Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.kristen@blogger.com
e-Wanita -- Mengenal Karakter Suami
Edisi 107/Mei 2013
Salam damai,
Secara umum, kita mengetahui bahwa wanita diciptakan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi suami. Istri memiliki banyak peran dan tanggung jawab untuk mendukung suami dan membangun rumah tangga yang harmonis. Bagaimana caranya agar kita menjadi istri yang bijaksana dan menjadi penolong suami? Sifat atau karakter apakah yang diperlukan untuk menjadi istri yang bijaksana?
Untuk dapat menjadi istri yang mendukung suami, salah satu syarat yang harus dimiliki seorang istri adalah mengenal karakter suami dengan baik dan menerimanya dengan tulus. Salah satu contoh istri yang mengenal karakter suaminya adalah Abigail, istri Nabal, yang disebutkan kisahnya dalam 1 Samuel 25. Abigail merupakan contoh dari karakter wanita dan istri yang bijaksana. Tak heran, Raja Daud memujinya dan Alkitab pun menorehkan kisahnya dalam Perjanjian Lama. Ingin tahu bagaimana sifat dan karakter Abigail yang bijaksana itu? Simak kisahnya dalam publikasi e-Wanita kali ini.
Staf Redaksi e-Wanita,
N. Risanti
< http://wanita.sabda.org/ >
DUNIA WANITA: MENGENAL KARAKTER SUAMI
Ada seorang laki-laki yang bernama Nabal. Dia adalah seorang yang kaya. Dia tinggal di Karmel. Karakternya bebal. Nabal mempunyai seorang istri yang bernama Abigail, yang cantik rupanya dan hatinya.
Meskipun Alkitab mengatakan bahwa karakter suami istri itu sangat berlawanan, namun tidak disebutkan adanya percekcokan atau masalah lain dalam rumah tangga mereka. Tidak disebutkan pula bahwa Abigail merasa tidak bahagia menjadi istri Nabal.
Menurut anggapan orang pada umumnya, mempunyai suami semacam Nabal akan membuat istri menjadi tidak bahagia. Bahkan jika memungkinkan, istri akan berusaha agar bisa bercerai dengan suami semacam itu. Namun, tidak ada pernyataan seperti itu dalam nas yang kita baca. Ini berarti walaupun suami bebal (tidak bisa diatur), istri tetap setia, hubungan suami istri tetap berjalan. Mengapa bisa terjadi demikian? Alasannya adalah karena Abigail tahu cara bergaul dengan suaminya yang bebal.
Saya percaya pada mulanya, sebelum menikah, Abigail tidak tahu bahwa dia akan mendapatkan suami yang karakternya bebal. Kalau tahu sebelumnya, mungkin dia tidak akan mau menikah dengannya. Biasanya pada waktu berpacaran, pemuda/pemudi menampilkan hal-hal yang baik saja kepada pasangannya. Dia akan berdandan dengan baik, bersikap sopan sekali, memakai minyak wangi supaya tidak bau badan, dsb.. Intinya, semua yang baik-baiklah yang ditampilkan. Namun, setelah menikah, baru kelihatan "belangnya". Biasanya, kejelekan orang diketahui belakangan. Karena itu, penyelenggara pesta di Kana pada zaman Tuhan Yesus berkata, "Biasanya orang menyuguhkan anggur yang baik dahulu, baru kemudian anggur yang tidak baik." Biasanya yang ditampilkan di depan adalah yang baik-baik saja, sedangkan yang jelek ditampilkan di belakang. Itulah cara kerja manusia.
Sekarang, yang menjadi persoalan adalah jika hal itu sudah terlanjur, bagaimana sikap kita? Bila kita sudah mengetahui kejelekan istri/suami, apa yang akan kita lakukan? Jelas jawaban kristiani bukanlah "Cerai". Namun, ada suatu contoh yang baik dari Abigail.
I. Istri Perlu Mengenal Karakter Suami
Untuk menciptakan kehidupan keluarga bahagia, istri perlu mengenal watak/karakter suaminya. Abigail melakukan hal itu sehingga rumah tangganya dapat langgeng walau suaminya adalah seorang yang bebal. Apakah Abigail mengenal watak suaminya setelah menikah atau sebelum menikah, tidak jelas. Yang jelas adalah dia mengenal suaminya dengan benar sehingga dia dapat mempertahankan keutuhan rumah tangganya.
