--------------------------------------------------------------------- e-BinaGuru -- MILIS DISKUSI PARA PELAYAN ANAK DAN GURU SEKOLAH MINGGU ---------------------------------------------------------------------
Dunia Semu
Dalam bulan-bulan pertama,sesudah suami saya meninggal,saya tidak melakukan sesuatu,yang dapat mengingatkan saya kepada suami saya.Sebagai seorang guru ,dimasa hidupnya dia banyak berhubungan dengan orangtua murid. Segera sesudah dia meninggal,saya menutup pintu bagi mereka. Buku-bukunya saya simpan ditempat yang tidak aku butuhkan. Saya berusaha untuk tidak berhubungan dengan kawan-kawan kami.Waktu-waktu senggang,saya isi dengan berbagai kegiatan. Kalau ada teman-teman saya menanyakan tentang keadaan saya,saya berusaha mengalihkan pembicaraan kepada hal lain. Saya hidup seperi orang yang tidak waras.Saya melakukan kesibukan yang membuat diri saya banyak membuang energy. Saya terus-menerus sibuk.Seolah-olah saya takut menderita kalau saya mengingat suami saya. Karena itu saya berusaha untuk tidak mempunyai waktu senggang.
Teman-teman saya heran melihat sikap saya yang super sibuk,tetapi mereka tidak katakan apa-apa.Karena itu saya melanjutkan cara hidup yang"aneh" itu. Saya nyaris tidak mempunyai tenaga lagi. Saya berterima kasih,bahwa akhirnya saya dapat menerima kematian suami saya dan berani mengaku bahwa saya kehilangan suami yang sangat saya cintai. Hal itu tidak mudah,sakitnya saya rasakan. Saya sebenarnya menolak dan menekan penderitaanku.Ternyata sikap demikian hanya menciptakan dunia semu,seolah-olah saya tegar dihadapan anak-anak. Sikap yang demikian ternyata merugikan. Terus-menerus menolak dan menekan emosi-emosi tidaklah mudah. Sikap itu memaksa orang untuk terlalu lama hidup dalam suatu keadaan yang tegang.
Teman-temanku,kesanggupan kita menerima penderitaan memerlukan suatu proses panjang.Apalagi kita merasakan perlakuan Tuhan tidak adil. Waktu itu saya bertanya:" Mengapa Tuhan memanggil suamiku saat-saat kami membutuhkannya?" Saya belum bisa menerima kenyataan atas meninggalnya suamiku.
Bila kita mengalami seperti keadaan saya yang diatas,sebaiknya kita mengingat keluhan2 Ayub kepada Allah diantaranya Ayub 10;3-7. Sesudah Ayub melontarkan banyak tuduhan dan kata-kata yang pedas kepada Allah,terbuka pintu baginya untuk melihat perbuatan-perbuatan lain dari Allah,sehingga ia memperoleh kepercayaannya kembali kepadaNya. Dengan pimpinan Allah yang ajaib dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan membawanya pengenalan akan dirinya dan akan Allah sebagai penciptaNya.
Walz
--------------------------------------------------------------------- Bergabung kirim e-mail ke:Berhenti kirim e-mail ke: Untuk arsip: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaGuru ---------------------------------------------------------------------