e-JEMMi -- Bambam, Pitu Ulunna Salu, Indonesia
No.05, Vol.15, Januari 2012
No.05, Vol.15, Januari 2012
SEKILAS ISI
RENUNGAN MISI: PENGHARAPAN DI BALIK PENDERITAAN
PROFIL SUKU: BAMBAM, PITU ULUNNA SALU, SULAWESI BARAT, INDONESIA
RENUNGAN MISI: PENGHARAPAN DI BALIK PENDERITAAN
PROFIL SUKU: BAMBAM, PITU ULUNNA SALU, SULAWESI BARAT, INDONESIA
Shalom,
Dalam surat Paulus kepada Timotius, ia berkata bahwa Kristus Yesus adalah dasar dari segala pengharapan kita. Tidak peduli apa pun yang Anda alami, pengharapan Anda kepada Yesus tidak akan mengecewakan. Dalam edisi kali ini, kami menyajikan renungan mengenai pengharapan yang benar dan mengapa pengharapan itu dapat disebut sebagai "sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita". Dalam profil bangsa, kami membawa Anda untuk mengenal orang-orang Bambam dari Indonesia dan berdoa bagi mereka. Kiranya, sajian kami dalam edisi ini dapat menjadi berkat bagi Anda. Tuhan Yesus memberkati.
RENUNGAN MISI: PENGHARAPAN DI BALIK PENDERITAAN
Pengharapan adalah menantikan sesuatu yang tidak kelihatan namun pasti (Roma 8:24). Pengharapan itu akan lebih terasa kekuatannya apabila dialami secara langsung. Pengharapan bukan sekadar teori atau kata orang lain. Ada tiga hal berkaitan dengan kekuatan sebuah pengharapan.
1. Pengharapan Membuat Orang Mampu Bertahan
Seorang tawanan Nazi Jerman mampu bertahan ketika yang lain meninggal satu per satu dianiaya. Pengharapan memampukannya bertahan hingga akhirnya ia selamat. Ia bersama tawanan lainnya dijebloskan ke dalam penjara bawah tanah yang pengap dan gelap, di mana untuk dapat keluar hidup-hidup dari sana kemungkinannya sangat kecil. Selain kondisi penjara dapat membuat nyali seseorang ciut, para tawanan juga diharuskan menjalani kerja rodi. Mereka sering kali dihukum secara sadis. Keadaan yang berat ini menyebabkan para tawanan tidak mampu bertahan dan mati satu per satu.
Kematian mereka disebabkan beberapa faktor. Ada yang sakit, stres karena tidak mampu menahan siksaan yang kejam, dan berbagai perlakuan di luar batas kemanusiaan. Dari sekian banyak tawanan, ada satu orang yang mampu bertahan hidup. Kendatipun telah mengalami penderitaan di kamp konsentrasi selama sebelas tahun, akhirnya ia dapat keluar dengan selamat.
Kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II melawan sekutu, membuat situasi menjadi kritis. Kondisi itu menjadi celah yang memungkinkannya untuk bebas dari kamp konsentrasi. Ketika orang menyaksikan ia keluar dalam keadaan hidup, orang bertanya-tanya mengenai rahasia yang membuatnya mampu bertahan. Ketika hal itu ditanyakan kepadanya, ia hanya berkata bahwa kuncinya pengharapan. Dia berpikir bahwa satu kali kelak penderitaan ini pasti akan berakhir. Fakta menunjukkan bahwa akhirnya pengharapannya tidak sia-sia.
2. Pengharapan Membuat Orang Berhasil
Sebelum orang meraih keberhasilan, biasanya harus mengalami kegagalan berulang kali. Tetapi orang yang berpengharapan tidak mudah putus asa. Orang yang mudah menyerah akan patah semangat ketika mengalami kegagalan. Hal yang sama dialami seorang atlet renang internasional. Atlet ini telah berulang kali berhasil menyeberangi samudra Pasifik tanpa menggunakan alat bantu. Karena prestasinya, namanya dicatat dalam "Guiness Book of Record". Namun, pada suatu kali dia gagal menyelesaikan tugasnya. Setelah sampai di darat orang bertanya mengapa dia sampai gagal. Jawabannya sederhana yakni karena ia kehilangan pengharapan ketika tidak melihat ujung lautan.
3. Pengharapan Memberikan Ketegaran
Pengharapan membuat seseorang tetap tegar meskipun sedang berada di ambang kematian. Saya melihat hal ini dalam kehidupan seorang teman yang menderita sakit kanker stadium IV. Dokter memvonis bahwa usianya tinggal tiga bulan. Badannya tinggal tulang berbalut kulit dan wajahnya pucat. Berkali-kali dia menjalani kemoterapi, tetapi penyakitnya tidak kunjung sembuh. Bersyukur akhirnya dia disembuhkan Tuhan. Meski rambutnya sudah dua kali digunduli, tetapi dia pantang menyerah.
Dalam menjalani sisa hidupnya, ia setia melayani sebagai "singer" dan aktif di kelompok persekutuan. Kepada teman-temannya yang senasib, dia juga memberikan penghiburan dan dorongan semangat. Pengharapannya ditularkan kepada teman-temannya, dengan harapan mereka juga dapat bersikap tegar menghadapi kenyataan. Vonis dokter yang menyatakan usianya tinggal tiga bulan, akhirnya bertahan hingga tiga tahun. Ini terjadi karena ia memiliki pengharapan kepada Tuhan. Semangat dan pengharapannya yang kuat kepada Tuhan mampu melawan penyakit yang menggerogoti kesehatannya. Inilah kekuatan sebuah pengharapan.
Alkitab menyatakan bahwa pengharapan itu ibarat sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Ibrani 6:19). Tanpa sauh yang kuat, sebuah kapal tidak akan mungkin dapat berlayar dengan baik. Kapal akan terombang-ambing oleh gelombang lautan sebelum akhirnya karam diterjang badai. Sebagai orang percaya, Yesus adalah dasar pengharapan (1 Timotius 1:1).
Yusuf adalah salah satu figur yang mengalami langsung kekuatan sebuah pengharapan. Dia tidak goyah atau bimbang melihat keadaan yang berkembang semakin buruk. Yusuf harus mengalami dibuang ke dalam sumur kering, dijual sebagai budak di negeri asing, menjadi budak Potifar, difitnah, dan kemudian dijebloskan ke dalam penjara. Padahal Tuhan sudah berjanji bahwa Yusuf akan menjadi orang besar dan berpengaruh, sesuai mimpi yang dialaminya.
Meski untuk mencapai jenjang puncak, ia harus melalui jalan panjang dan berliku, ia tidak patah semangat. Akhir penantiannya tidak sia-sia. Harapannya terwujud menjadi kenyataan. Yusuf menjadi orang nomor dua di Mesir. Semua orang sujud menyembahnya. Inilah bukti kekuatan sebuah pengharapan. Untuk mencapai semua itu diperlukan ketaatan dan kesabaran menanti waktu Tuhan. Sesuai dengan sifatnya, pengharapan itu baru akan terjadi di waktu yang akan datang, bukan sekarang. Untuk itu, diperlukan kesabaran menunggu. Sementara dalam proses menunggu, diperlukan sikap taat. Taat terhadap rencana dan kehendak Tuhan. Berjalan di jalur yang sudah ditetapkan Tuhan baginya. Dengan demikian kuasa pengharapan akan dapat dirasakan. Oleh sebab itu, ketika keadaan menjadi sulit dan tak terkendali jangan kecewa dan putus asa. Tetaplah berharap kepada janji Tuhan yang tidak pernah berubah. Kita dikasihi Allah agar kita mengejar kasih itu menjadi milik kita dan mempraktikkan dalam hidup yang nyata.
Diambil dari:
Nama majalah: Kalam Hidup, Januari 2007
Judul artikel: Pengharapan di Balik Penderitaan
Penulis: Tony Tedjo, S.Th.
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup
Halaman: 14 -- 16
Nama majalah: Kalam Hidup, Januari 2007
Judul artikel: Pengharapan di Balik Penderitaan
Penulis: Tony Tedjo, S.Th.
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup
Halaman: 14 -- 16
PROFIL SUKU: BAMBAM, PITU ULUNNA SALU, SULAWESI BARAT, INDONESIA
Pendahuluan/Sejarah
Orang-orang Bambam menurut asal-muasal mereka berdasarkan tujuh turunan dari Pongkapadang dan Torije'ne', yang telah membentuk suatu subsuku yang disebut Pitu Ulunna Salu (tujuh kepala sungai), yang telah mempersiapkan suatu kekuatan yang dipersatukan untuk menghadapi pihak luar, yakni kelompok-kelompok musuh dari luar. Pemerintah Kolonial Belanda datang pada permulaan tahun 1900-an dan mendirikan sekolah-sekolah, menghapus perbudakan, memperkenalkan pajak, dan menyebarkan agama Kristen. Selama Perang Dunia II, Jepang mengirim pasukan tentaranya untuk mengawasi wilayah ini, meskipun wilayah ini sangat terpencil dan tidak menguntungkan secara ekonomi.
