______________________Milis Publikasi e-Reformed______________________
Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.kristen@blogger.com
e-Reformed -- BAPA, KE DALAM TANGAN-MU KUSERAHKAN NYAWAKU!
Edisi 138/Maret 2013
DAFTAR ISI:
ARTIKEL: BAPA, KE DALAM TANGAN-MU KUSERAHKAN NYAWAKU!
STOP PRESS: PUBLIKASI e-JEMMI dan SITUS e-MISI
Dear e-Reformed Netters,
Segenap Redaksi e-Reformed mengucapkan: Selamat PASKAH, kepada semua
anggota e-Reformed. Kiranya tulisan yang saya kirimkan ini boleh
menjadi khotbah Paskah yang akan menggugah kita untuk menghargai
pengorbanan Kristus, sekaligus menjadikan Dia teladan abadi bagi
ketaatan kita. Selamat menyimak.
Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Yulia Oeniyati
< yulia(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >
ARTIKEL: BAPA, KE DALAM TANGAN-MU KUSERAHKAN NYAWAKU!
Nats: Matius 27:50-61, Lukas 23:44
Oleh: DR. Pdt. Stephen Tong
Tidak mungkin seseorang tidak akan berbahagia, ketika ia mengingat
kematian Kristus, mengerti akan kasih-Nya, dan membagi-bagikan kasih
Kristus kepada sesama. Tidak ada seorang pun yang tidak berbahagia,
karena ia dapat dengan sungguh-sungguh melayani Kristus yang sudah
mati dan bangkit dengan pengabdian yang penuh. Firman Tuhan adalah
sumber kekuatan dan satu keajaiban yang memberikan iman yang sejati.
Kegenapan yang digenapkan Yesus Kristus adalah kegenapan yang
bersifat paradoks. Menurut pandangan manusia, Kristus tidak
menggenapkan apa-apa, Kristus tidak menyukseskan apa-apa, dan Kristus
tidak menghasilkan apa-apa. Menurut manusia, seseorang yang
bergantung di atas kayu salib tidak memiliki kesuksesan ataupun
keunggulan apa pun. Akan tetapi, dari permulaan kitab suci sampai
pada akhirnya, kita dididik oleh Tuhan Allah untuk tidak melihat
segala sesuatu secara lahiriah. Allah mendidik kita untuk tidak
melihat segala sesuatu hanya dengan pandangan mata lahiriah yang
sudah ditipu oleh iblis. Biarlah kita memiliki pandangan seperti
pandangan Tuhan Allah sendiri yang melihat sampai ke batin. Manusia
melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati sanubari (1
Samuel 16:7). Bagi manusia, Kristus dilihat sebagai manusia yang
tidak memiliki keunggulan ataupun kesuksesan, tetapi sebagai manusia
yang gagal. Namun, Yesus Kristus yang kelihatan gagal adalah Yesus
Kristus yang meneriakkan perkataan, "Tetelesthai! Genaplah!"
Apakah yang telah digenapkan-Nya? Apakah Dia sudah mendirikan satu
gedung yang besar? Sekolah Kristen yang mewah? Buku Kristen yang
tebal? Sistem pendidikan yang baru? Sistem filsafat yang melawan
sistem filsafat yang lain? Tidak. Tetapi apa yang digenapkan Yesus
Kristus di atas kayu salib adalah apa yang tidak mungkin digenapkan
oleh politik, militer, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, filsafat, dan
segala ilmu dunia. Di dalam perkataan Kristus yang ke-6, manusia
boleh melemparkan jangkar pengharapannya. Manusia boleh mengembuskan
napas yang terakhir dengan satu jaminan yang pasti. Genaplah!
Kristus mengucapkan, "Genaplah!" dengan satu kepastian yang sungguh.
Perkataan ini menembus dunia malaikat dan mencengangkan mereka,
menembus dunia manusia dan memberi pengharapan terbesar kepada
mereka, menembus alam maut dan menggoncangkan neraka.
