--------------------------------------------------------------------- e-BinaGuru -- MILIS DISKUSI PARA PELAYAN ANAK DAN GURU SEKOLAH MINGGU ---------------------------------------------------------------------
MUSIM DINGIN DI HATI.
Oleh.Walsinur.S
Pada saat sahabat saudara tidak mau menjawab pertanyaan anda,pasti saudara bertanya-tanya,apa gerangan yang membuatnya diam seribu bahasa.Padahal anda sudah berusaha memberi dorongan semangat agar dia mau bicara dan mengungkapkan kegundahan hatinya.Saya menggambarkan suasana hati demikian seperti "Musim dingin di hati". Apakah saudara pernah merasakan demikian? Ada saatnya kita mengalami musim dingin di hati karena keinginan kita tidak tercapai Karena persoalan-persoalan hidup datang silih-berganti. Dalam keadaan kesulitan,kita membutuhkan sahabat menolong kita. Tetapii sahabat terdekat juga menjauh. Persahabatan seringkali diuji melalui perpisahan dan komunikasii terhenti .Kita tidak bisa berkomunikasi dengan tatapan muka karena jarak yang jauh dengan sahabat.
Dalam persahabatan dengan Allah, kita juga tidak selalu merasa dekat dengan Dia. Setiap hubungan meliputi saat-saat dekat dan saat-saat jauh .Keadaan ini juga berlaku dalam hubungan dengan Allah,sekalipun sebelumnya kita merasakan keakraban bergaul denganNya,suatu ketika kita merasakan Dia menjauh,dan sepertinya Dia tidak mendengar permohonan kita.bagaimana kita menaikkan pujian dan penyembahan bagiNya pada saat hati kita tidak tenang? Tingkat penyembahan yang terdalam adalah memuji Allah meskipun menderita, mengucap syukur saat kita dalam pencobaan.MengasihiNya pada saat Dia terasa jauh. Allah menguji persahabatan kita dengan masa-masa yang rasanya seperti perpisahan, yakni ketika Dia seolah-olah telah meninggalkan kita dan tidak mendengar keluhan kita lagi.
Selain Yesus,mungkin Daud memiliki persahabatan yang paling dekat dengan Allah,namun Daud sering mengeluh tentang ketidakhadiran Allah yang nyata:" Tuhan,mengapa Engkau bersembunyi pada waktu aku memerlukan pertolonganMU? "Mengapa Engkau meninggalkan aku?',"mengapa Engkau tetap begitu jauh?,Mengapa Engkau membuang Aku?" Inilah sebagian keluhan Daud. Tentu ,Allah tidak memninggalkan Daud.Dia juga tidak meninggalkan kita saat kita tidak merasakan ketidakhadiranNya.
Dia telah berjanji berkali-kali,"Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Tetapi Allah tidak berjanji"kau akan selalu mengalami hadiratKu." Sebetulnya,Allah mengakui bahwa kadang-kadang Dia menyembunyikan –wajahNya dari kita.Ada saat-saat ketika Dia menghilang dari kehidupan kita.
Ketika kita bangun pagi,lalu berdoa,tetapi tidak ada perobahan.Perasaan rohani kita lenyap.Kita memohon ampun dosa-dosa kita,tetapi sepertinya rohani kita tetap kering.Sepertinya doa kita yang berulangkali kita ucapkan hanya terbentur sampai langit-langit rumah .
Suasana ini bisa berlangsung berbulan-bulan.Kita bertanya,kapan ini berakhir Tuhan?
Kenyataannya ,tidak ada yang salah dengan anda dan saya. Ini adalah bagian yang normal dari pengujian dan pendewasaan persahabatan kita dengan Allah.Setiap orang percaya mengalaminya berkali-kali dan hal ini menyakitkan dan tidak enak rasanya,tetapi sangat penting dalam perkembangan iman kita.
Ketika Allah terasa jauh,kita mungkin berpikir bahwa Dia marah atau sedang menghukum kita karena suatu dosa. Sesungguhnya dosa memang memisahkan kita dari persekutuan yang akrab dengan Allah. Kita mendukakan Roh Allah dan memadamkan persekutuan kita dengan Dia melalui ketidaktaatan,konflik dengan orang lain,kesibukan dan dosa-dosa lain. Tetapi seringkali perasaan ditinggalkan oleh Allah bukan karena dosa. Itu merupakan ujian iman apakah kita setia mengasihi,menyembah Allah?
Kesalahan paling umum yang dibuat orang-orang Kristen dalam penyembahan sekarang ini adalah mencari suatu pengalaman dan bukannya mencari Allah. Mereka mencari suatu perasaan,dan jika hal tersebut terjadi,mereka menyimpulkan bahwa mereka telah menyembah. Itu salah. Sebetulnya,Allah seringkali menyingkirkan perasaan-perasaan tersebut. Mencari suatu perasaan,bahkan perasaan dekat dengan Kristus sekalipun,bukanlah penyembahan Ketika kita bertumbuh dalam iman,Dia akan melepaskan kita dari ketergantungan akan perasaan kita.
Kemahahadiran dan wujudanNya adalah dua hal yang berbeda. Yang pertama adalah fakta,yang lainnya seringkali merupakan perasaan. Allah selalu ada,bahkan ketika kita tidak menyadari Nya.KehadiranNya terlalu dahsyat diukur dengan emosi belaka.
Benar,Dia ingin agar kita merasakan kehadiranNya,tetapi Dia lebih suka kita mempercayaNya ketimbang merasakanNya. Iman bukan perasaan,menyenangkan Allah. Situasi-situasi yang bisa paling memperbesar iman kita adalah ketika kehidupan berantakan dan Allah tidak bisa ditemukan.Ini terjadi pada Ayub. Dalam suatu hari dia kehilangan hartanya,keluarganya,kesehatannya dan yang paling mengesalkan adalah pasal 37. Allah tidak mengatakan apapun,diam. Bagaimana kita memuji Allah bila kita tidak memahami apa yang terjadi dalam kehidupan kita,dan Allah diam? Bagaimana kita tetap berhubungan dalam krisis tanpa komunikasi? Bagaimana kita tetap memandang Yesus padahal mata kita penuh dengan air mata? Kita harus melakukan seperti Ayub:" Kemudian sujudlah ia dan menyembah katanya:"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku,dengan telanjang juga aku akan kembali kedalamnya.Tuhan yang memberi,Tuhan yang mengambil,terpujilah nama Tuhan." Artinya katakanlah kepada Allah apa yang anda rasakan.Keluarkan semua emosi anda dan curahkan semua isi hati anda kepada Allah. Ayub mengatakannya:" Sebab itu aku tak dapat tinggal diam.Rasa pedih dan pahitku tak dapat kupendam.Aku harus membuka mulutku,dan mencurahkan isi hatiku.
Semoga kita diberi kekuatan oleh Dia yang member kehidupan kita.Melakukan yang berkenan kepadaNya. Amin.(Wals)
--------------------------------------------------------------------- Bergabung kirim e-mail ke:Berhenti kirim e-mail ke: Untuk arsip: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaGuru ---------------------------------------------------------------------