Dari mana kita dapat mengetahui bahwa Abigail mengetahui karakter suaminya? Suatu waktu, setelah Daud dilantik menjadi raja Israel, dia dibenci, dikejar-kejar, dan hendak dibunuh oleh Raja Saul, raja yang akan digantikannya. Daud lari ke padang gurun, banyak orang dan tentara mengikuti dia. Dalam pelarian itu, mereka tentunya tidak membawa perbekalan yang mencukupi. Suatu saat, Daud dan pengikut-pengikutnya kehabisan bahan makanan. Di tempat mereka berkemah, ada banyak kambing domba gembalaan yang lalu-lalang. Ternyata, kawanan kambing domba itu adalah milik Nabal, orang kaya yang tinggal di Karmel. Ketika melewati daerah perkemahan Daud dan pasukannya, gembala-gembala Nabal merasa aman. Padahal, menjadi gembala pada waktu itu merupakan pekerjaan yang membahayakan sebab sering kali ada perampok-perampok yang mengganggu gembala-gembala itu. Kita tentu ingat tentang Ayub yang mendengar kabar dari gembalanya bahwa kawanan ternaknya hilang semua karena dirampas oleh orang-orang Syeba, dan para penjaga ternaknya dipukuli oleh orang-orang itu dengan pedang. Namun, karena Daud dan pasukannya ada di situ, perampok-perampok berpikir seribu kali sebelum mengganggu gembala-gembala Nabal. Merampok kawanan kambing domba Nabal sama halnya dengan mengantar nyawa ke hadapan Daud.
Setahun sekali, dalam masa menggunting bulu domba, Nabal mengadakan pesta untuk menjamu para gembalanya. Dan, pada peristiwa seperti itu, jangankan gembala-gembala, orang-orang lain pun akan mendapatkan bagian daging yang disembelih. Daud berpikir, inilah kesempatan untuk meminta bahan makanan kepada Nabal. Daud tahu diri walaupun dia telah memiutangi Nabal dengan kebaikan. Namun, Daud merasa dalam kesempatan pesta seperti ini, dia berhak meminta balas budi dari Nabal. Maka, dia mengutus anak buahnya kepada Nabal. Akan tetapi, apa jawaban Nabal? Nabal menjawab dengan sinis, "... Siapakah Daud? Siapakah anak Isai itu? Pada waktu sekarang ini ada banyak hamba yang lari dari tuannya. Masakan aku mengambil rotiku, air minumku dan hewan bantaian yang kubantai bagi orang-orang pengguntingku untuk memberikannya kepada orang-orang yang aku tidak tahu dari mana mereka datang?" (1 Samuel 25:10-11)
Orang-orang yang diutus Daud kembali dan menceritakan apa yang dikatakan Nabal kepada mereka. Daud menjadi marah. Dia berkata, "Musti dihajar orang itu." Semua pasukan Daud dan Daud sendiri menyandang pedang untuk memberi 'pelajaran' kepada Nabal yang bebal itu.
Melihat gelagat yang tidak baik itu, seorang pegawai Nabal yang sadar akan bahaya yang mengancam jiwanya dan kawan-kawannya datang kepada Abigail, istri tuannya. Dia menceritakan semua yang terjadi, maksud semula kedatangan Daud, apa yang dikatakan Nabal kepada utusan-utusan Daud, dan apa yang akan dilakukan Daud karena penghinaan yang dilakukan oleh Nabal. Dia juga menceritakan tentang kebaikan Daud kepada gembala-gembala Nabal. Dia berharap Abigail dapat mengambil suatu tindakan dalam situasi yang gawat itu.
Abigail segera mengambil tindakan. Dia mengambil dua ratus roti, dua buyung anggur, lima domba yang telah diolah, lima sukat bertih gandum, seratus buah kue kismis, dan dua ratus kue ara. Dia mengangkut semuanya itu dengan keledai untuk dibawa kepada Daud.
Ketika Abigail bertemu dengan Daud yang sedang dalam perjalanan bersama pasukannya untuk menggempur rumah Nabal, dia sujud menyembah Daud. Dia berkata, "Janganlah kiranya tuanku mengindahkan Nabal, orang yang dursila itu, sebab seperti namanya demikianlah ia; Nabal namanya dan bebal orangnya." (1 Samuel 25:25)
Abigail mengenal watak suaminya yang bebal itu. Inilah yang membuat Abigail tetap betah tinggal bersama suaminya, meskipun suaminya adalah orang yang bebal. Apakah Anda mengenal watak suami Anda? Apakah Anda tahu kegemaran suami Anda?
Lalu, apa kata Daud? Daud memuji Abigail. Daud berkata, "Terpujilah Tuhan yang mengutus engkau menemui aku. Terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engkau pada hari ini menahan aku daripada melakukan hutang darah dan daripada bertindak sendiri mencari keadilan." (1 Samuel 25:32-33)
Daud menerima pemberian Abigail dan Daud membiarkan Abigail pulang dengan selamat. Abigail berhasil melunakkan hati Daud. Abigail seorang istri yang bijaksana. Dia memahami karakter suaminya. Oleh karena itu, walaupun suaminya adalah seorang yang bebal, dia tidak minta cerai maupun mengadu kepada orang lain. Baru pertama kali itu dia menceritakan tentang suaminya kepada Daud, itu pun karena ada persoalan. Dia tidak pernah lapor kepada siapa-siapa tentang suaminya, dia simpan sendiri di dalam hatinya. Banyak istri yang kurang bijaksana, jika mereka mempunyai persoalan dengan suaminya, dia melapor kepada orang tuanya.