Jika Tuhan mengatakan "Gagallah!" maka meskipun Dia bangkit, kita
tidak mengetahui dalam hal apa Dia menjanjikan jaminan keselamatan.
Akan tetapi, karena Tuhan Yesus mengatakan "Genaplah!" maka inilah
jaminan yang pasti akan kebangkitan kita! Tidak ada seorang pun
pernah memiliki kegagalan secara lahiriah lebih dari apa yang
dinyatakan Yesus, Orang Nazaret yang tergantung di atas kayu salib.
Namun sesungguhnya, tidak ada seorang pun yang pernah mencapai
kemenangan, kesuksesan, dan keunggulan yang lebih besar dari apa yang
pernah dinyatakan Yesus Kristus yang mati terpaku semacam itu. Di
atas kematian Yesus Kristus ada satu perubahan atau transformasi yang
besar atas segala konsep, sistem, dan segala arah di dalam alam
semesta. Arah manusia berdosa yang menuju kepada neraka karena
melawan Tuhan Allah harus berubah di muka kayu salib. Segala sistem
yang lama harus berubah menjadi sistem yang baru, menurut arah sinar
cahaya yang keluar dari takhta Allah dan Anak Domba yang pernah
disembelih di atas Golgota.
Pada waktu Yesus Kristus mengatakan "Tetelesthai!", maka terbelahlah
tirai yang memisahkan tempat suci dan tempat maha suci di bait Allah
dari atas sampai ke bawah. Bukan tangan manusia yang melakukannya,
bukan pisau atau gunting, tetapi kuasa Allah sendiri yang menjalankan
hal ini. Di dalam keempat Injil dicatat bahwa sebelum Kristus mati,
Ia mengucapkan perkataan dengan seruan yang nyaring, suara teriakan
yang keras. Jelas bagi kita bahwa itu adalah hal yang tidak logis, di
luar logika. Orang yang disalibkan diperkirakan akan mati dalam 2 - 4
hari. Dan sejak hari pertama disalibkan, orang tersebut akan
mengalami satu gejala yang tidak akan berubah sampai beberapa hari
kemudian. Gejala itu timbul karena banyaknya darah yang mengalir
keluar dari tubuh orang yang disalibkan. Darah yang berkurang akan
makin mengental dan darah yang menuju ke bagian kepala akan berbeda
jumlahnya dengan darah yang beredar di bagian tubuh yang lebih bawah.
Lambat laun, karena kekurangan darah yang naik ke atas kepala, maka
belum sampai satu hari, semua kekuatan di leher orang tersebut akan
lenyap, sehingga orang yang disalibkan harus menundukkan kepala.
Gejala kekaburan atau kepusingan juga akan dialami tetapi orang
tersebut belum akan mati. Belum mati, tetapi tidak akan mungkin hidup
lagi seperti biasa. Tubuh akan menggetar, makin lama makin lemah dan
manusia yang disalibkan akan mati secara perlahan. Detik demi detik
ia akan mati dalam kekejaman dan kesulitan yang tidak mungkin
ditolak. Lebih mudah mati digantung, ditembak, kursi listrik, atau
dipenggal dibandingkan mati disalib. Beratnya tubuh yang tergantung
mengakibatkan lubang paku menjadi besar dan untuk menjaga supaya
seluruh tubuh tidak jatuh, maka orang tersebut diikat pada kaki dan
tangannya. Akan tetapi, tali tersebut justru mengakibatkan kematian
yang pelan-pelan karena darah yang mengalir keluar tertahan oleh
ikatan tali. Orang yang menyalibkan orang lain adalah orang yang suka
melihat orang lain mati secara perlahan. Di dalam kondisi semacam
itu, hanya Kristus satu-satunya yang berbeda dengan orang lain.
Sebelum mati, Ia menengadah dan berkata kepada Allah dengan kekuatan
yang luar biasa. Suara-Nya nyaring dan dengan teriakan, khususnya
pada waktu mengatakan empat perkataan terakhir.
