Renungan Harian & Leadership Kristen
| Renungan | Bina | Bio | Buku | Doa | E-JEMMi | Kisah | Konsel | Leadership | Wanita | Humor |

Wednesday, September 19, 2012

[e-Wanita] Edisi 92/September -- Miliki Integritas

Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.kristen@blogger.com

e-Wanita -- Miliki Integritas
Edisi 92/September 2012

MENU SAJI
RENUNGAN WANITA: ORANG-ORANG BIASA DALAM "HALL OF FAITH"
DUNIA WANITA 1: INTEGRITAS
DUNIA WANITA 2: MENTALITAS YANG SEHAT

Shalom,

Jika Anda telah berkeluarga dan memiliki anak, maka Anda wajib mendidik anak Anda dengan baik. Pendidikan yang benar dari orang tua dapat membentuk anak menjadi manusia yang berintegritas dan memiliki mentalitas yang sehat. Mengapa kedua hal tersebut perlu ditanamkan dalam diri anak? Simaklah uraiannya dalam artikel edisi ini. Kiranya menjadi berkat bagi Sahabat Wanita semuanya.

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
Novita Yuniarti
< novita(at)in-christ.net >
< http://wanita.sabda.org/ >


RENUNGAN WANITA: ORANG-ORANG BIASA DALAM "HALL OF FAITH"

"Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu aku buang dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu." (Yeremia 29:7)

Ayat tersebut merupakan bagian dari surat Nabi Yeremia yang dikirimkan kepada tua-tua, imam-imam, nabi-nabi, dan seluruh rakyat Israel dalam pembuangan di Babel. Hidup sebagai orang asing apalagi sebagai bangsa tawanan memang berat. Perlakuan diskriminatif menjadi hal yang lumrah. Mungkin mereka tidak lagi bebas menyembah Tuhan, harus membayar pajak dalam jumlah besar, atau bahkan kerja paksa tanpa upah. Namun demikian, Tuhan ingin umat-Nya (apa pun status dan kedudukannya), berkarya bagi kesejahteraan kota di mana pun mereka berada. Istilah populernya, Tuhan ingin ada transformasi di kota tersebut.

Tugas tersebut jelas tidak mudah. Sebelum terjadi transformasi di kotanya, pribadi-pribadi warga kota tersebut harus mengalami transformasi lebih dulu. Hal itu tidak mungkin terjadi tanpa perjumpaan pribadi dengan Tuhan sehingga seluruh aspek hidupnya diperbarui, termasuk tujuan hidupnya. Perintah Tuhan tersebut ditujukan kepada seluruh lapisan orang Israel karena siapa pun yang berjumpa dengan Allah, kehidupannya akan berubah dan berdampak bagi kehidupan masyarakatnya. Perubahan (hidup) itulah yang kini lazim dikenal dengan istilah transformasi.

"Hall of Faith"

Kalau kita melihat "Hall of Faith" (ruang para pahlawan iman) dalam Kitab Ibrani 11 -- semacam "Hall of Fame" (ruang kemasyhuran bagi bintang-bintang cemerlang di bidangnya), misalnya di Holywood terdapat nama dan tanda telapak tangan mereka -- kita akan menjumpai sejumlah nama yang memiliki latar belakang atau reputasi kurang sedap. Ada Yakub sang penipu, Rahab si pelacur, Gideon yang penakut, atau Yefta si perampok dan anak haram perempuan sundal. Selain itu, banyak pula yang tidak disebutkan namanya. Mereka yang tidak disebutkan di sini jelas bukan orang sembarangan karena banyak nabi besar pun tidak disebutkan namanya.

Baik nabi-nabi besar, nabi-nabi kecil, maupun hanya orang-orang biasa (ordinary people), mereka semua telah membuat perbedaan besar bagi komunitasnya, bangsanya, bahkan dalam sejarah umat manusia. Itulah sebabnya, mereka dipandang layak masuk ke dalam "Hall of Faith".

Menentukan Sejarah

Rahab bukanlah wanita terhormat. Selain termasuk bangsa kafir, ia juga seorang pelacur. Namun, ketika ia bertemu dengan para pengintai Israel, hidupnya berubah. Ia mengambil langkah iman, sehingga menyelamatkan kedua intel Yosua, yang pada gilirannya berakibat pada keselamatan nyawanya dan nyawa sanak keluarganya. Ia telah mengambil bagian dalam rencana Tuhan dalam sejarah Israel. Hal yang sama juga kita jumpai pada diri perempuan Samaria yang poliandri (memiliki banyak suami) ketika bertemu Yesus di sumur Yakub. Kesaksiannya membawa seluruh kota datang dan percaya kepada Tuhan Yesus (Yohanes 4:29-30,39).