Wilayah Bambam mengalami masa sukar berikutnya sejak 1950 hingga 1965 sampai dengan masa penyerangan dan pemberontakan. Sekelompok pemberontak Muslim fanatik mengambil alih kota Mambi dan mulai memaksa orang-orang di desa-desa lain untuk memeluk agama Islam. Sebagai akibatnya, orang-orang Bambam membentuk Organisasi Pertahanan Rakyat (OPR). Dengan bantuan dari Batalion Nasionalis 710, OPR menyerang Mambi dan menggiring para pemberontak ke pantai dekat Mamuju. Sesudah peristiwa ini, Batalion 710 mulai menyiksa orang-orang daerah Bambam, sehingga OPR memaksa 710 untuk mundur. OPR memutus-tuntas semua jejak menuju daerah itu, dan terus mengawalnya hingga pemerintahan sipil dipulihkan pada tahun 1964.
Dimanakah Lokasi Mereka?
Mayoritas orang Bambam tinggal di Kabupaten Mamasa, di dataran tinggi Provinsi Sulawesi Barat, Indonesia. Desa-desa terbentang sepanjang tepian aliran anak sungai Salu Mambi, Salu Dengen, dan sungai-sungai Salu Mokanam. Tempat ini merupakan suatu wilayah pegunungan, dengan puncak-puncaknya yang ketinggiannya mencapai 3000 meter.
Seperti Apakah Kehidupan Mereka?
Rumah dan keluarga merupakan prioritas utama bagi orang-orang Bambam pada umumnya. Keluarga inti terdiri dari orang tua, anak-anak yang belum menikah, namun sering kali dalam sebuah rumah tangga termasuk juga para orang tua yang sudah lanjut usia atau anak-anak yang baru menikah. Di permukaan, hubungan mereka tampaknya sangat harmonis. Kemarahan jarang sekali terjadi. Menyesuaikan diri, menjaga kedamaian, dan memelihara status quo [keadaan tetap pada suatu saat tertentu, Red.] merupakan nilai-nilai budaya. Pada umumnya, mereka sangat suka bekerja sama dan hidup bersosial dengan baik, yang berjalan bergandengan tangan dengan cara mereka bergotong-royong. Baik mempersiapkan lahan, menanam, menyiangi, memanen, memperbaiki jalan, maupun membangun rumah, mereka senang mengerjakannya secara berkelompok. Kadang-kadang upah dilunasi, tetapi sering kali hal ini menjadi urusan untuk membantu seseorang dalam hal pengembalian atas bantuan mereka di lain waktu. Mengerjakan sawah secara bergiliran merupakan pusat gaya hidup orang-orang Bambam. Aktivitas harian dan perencanaan didasarkan pada giliran perawatan padi, menanam, menyiangi, dan memanen. Pesta rakyat dan upacara juga terikat dalam putaran musim ini. Tugas-tugas dibagi berdasarkan jenis kelamin. Sementara mengerjakan lahan sawah secara bergilir merupakan pusat gaya hidup, dalam tahun-tahun terakhir ini ekonominya lebih banyak dipengaruhi oleh tanaman-tanaman, seperti kopi dan kakao. Kedua komoditi ini menyediakan uang tunai untuk pembelian barang-barang yang dibawa masuk dari luar.
Apakah Kepercayaan Mereka?
Ada tiga kelompok pemeluk agama di kalangan orang Bambam: Umat Kristen (Protestan dan Katolik), kaum Muslim (Islam), dan Mappuhondo (animisme). Kepercayaan tradisional Mappuhondo memengaruhi kepercayaan-kepercayaan mereka yang menyebut diri mereka sebagai umat Kristen atau kaum Muslim.
Secara turun-temurun, seseorang mendapatkan kesenangan bersama para dewa dengan cara memiliki "panaba sambulo-bulo" (napas yang lurus). Hal ini adalah menjadi yang baik, yang artinya memedulikan orang lain, tidak berbohong, melakukan apa yang seseorang katakan untuk mereka lakukan. Para dewa tidak menyukainya apabila Anda berusaha untuk menghancurkan rencana-rencana orang lain. Anda perlu menemukan sisi baik orang lain.