Pada saat orang normal tidak bisa berteriak karena tidak mampu,
justru saat itu Kristus berteriak dengan keras. Sesudah enam jam
disalibkan, siapakah yang bisa berteriak? Sesudah mengatakan
"Genaplah!", maka tirai di bait suci terbelah. Lalu Kristus
mengatakan kalimat terakhir, "Bapa, Aku menyerahkan jiwa-Ku ke dalam
tangan-Mu!" Setelah itu, Dia mengembuskan napas yang terakhir. Ini
satu mujizat. Ini satu hal yang luar biasa. Ini satu hal yang sama
sekali berbeda dengan tradisi dan catatan sejarah. Kristus
satu-satunya yang menyerahkan nyawa-Nya di dalam kekuatan yang luar
biasa. Jiwa Kristus bukan dirampas oleh kematian. Pada waktu
hidup-Nya, Kristus dirampas. Keadilan bagi-Nya dirampas, hak-Nya
dirampas, pembelaan-Nya dirampas, dan kebajikan bagi-Nya pun
dirampas. Manusia tidak memedulikan bahwa dengan tangan-Nya, Kristus
menyembuhkan orang lain. Tangan yang menyembuhkan orang lain
dipakukan. Kepala-Nya yang memikirkan firman Allah dan hal-hal ilahi
dimahkotai mahkota duri. Kaki yang berjalan ke sana kemari mencari
domba yang sesat adalah kaki yang ditusuk. Tuhan Yesus memiliki cinta
yang tidak ada bandingnya. Tuhan Yesus Juru Selamat satu-satunya.
Pada waktu disalibkan, Ia mengucapkan kalimat yang terakhir, "Bapa,
Aku menyerahkan Roh-Ku ke dalam tangan-Mu!"
Ucapan Kristus di atas kayu salib dimulai dengan "Bapa..." dan
diakhiri dengan "Bapa..." Ini menjadi satu elemen paling pokok bagi
pelayanan kita. Di atas kayu salib, Yesus Kristus tidak berkata
banyak kepada manusia. Bagi Kristus yang penting adalah satu
kesetiaan kepada Bapa. Yang mengutus Kristus adalah Bapa, dan yang
akan menerima Kristus kembali ke sorga juga adalah Bapa. Jikalau yang
memanggil Yesus Kristus adalah uang, maka Dia akan melayani uang.
Akan tetapi, karena yang memanggil Kristus adalah Bapa, maka Kristus
memiliki prinsip yang memulai pelayanan-Nya dengan Bapa dan
mengakhirinya juga dengan Bapa. Allah Bapa yang memulai, Allah Bapa
juga yang menjadi Penggenap. Bapa yang menciptakan segala sesuatu
terjadi dan segala sesuatu ini juga akan disempurnakan oleh Bapa yang
mengizinkan segala sesuatu ini terjadi. "The Creator is also The
Consummator". Allah yang mengerjakan pekerjaan kebajikan adalah Allah
yang akan menggenapi pekerjaan kebajikan itu. Dan, Kristus yang telah
diutus oleh Allah mengetahui bahwa Dia tidak boleh hidup untuk
diri-Nya sendiri.
Sebagaimana apa yang pernah didoakan dan dinyatakan Kristus dalam
ucapan yang agung di Getsemani, "Bapa, bukan kehendak-Ku, melainkan
kehendak-Mulah yang terjadi" (Luk 22:42), demikian pula di atas kayu
salib, Kristus mengucapkan tujuh kalimat yang menunjukkan relasi
vertikal antara Dia dengan Allah Bapa. Kalimat pertama adalah "Ya,
Bapa, ampunilah mereka ...", kalimat terakhir adalah "Ya, Bapa, ke
dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku!" Kristus memohonkan pengampunan
bagi manusia berdosa kepada Bapa dengan kematian-Nya. Kristus yang
mati bagi manusia menurut kehendak Bapa sekarang menyerahkan jiwa-Nya
kepada Bapa. Perkataan pertama dimulai dengan "Bapa", perkataan
terakhir diakhiri dengan "Bapa". Tetapi perkataan keempat yang ada di
bagian tengah adalah "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku?" Di tengah-tengah antara Alfa sampai Omega, ada lembah bayang-bayang maut.
Pada permulaan, dengan girang kita menjalankan kehendak Allah. Di
saat terakhir, relakah kita menyerahkan seluruh hidup kepada Allah?
Di tengah-tengah perjalanan panjang kehidupan, Allah mengizinkan
orang yang menjalankan kehendak-Nya untuk mengalami bayang-bayang
maut yang menakutkan. Lembah bayang-bayang maut adalah lembah yang
pernah dijalani Kristus secara sendirian. Saat itu Bapa tidak
mendampingi Dia. Kristus menjalaninya sendiri. Itulah sebabnya, sejak
hari itu, barangsiapa harus menjalani bayang-bayang maut boleh
berkata kepada Tuhan Yesus, "Engkau beserta dengan aku." Kristus
sudah menjalani jalan itu. Apakah Anda takut akan hari depan? Bagi
Kristus, hari depan kita adalah hari kemarin. Pada waktu Kristus
mengatakan "Genaplah!" dan "Ya, Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan
Roh-Ku!", janganlah kita lupa bahwa mengatakan hal seperti itu
memerlukan iman kepercayaan yang bukan main besarnya.
Pada waktu Yesus dibaptiskan, Allah Bapa bersaksi dengan langit yang
terbuka dan suara yang nyaring, "Engkaulah Anak yang Kukasihi,
kepada-Mulah Aku berkenan." (Luk 3:22) Pada waktu di bukit Hermon,
Yesus Kristus menyatakan diri-Nya dalam kemuliaan beserta dengan Musa
dan Elia, Allah sekali lagi berkata dari langit, "Inilah Anak-Ku yang
Kupilih, dengarkanlah Dia." (Luk 9:35) Namun, justru di dalam
kepicikan, kepedihan, dan sengsara yang paling besar yang dialami
Kristus di atas kayu salib, Allah seolah-olah menudungi muka-Nya dan
seakan-akan tidak melihat akan sengsara Yesus Kristus.
Saat Yesus berteriak, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?" adalah saat yang sungguh-sungguh mengerikan. Akan
tetapi, pada waktu Yesus mengatakan "Sudan genap!", Yesus
mengatakannya di dalam keadaan yang tidak berubah apa-apa. Dia tetap
tergantung di atas salib. Tidak ada pertolongan dari Allah.
Orang-orang di bawah salib menunggu apakah pertolongan dari Allah
akan datang. Orang-orang pernah mendengar bahwa pada waktu Kristus
berdoa di bukit Hermon, Elia dan Musa datang mendampingi Dia. Jadi,
sekarang mereka menantikan apakah hal itu akan terulang lagi. Tetapi
kondisi tidak berubah. Doa Kristus seakan-akan tidak dijawab.
Kesulitan seolah-olah makin menjadi besar. Kelemahan makin menjadi
nyata. Darah terus mengalir. Segala sesuatu makin menjadi gelap.
Orang-orang di bawah salib tetap menghinakan Dia. Dengan demikian,
apakah kesuksesan yang dinyatakan Kristus dengan perkataan
"Genaplah"? Apakah yang dinyatakan-Nya dengan perkataan "Ya, Bapa,
Aku menyerahkan Roh-Ku ke dalam tangan-Mu"?