Istri yang bijaksana tidak mengadu kepada siapa-siapa kalau sedang menghadapi persoalan dalam rumah tangganya, kecuali mengadu kepada Tuhan.
II. Pandangan Abigail Terhadap Perkawinan
Di atas telah diuraikan bahwa Abigail memiliki suatu pemahaman yang baik terhadap suaminya. Dia mengerti dengan benar bagaimana karakter suaminya. Walaupun suaminya mempunyai karakter yang bebal, dia tetap bersabar. Ini merupakan hal yang luar biasa. Abigail dapat bertahan di dalam rumah tangga yang demikian. Dia tidak menuntut cerai kepada suaminya. Bagi Abigail, perkawinan mempunyai nilai yang tinggi. Dia sadar bahwa perceraian bukanlah jalan penyelesaian masalah rumah tangga yang benar. Perkawinan harus dijaga keutuhannya.
Perilaku suami dan istri dalam kaitannya dengan rumah tangga sangat ditentukan oleh pandangannya terhadap perkawinan. Apakah seorang suami atau istri bertindak menyeleweng atau tidak, ditentukan oleh pandangannya terhadap perkawinan. Apakah seorang suami/istri sanggup membahagiakan istri/suaminya, juga tergantung pada pandangannya terhadap perkawinan. Apakah suami istri sampai mengambil keputusan untuk bercerai atau tidak, juga tergantung pada pandangannya terhadap perkawinan.
Bagaimanakah pandangan orang Kristen terhadap perkawinan? Bagi orang Kristen, jawabannya hanya satu: Perkawinan adalah sekali untuk seumur hidup, hanya maut yang bisa memisahkan keduanya. Bukankah ketika kita menikah, kita mengucapkan janji di hadapan Tuhan bahwa sebagai suami, kita akan mengasihi istri kita dan sebagai istri, kita akan mengasihi suami kita untuk selama-lamanya, sampai maut memisahkan kita? Bukankah kita juga telah mengucapkan bahwa kita, sebagai suami istri, akan saling mengasihi baik dalam keadaan senang maupun susah? Mengapa baru ada persoalan sedikit saja sudah mengambil keputusan untuk bercerai? Tidak mungkinkah dalam berumah tangga bisa terjadi suatu masalah?
Abigail yang mempunyai suami bebal tentunya mengalami banyak masalah dalam rumah tangganya. Istri yang bersuamikan pria yang baik saja kadang-kadang mempunyai masalah, apalagi Abigail yang bersuamikan orang bebal. Andaikan dia minta cerai, mungkin orang tidak akan mempersalahkan dia. Namun, dia tidak pernah mempunyai pikiran untuk bercerai.
Yang Patut Direnungkan Para Istri:
1. Pernahkah Anda mengucap syukur kepada Allah untuk suami Anda, walau bagaimanapun karakternya? Kalau belum, belajarlah mengucap syukur untuk suami Anda, walaupun dia mungkin mempunyai sifat-sifat yang tidak Anda sukai.
2. Apakah selama ini Anda telah belajar mengenal watak suami Anda, apa kesukaannya, dan bagaimana tingkah lakunya?
3. Bila ada masalah dalam rumah tangga Anda, tindakan-tindakan apakah yang sering kali Anda lakukan untuk mengatasinya? Apakah dengan bertengkar, apakah dengan mengadu pada orang lain, atau dengan tindakan yang lain?
4. Ada enam sifat yang perlu dimiliki oleh setiap istri, yaitu:
- Tidak masa bodoh
- Bijaksana
- Rendah hati
- Tabah
- Mengalah
- Beriman kepada Allah
Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Istri yang Cakap Melebihi Permata
Judul bab: Istri yang Cakap Melebihi Permata
Penulis: Pdt. Jacob Nahuway, M.A.
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 1990
Halaman: 197 -- 204
STOP PRESS: BERGABUNGLAH DENGAN FACEBOOK KISAH!
Anda mencari komunitas seputar kesaksian cinta kasih Allah? Mari bergabung dalam Facebook KISAH, Anda akan menemukan sebuah komunitas yang di dalamnya terdapat banyak kesaksian dari saudara-saudari seiman, sehingga ada banyak berkat lagi yang akan Anda dapatkan dalam komunitas ini.
Silakan bergabung ke < http://fb.sabda.org/kisah >.
Tuhan Yesus memberkati.
Kontak: wanita(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, N. Risanti, dan Novita Y.
Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >