----Email Diteruskan----
Dari: leadership@sabda.org
Kepada: i-kan-leadership@hub.xc.org
Email Keluar: Sen, 10 Jun 2013 02:16 Waktu Terang Hari Pasifik
Judul: [e-Leadership] Edisi 144/Juni 2013 -- Pemimpin Visioner (I)
Anda terdaftar dengan alamat: joniwawohsh@yahoo.co.id
e-Leadership -- Pemimpin Visioner (I)
Edisi 144, 10 Juni 2013
Shalom,
Banyak "alat ukur" yang digunakan untuk mengukur kecakapan seorang pemimpin. Salah satunya adalah "visi kepemimpinan", yang berfungsi untuk mengetahui apakah seorang pemimpin adalah pemimpin yang visioner atau tidak. Suatu organisasi, kecil ataupun besar, perlu dipimpin oleh seorang pemimpin visioner yang mengatur arah organisasi guna mencapai tujuan organisasi tersebut. Namun, seorang pemimpin yang visioner tidak lahir begitu saja. Ada tahapan-tahapan penting yang harus dilewati untuk mencapai hal tersebut. Oleh karena itu, kami mengajak Pembaca terkasih untuk menyimak sajian e-Leadership kali ini. Kiranya ini menjadi berkat bagi kita semua. Tuhan Yesus memberkati.
Staf Redaksi e-Leadership,
Davida
< http://lead.sabda.org >
Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan. (Amsal 3:7)
< http://alkitab.mobi/tb/Ams/3/7/ >
ARTIKEL: EMPAT TAHAP KEPEMIMPINAN VISIONER
Selama lebih dari satu dekade, saya telah merenungkan tentang bagaimana para visioner berkembang. Berikut ini adalah beberapa pemikiran awal saya mengenai tahap-tahap perkembangan seorang pemimpin yang visioner.
I. Menangkap Visi
Setiap pemimpin visioner dimulai dengan mengikuti visi yang dimiliki orang lain. Pada tahap ini, menjadi pengikut yang baik akan mengawali dan mengembangkan kemampuan untuk memimpin dengan baik. Selama tahap ini, seorang calon visioner akan belajar untuk tunduk kepada otoritas ilahi. Di sinilah, calon visioner masa depan dibentuk oleh kelebihan dan kekurangan yang dimiliki visioner senior yang memimpinnya.
Kelebihan yang dimiliki visioner senior memberikan kesempatan bagi sang visioner muda untuk meniru, sementara kekurangan dan kelemahannya akan membentuk keyakinan dalam diri visioner muda itu untuk membentuk nilai-nilai yang kemudian hari akan dipegangnya.
II. Membentuk Visi
Setelah melewati tahap pertama, seorang visioner muda akan mulai membentuk visinya sendiri. Ada tiga nuansa bagaimana tahap ini berkaitan dengan tahap yang pertama. Sebagian besar dari pembentukan visi awal ditemukan "di bawah" visi pemimpin dan/atau organisasi yang menaungi visioner muda ini. Pembentukan visi dalam tahap ini terbagi menjadi 3 bagian: mula-mula sang visioner muda akan membentuk visi untuk mendukung visi yang sudah ada, kemudian ia akan membentuk visi yang berkaitan dengan visi yang sudah ada itu, dan akhirnya ia akan memiliki visi yang bertolak belakang dengan visi yang dimiliki oleh pemimpin atau organisasinya.
a. Mendukung visi yang sudah ada.
Dalam tahap ini, seorang visioner muda akan membentuk kembali visi yang sudah ada. Sang visioner muda ini akan mengartikulasikan dan mengomunikasikan apa yang sudah diberikan kepadanya. Seni komunikasi menjadi matang seiring dengan kemajuan komitmen, gairah, dan rasa kepemilikan terhadap visi pemimpinnya. Misalnya, seorang mahasiswa seminari membagikan visi dari gereja yang telah dia layani selama dua tahun terakhir kepada teman-temannya di seminari.
b. Berkaitan dengan visi yang sudah ada.