Wanita lain dari bangsa asing yang kafir, yang tak kalah pentingnya dalam sejarah karya penyelamatan ialah Rut. Menantu Naomi ini sudah ditinggal mati suaminya. Namun, dengan setia Rut menemani mertuanya yang telah kehilangan suami dan kedua anaknya. Dalam perjalanan pulang ke bangsanya (Israel), berkali-kali Naomi memaksa Rut kembali ke bangsanya. Rut bukannya tidak memiliki orang tua dan sanak keluarga yang dikasihi di Moab. Namun kecintaannya pada Tuhan yang dikenalnya melalui mertuanya, dan kasih serta tanggung jawabnya kepada mertua yang tinggal sebatang kara membuatnya bersikap tegas, "... Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku." (Rut 1:16) Langkah iman dan kesetiaan Rut tidak sia-sia. Namanya tercantum dalam silsilah yang menurunkan Juru Selamat (Matius 1:5).

Pada awal sejarah gereja, Yerusalem gempar oleh pewartaan Petrus dan Yohanes, mantan nelayan yang dikenal sebagai orang biasa yang tidak terpelajar (Kisah Para Rasul 4:13). Begitu pula dengan Paulus. Mantan penganiaya jemaat ini mampu "menjungkirbalikkan dunia". Mereka bukan hanya mengalami kebangunan rohani setelah berjumpa dengan Yesus, melainkan juga transformasi pribadi dengan sejumlah tindakan iman, sehingga mengubah wajah dunia saat itu. Mereka adalah pribadi-pribadi yang mengalami transformasi, sehingga berani tampil dan mengambil risiko. Dengan tindakan iman, mereka telah turut menentukan jalannya sejarah dunia.

Seperti halnya para pahlawan iman yang telah melakukan kehendak Allah pada generasinya, sekarang inilah bagian kita untuk mewujudkan transformasi dengan merespons rencana Tuhan atas hidup kita masing-masing. Maka, bila saatnya nanti kita kembali, betapa bahagianya menyaksikan nama kita ada dalam "Hall of Faith" di surga.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah: Bahana, Edisi Mei 2005, Volume 169
Judul asli artikel: Ordinary People dalam Hall of Faith
Penulis: Indayati Oetomo
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2005
Halaman: 34


DUNIA WANITA 1: INTEGRITAS

Ada dua kisah yang akan menolong kita untuk memahami arti dari integritas. Kisah yang pertama adalah tentang seorang bapak yang memunyai kebiasaan membawa anak laki-lakinya ke toko setiap pagi untuk membeli koran. Suatu hari, tanpa sengaja si bapak mengambil dua buah koran, walaupun ia hanya membayar harga untuk satu koran. Setelah beberapa lama mereka berjalan, barulah ia menyadari akan hal tersebut. Apa yang ia lakukan? Ia memutuskan untuk kembali ke toko tersebut dan membayar sisanya. Mengapa ia tidak mengembalikan saja salah satu koran itu? Karena ia menganggap yang dilakukannya telah merugikan orang lain, walaupun tidak sengaja.

Suatu kali, ada pencurian di toko di mana si bapak biasa membeli koran. Pencurian itu terjadi pada jam di mana ia biasa berbelanja di sana. Saat polisi menceritakan dugaannya, si pemilik toko langsung mengatakan keyakinannya bahwa pasti bukan si bapak itu yang menjadi pencuri. Setelah polisi melakukan interogasi, memang terbukti bahwa orang lainlah yang melakukan pencurian tersebut. Kejadian ini terekam dalam benak sang anak. Apa akibatnya? Anak itu bertumbuh dalam nilai yang diteladankan ayahnya. Pada akhirnya, ia menjadi hamba Tuhan yang melayani melalui penerbitan buku saat teduh "Our Daily Bread" yang terkenal itu. Nama anak ini adalah Henry G. Bosch.

Kisah yang lain adalah tentang seorang bapak yang memunyai anak remaja. Anak laki-laki ini sangat mengagumi ayahnya yang adalah seorang Yahudi yang taat kepada agamanya. Sang bapak selalu mengajarkan agar keluarganya hidup dengan taat kepada agama Yahudi. Suatu ketika, keluarga ini pindah ke suatu kota kecil di Jerman yang tidak memiliki sinagoge. Satu-satunya rumah ibadah yang ada di sana hanyalah sebuah gereja Lutheran. Gereja ini merupakan pusat kehidupan masyarakat kota tersebut. Semua warga yang terhormat dari kota tersebut pasti menjadi anggota gereja ini.