Dengan melihat Kristus, kita melihat manusia pertama di dalam sejarah
yang menerjunkan diri ke dalam kekekalan -- dalam keadaan yang tanpa
kegentaran sama sekali. Kristus yang sudah menang memimpin kita masuk
ke dalam kemuliaan. Dia menjadi teladan bagi Anda dan saya. Betapa
banyak orang yang pada waktu hidupnya memiliki keberanian, tetapi
pada waktu menghadapi kematian, segala keberaniannya hilang sama
sekali. Namun Kristus, di dalam kalimat terakhir sebelum mengembuskan
napas-Nya yang terakhir, memberi contoh bagi kita. Jikalau segala
kepicikan belum berubah, kepedihan masih dialami, bahaya masih
mengancam, dan segala situasi tetap sama, padahal saat kematian kita
semakin mendekat, bisakah kita tetap memanggil Allah sebagai Bapa
kita? Apakah Allah tetap menjadi Bapa kita? Apakah dari dulu sampai
sekarang Dia tetap menjadi Bapa Anda? Apakah kita tetap bisa melihat
anugerah-Nya tetap mengelilingi kita? Jika kita memanggil Allah
sebagai Bapa, hanya karena kita sudah menikmati segala berkat
dari-Nya, bagaimana jika semua berkat sudah tidak ada lagi? Bagaimana
jika segala yang indah sudah hilang dan segala kepicikan kita alami?
Apakah kita tetap memanggil Allah sebagai Bapa kita pada detik
terakhir sebelum kita mati? Apakah Anda masih bisa memanggil Bapa?
Apakah doa Anda masih didengarkan oleh-Nya? Ya. Karena Yesus Kristus
menjadi teladan kita. "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan Roh-Ku."
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: 7 Perkataan Salib
Judul artikel: Ya, Bapa ke dalam tangan-mu Kuserahkan nyawa-Ku
Penulis: Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit: Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1992
Halaman: 133 -- 140
STOP PRESS: PUBLIKASI e-JEMMI dan SITUS e-MISI
Apakah Anda ingin mendapatkan beragam informasi tentang dunia misi?
Kami ajak Anda untuk berlangganan Milis Publikasi e-JEMMi! Publikasi
yang diterbitkan Yayasan Lembaga SABDA ini menyajikan informasi
berupa berita-berita atau kesaksian seputar pelayanan misi dan
mobilisasi misi di seluruh dunia. Anda juga bisa berpartisipasi
dengan mengirimkan informasi seputar misi. Jadi tunggu apa lagi?
Segeralah bergabung sekarang juga!
Untuk berlangganan, kirim email ke: < subscribe-i-kan-misi(at)hub.xc.org >
Untuk mendapatkan bahan-bahan yang lebih lengkap, kunjungi situs Doa
di: < http://misi.sabda.org >
Situs e-MISI: Mengabarkan Injil ke Seluruh Indonesia
Situs e-MISI di bangun oleh Yayasan Lembaga Sabda (YLSA), menyediakan
informasi, referensi, dan bahan-bahan kekristenan terlengkap untuk
melengkapi pemahaman dan pengetahuan Anda tentang misi, baik di
Indonesia maupun di seluruh dunia. Situs ini akan menolong Anda untuk
melihat pekerjaan tangan Tuhan yang luar biasa di berbagai tempat di
dunia dan sekaligus diharapkan akan mendorong kita terjun dan ikut
ambil bagian dalam pekerjaan misi di mana pun kita berada. Anda juga
dapat berpartisipasi di situs e-MISI, dengan mengirimkan informasi
maupun bahan-bahan seputar misi. Jadi tunggu apa lagi segera kunjungi
situs ini dan dapatkan berkatnya!
==> http://misi.sabda.org/
Kontak: reformed(at)sabda.org
Redaksi: Yulia Oeniyati, Novita Yuniarti, dan Ryan
Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-Reformed(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(at)hub.xc.org
Arsip: http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://www.ylsa.org >
______________________________e-Reformed______________________________
Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.kristen@blogger.com
Kontak Redaksi: < reformed(a t)sabda.org >
Untuk mendaftar: < subscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Arsip e-Reformed: < http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed >
SOTeRI: < http://soteri.sabda.org/ >
Situs YLSA: < http://www.ylsa.org/ >
Situs SABDA Katalog: < http://katalog.sabda.org/ >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________