"Tometampa" sang dewa pencipta manusia, binatang, dan tumbuhan, segala sesuatu yang ada di dunia ini. Dialah sang dewa pencipta, namun tidak dianggap sebagai pemimpin dari segala dewa. Setiap dewa mengawasi wilayah kekuasaan mereka masing-masing (sungai, bukit, desa, jenis tugas atau pekerjaan, dll.). Orang-orang Kristen percaya kepada Allah sang Pencipta dan bahwa Dialah yang mengatur segala-galanya.
Ketika seorang Bambam meninggal, ia pergi "sau'anitu" (turun ke dalam sungai, ke dunia roh) yaitu dunia orang mati. Mereka tidak yakin di mana tempat itu, "mungkin saja di tepi dunia". Sungai diseberangi (salu sidilambam), dan mereka tidak bisa menyeberangi jika mereka tidak memiliki kerbau air untuk menarik menyeberangkan semua harta milik mereka. Itulah sebabnya, keluarga harus memenggal satu kerbau untuk upacara penguburan.
Orang-orang Kristen masih memotong kerbau untuk upacara penguburan, namun mereka berkata bahwa mereka akan dipermalukan jika mereka tidak melakukannya.
Apakah Kebutuhan-Kebutuhan Mereka?
Sebagai petani, perhatian mereka adalah pada tanaman: serangga dan tikus yang akan merusaknya, dan tanah longsor yang akan membabas tanaman mereka dan merusakkannya. Kebanyakan tempatnya potensial sulit untuk dijangkau dan daerahnya terpencil, yang dilihat oleh orang Bambam sebagai suatu penghalang besar. Mereka merasa bahwa akibat sukarnya daerah mereka untuk dijangkau, para pejabat pemerintah tidak begitu memahami daerah Bambam, termasuk orang-orangnya dan situasinya. Beberapa orang Bambam percaya bahwa mereka sedang berada di luar jangkauan bantuan yang disediakan pemerintah, karena mereka tinggal di daerah yang sangat terpencil seperti itu. Dengan transportasi yang sukar, harga-harga kopi dan kakao yang ada di Bambam menurun. Dan harga-harga barang yang dibawa masuk ke daerah ini tinggi. Fasilitas medis juga jarang, baik tenaga medis maupun ketersediaan obat-obatan. Ini semua masalah yang dipersoalkan secara sepihak karena alasan tempat atau daerah yang berbukit, sukar untuk dijangkau.
Pokok Doa
1. Alkitab Perjanjian Baru dan kitab Kejadian dalam bahasa Bambam sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Bambam tahun 2004. Doakanlah agar kitab-kitab Suci itu dibaca dan diaplikasikan dalam kehidupan.
2. Rekaman kitab Perjanjian Baru dengan kaset-kaset yang telah dipersiapkan, khususnya kitab Injil Yohanes dan program "Kabar Baik" di Bambam. Doakanlah agar rekaman-rekaman ini dapat diterima dengan baik dan menyentuh kehidupan mereka yang mendengarkannya.
3. Tekanan-tekanan politik dan agama telah mengganggu kehidupan di daerah Bambam. Doakanlah agar tekanan-tekanan itu membuat mereka yang menyebut dirinya Kristen, agar sungguh-sungguh mendekatkan diri pada Kristus, dan agar orang lain akan datang kepada Kristus melalui masa yang sukar ini.
4. Berdoalah untuk kebangunan rohani para penerus kekristenan, yang kebanyakan telah menjadi Kristen karena tradisi. Berdoa pula untuk ketersediaan Film Yesus dalam bahasa utama dari orang-orang Bambam. (t/Samuel)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Joshua Project
Judul asli artikel: Bambam, Pitu Ulunna Salu of Indonesia
Penulis: Tidak dicantumkan
Alamat URL: http://joshuaproject.net/people-profile.php?peo3=10616&rog3=ID
Tanggal akses: 24 Januari 2011
Nama situs: Joshua Project
Judul asli artikel: Bambam, Pitu Ulunna Salu of Indonesia
Penulis: Tidak dicantumkan
Alamat URL: http://joshuaproject.net/people-profile.php?peo3=10616&rog3=ID
Tanggal akses: 24 Januari 2011
"IF YOU HAVE HALF A MIND TO TURN ON THE TELEVISION, THAT ALL YOU NEED FOR MANY PROGRAMS"
Kontak: < jemmi(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Yosua Setyo Yudo
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/misi >