua kali musim puasa itu, saya mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan siang dan serapan pagi. Ini masalah pribadi, ngak seberat masalah kami sebagai kawanan domba kecil di tengah komunitas besar. Masalah sebulan dalam setahun, ngak begitu menagganggu dibandingkan masalah sepanjang waktu bersama teman-teman seiman.
Di sini tidak ada gedung gereja, di sini tidak ada Hamba TUHAN yang rutin setiap minggu bisa memimpin ibadah. Kami memimpin diri kami sendiri dalam ibadah minggu sore di rumah-rumah keluarga bergiliran. Rata-rata keadaan keluarga umat Kristen adalah sederhana, mengontrak rumah atau rumah dinas atau malah pajak atau pasar yang dijinkan pemerintah untuk disewa. Secara ekonomis memprihatinkan. Mereka ada yang pegawai negeri (baik yang keluarga atau anak-anak muda perantau), pedagang sayuran dan buah di pasar inpres, TNI dan polisi. Walau kecil sudah 2 tahun ini ada kumpulannya, dberi nama Persekutuan Doa Kasih Immanuel (PDKI). Konon masih ada beberapa orang atau keluarga lagi yang sebenarnya beragama Kristen, tetapi enggan datang ke persekutuan ini dengan berbagai alasan. Ada yang takut, ada yang malas, ada yang cuek. Sekali ibadah sekarang, sudah bisa mencapi 20 orang dewasa dan anak-anak. Sudah sesak rumah yang kami tempati untuk beribadah...
Sebulan sudah kami diskusi, kami bahas, kami pergumulkan, bila Ibu pendeta, yang sering melawat kami datang dari ibu kota provinsi, akhirnya mengontrak (dgn dukungan dari para donateur dari berbagai penjuru) sebuah ruko, dan di situlah alamat sekretariat PDKI, di situlah kami akan beribadah setiap hari minggu, apakah aman? Jangan-jangan setelah kami beribadah di satu tempat permanen, malah akan diganggu oleh pihak lain. Jangan-jangan bila sudah resmi kami laporkan ke penguasa dan masyarakat, malah kami akan dilarang?
Sahabat kami yang berada di batalyon terdekat pun ikut mempergumulkan kami. Mereka sudah jelas, ada aula yang dizinkan komandan untuk dipakai beribadah seetiap minggu (bila pdt sudah tersedia), selama ini mereka beribadah malam Jum'at, di aula batalion.
Bagaimana ini TUHAN?
--------------------------------------------------------------------- Bergabung kirim e-mail ke:Berhenti kirim e-mail ke: Untuk arsip: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaGuru ---------------------------------------------------------------------
CrossConnect provides VPN service for remote workers. Contact sales@xc.org.