Suatu hari, sang bapak yang adalah penganut fanatik dari agama Yahudi itu, mengumumkan kepada keluarganya bahwa mereka harus meninggalkan tradisi Yahudi dan menjadi jemaat gereja Lutheran. Ketika keluarganya yang terkejut atas keputusan dari sang bapak menanyakan alasan dari keputusannya, ia menjelaskan bahwa keputusan tersebut akan mendatangkan kebaikan bagi bisnisnya. Hal ini mengguncangkan penghargaan si anak terhadap ayahnya. Ia merasa kecewa karena si ayah dengan mudah meninggalkan keyakinan agamanya hanya demi kepentingan bisnis. Akhirnya setelah ia dewasa, ia pergi menuntut ilmu di Inggris. Di sana, ia menuliskan gagasannya tentang agama. Nama anak itu adalah Karl Marx, orang yang menuliskan bahwa agama merupakan candu bagi rakyat.

Dari kedua kisah di atas, kita dapat melihat bahwa keputusan kecil untuk memilih atau mengabaikan integritas, dapat membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan seseorang.

Makna Integritas

Apakah integritas itu? Orang menyebutnya sebagai kejujuran atau ketulusan. Dalam bahasa Ibrani, kata ini adalah "thorm" yang memiliki arti menyeluruh atau penuh. Bahasa Yunani dari kata ini adalah "eirene", yang bisa diartikan sebagai damai. Dalam perspektif rohani, integritas dapat diartikan sebagai hati yang penuh damai karena kita bersikap tanggap terhadap teguran-teguran kecil di dalam batin kita. Teguran-teguran yang bersumber dari firman Allah yang menghasilkan hati yang tulus.

Integritas adalah syarat yang mutlak bagi seorang pemimpin. Tanpa integritas kepemimpinan akan hancur. Mengapa demikian? Karena persyaratan dari kepemimpinan yang efektif adalah bahwa ia dipercayai oleh orang yang ia pimpin.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buletin: Restorasi, Edisi Ulang Tahun GKPB ke-14, Juni 2001
Penulis: Andreas Raharjo
Penerbit: Majelis Pusat Gereja Kristen Perjanjian Baru, Bandung
Halaman: 2


DUNIA WANITA 2: MENTALITAS YANG SEHAT

Mentalitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh mentalitas individu dalam suatu keluarga. Mentalitas yang sehat menjadi tiang penyangga yang membuahkan kualitas hidup kita. Kalau mentalitas kita rapuh, maka rapuh pula komunitasnya. Mentalitas berarti keadaan batin atau suasana jiwa seseorang. Sejauh mana suasana batin seseorang; atau keadaan batin sedang berbicara apa. Melalui wajah barangkali seseorang dapat diduga kedalaman batinnya, apakah ia sedang merana, merasa gersang, gundah-gulana, mengalami tekanan, atau sedang senang dan menikmati hidupnya.

Mental Korupsi

Kita tahu bahwa bangsa kita saat ini sedang "sakit" dengan korupsi -- baik secara individu maupun kolektif. Korupsi sudah semakin marak dan tampaknya telah membentuk "budaya korupsi". Orang merasa nyaman sekalipun mencuri milik orang lain. Kalau kita selidiki, ada banyak unsur yang melatarbelakangi munculnya masalah ini. Salah satu unsur yang menonjol adalah masalah mental yang lembek -- telah merusakkan citra diri pelaku korupsi. Sebuah tiang penyangga rumah dapat dimakan rayap dan meruntuhkan rumah itu. Tiang itu dimakan rayap karena serat-serat kayu lembek dan mengandung air atau mutunya jelek. Begitulah kalau mental kita lembek, maka kita dapat dengan mudah diserang oleh "ngengat keserakahan".

Beberapa waktu yang lalu, Mia (bukan nama sebenarnya) bertanya kepada anaknya, "Kalau seandainya Ibu melakukan korupsi, apa pendapat kamu?" "Saya ikut korupsi juga, Bu!" jawab sang anak. Bagai disambar petir di siang bolong, Mia tersentak dan kaget atas jawaban itu. Anaknya yang belia itu masih duduk di kelas V SD, namun mampu meneladani tindakan ibunya tanpa berpikir panjang. Tetapi, itulah kenyataan yang sebenarnya. Mengapa anak itu bisa berpikir demikian?

Beberapa saat kemudian, Mia mencoba merenungkan lebih jauh jawaban anaknya itu. Ia menyimpulkan bahwa jawaban anaknya sangat tepat, selain muncul dari kepolosannya. Kalau orang tua korupsi -- menyelewengkan hak orang lain, maka secara tidak langsung hasil korupsi itu dipakai juga dalam lingkungan yang paling dekat dengannya. Itu berarti orang-orang yang ada di dekatnya, yakni keluarganya turut menikmati kelihaian tangan jahilnya. Anak dan suaminya pun menikmati. Demikian juga menantu-menantunya, iparnya, mertuanya, keponakannya, koleganya, pembantu rumah tangga, dan lain sebagainya. Karena ulah satu orang, semua orang yang di dekatnya turut menikmati korupsi. Bayangkan korupsi itu sebagai penyakit kanker yang menjangkiti banyak orang dan menularkan benih-benih kepalsuan.

Mentalitas Malas

Mentalitas yang lembek telah menjadi pemicu seseorang kehilangan akal sehat, untuk memelihara integritasnya atau melakukan sesuatu yang mulia di hadapan manusia maupun Sang Khalik. Katakanlah seorang yang enggan bekerja keras, memupuk mentalitas malas yang tertanam kuat dalam dirinya. Lama kelamaan, ia tidak berdaya untuk menafkahi dirinya sendiri dan akhirnya akan membebani orang lain.

Saat masih kecil, saya senang membantu orang tua untuk mengurus kebun di dekat rumah kami. Di sekitar kebun kami, terdapat kebun para tetangga. Kalau pagi atau sore hari, suasana di sekitar lahan pertanian itu terasa hangat karena semua orang bekerja di kebun masing-masing dan saling bercanda dari tempat kerjanya sambil menyiangi, memupuk, dan merawat tanaman.

Namun, salah satu kebun dibiarkan terlantar setelah ditanami jagung dan kacang-kacangan. Pemiliknya dikenal sebagai orang yang ogah-ogahan dalam bekerja. Ia tidak bertanggung jawab atas pekerjaannya. Ia jarang sekali terjun ke ladangnya. Ia lebih banyak menggunakan waktu di malam hari untuk keluyuran bersama teman-temannya. Waktunya telah berlalu dengan sia-sia. Tiba-tiba, muncul energi baru untuk mengurus kebunnya, tetapi sudah terlambat. Ilalang telah tumbuh lebih tinggi daripada benih yang ditanam. Semuanya sudah terlambat. Tanaman-tanamannya sudah terhimpit, kelihatan layu, kerdil, dan tidak sehat. Ia menyesal dengan situasi itu. Ia hanya memandangi kebun tetangga tumbuh subur dan hijau. Sesal kemudian tiada gunanya.

Yang sebenarnya terjadi di sini adalah mentalitas pemilik kebun yang rapuh dan rendah. Waktu untuk kerja di siang hari dipakai untuk tidur, istirahat, dan bermalas-malasan di rumah. Sedangkan waktu yang seharusnya digunakan untuk memulihkan tubuh setelah giat bekerja di siang hari, malah dipakai untuk bersenang-senang dengan teman-temannya.

Kasus seorang koruptor dan petani yang menelantarkan kebun, bersumber dari mentalitas dirinya sendiri. Kalau mentalnya sehat, seseorang akan belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada pada dirinya atau sesuai dengan pendapatannya; ia juga akan tahu bahwa sesuatu itu melawan hati nuraninya sendiri dan melanggar perintah Allah atau tidak. Mental yang sehat akan menghindarkan diri dari berbuat korupsi. Demikian juga si petani itu, kalau ia memelihara mental yang teguh, maka ia akan mengelola waktu yang diberikan Tuhan dengan baik untuk bekerja pada musim berladang.

Mentalitas yang Sehat

Menumbuhkan mental yang sehat berhubungan dengan disiplin hidup, teladan hidup, dan belajar bertanggung jawab sejak dini. Mia sendiri harus menunjukkan teladan kepada anak-anaknya. Ia memiliki tanggung jawab yang besar untuk mendidik anaknya dengan nilai moral yang sehat. Sejak kecil, ia harus belajar mencukupkan diri dengan apa yang dimilikinya, bukan dari hasil penyelewengan. Hidup dari hasil keringat sendiri sangat mulia di hadapan manusia dan Allah. Peranan Roh Allah yang menguduskan diri kita, akan membentuk pula mentalitas kita menjadi matang dan dewasa, serta membuat kita semakin memahami kebenaran dari atas.

Mentalitas yang sehat, harus pula ditanamkan kepada seorang anak dalam aspek-aspek yang lain, misalnya hidup bertanggung jawab dalam studi, pekerjaan, jabatan, kehidupan, keluarga, dan di hadapan TUHAN. Jika nilai-nilai moral yang sehat melalui teladan dan disiplin dimulai sejak kecil dan diulang-ulang, maka hal itu akan menjadi tiang penyangga yang menopang hidup anak dan berdampak luas pada kehidupan sosial di tengah masyarakat.

Diambil dari:
Judul majalah: Kalam Hidup/Oktober/2005/No.714
Penulis artikel: Sos
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman: 42 -- 44


Kontak: < wanita(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/wanita >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Miliki Blog atau Website Sendiri
Dapatkan Panduannya
Hubungi : 0813 5643 8312 - 0857 5737 8151 - 0431 8013154
Format SMS : Panduan Isi Pesan
Klik Demo / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
atau pilih template :
Klik, Pilih & Pesan Sekarang / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
G R A T I S
The Christian Blog @ 2011 - 2012
Designer : Joni Wawoh, SH
hostgator promo