Setelah melewati tahap pertama, visioner muda ini akan menciptakan dan mengembangkan inisiatif atau model pelayanannya di dalam visi yang sudah ada. Langkah kecil ini akan membawa seni kepemimpinan visioner ke tingkat yang baru. Ketika seorang visioner muda 'membangun' sebuah pelayanan yang lebih besar dalam 'ranah' mereka, mereka bertanggung jawab untuk menghubungkan apa yang mereka lakukan itu dengan gambaran besar dari visi utama yang mereka pegang. Artinya, mereka mengembangkan dan meningkatkan visi yang mereka tangkap dengan cara membentuk visi yang baru untuk tim, acara, kelompok, bidang atau departemen yang berada dalam tanggung jawab mereka. Mahasiswa seminari tadi, misalnya, ia akan merekrut dua lusin pemimpin relawan baru untuk SMA, dan strategi ketahanan Injil yang ia kembangkan. Strategi dan visi yang dikembangkannya ini sejalan dengan visi gerejanya.
c. Bertolak belakang dengan visi yang sudah ada.
Ini merupakan langkah awal yang positif dalam merasakan adanya pergeseran dalam panggilan pelayanan atau ketertarikan terhadap bidang pelayanan yang baru. Meskipun ini bukan suatu realitas terakhir bagi semua pemimpin visioner, hal ini akan terjadi pada banyak dari mereka. Biasanya, sulit bagi banyak pemimpin senior untuk melihat hal ini tanpa merasa dikhianati atau terluka. Hal ini sebenarnya normal. Dari sudut pandang Tuhan, bukankah kemunculan para visioner yang kuat akan mengembangkan "ketidakpuasan suci" yang baru? Tidakkah ia akan melihat masalah baru dan ingin mencari solusi baru? Istilah "bertolak belakang" sangat membantu karena sering kali dalam pikiran seorang visioner yang sedang berkembang, bahasa yang baru sangat bertolak belakang dan sering kali dibandingkan dengan visi yang sudah ada (oleh karena itu, kita sering berbicara tentang pendekatan yang bersifat visioner vs. pendekatan yang menarik, atau melayani kelompok orang yang belum
terjangkau vs. mengembangkan jemaat yang sudah ada.) Dalam tahap ini, misalnya, mahasiswa seminari tadi mulai bermimpi untuk merintis jenis gereja yang bertolak belakang dengan visi yang ia miliki sebelumnya.
III. Mengemban Visi
Pada tahap yang penting ini, visi yang dibentuk telah matang dan telah sepenuhnya menjadi milik sang visioner muda. Sering kali, hal ini ditunjukkan dengan menempati posisi senior atau pemimpin. Oleh karena itu, tidak setiap pemimpin visioner mencapai titik ini. Menurut pendapat saya, mengharapkan bahwa semua pemimpin visioner harus menginginkan posisi sebagai pemimpin adalah suatu kesalahan. (Jika demikian, kita tidak akan memiliki pemimpin visioner yang menjabat posisi kedua dalam kepemimpinan atau sebuah tim yang visioner.)
Perbedaan pengalaman yang terbesar bagi orang-orang yang mengemban visi adalah meningkatnya kesadaran bahwa visi yang dikerjakannya itu datang dari Allah, bukan dari dirinya sendiri. Seiring waktu, kedewasaan rohani, situasi-situasi yang dihadapi dalam kehidupan, dan hubungan dengan Tuhan akan menunjukkan betapa kecilnya visi yang benar-benar muncul dari dalam diri sendiri. Pada akhirnya, ia akan melihat bagaimana Allah mendalangi berbagai peristiwa kehidupan sampai pada titik di mana ia mengetahui bahwa Tuhanlah yang memberinya visi.
IV. Menjalani Panggilan Hidup
Tahap terakhir ini merupakan tahap yang bisa dicapai oleh sedikit orang karena hanya bisa ditemukan dengan pertolongan yang tidak biasa, dan menunjukkan keberhasilan sebagai pelaksana visi dalam kurun waktu yang panjang. Keberhasilan tahap ini akan membangun kerangka pelayanan yang memiliki pengaruh yang luar biasa dan melampaui apa yang pernah dibayangkan. Oleh karena itu, saya percaya tahap ini hanya akan dialami oleh para pemimpin ketika mereka berusia lima puluhan atau setelahnya.
Mengemban visi dalam suatu rentang waktu, yang dengan sendirinya merupakan suatu tugas penatalayanan, menuntun seorang visioner pada kesadaran yang lebih besar lagi akan dampak yang tidak direncanakan, namun telah ditetapkan oleh Allah sendiri. Bagi para pemimpin terbaik, hal ini memungkinkan mereka untuk tetap rendah hati dalam memberi pengaruh yang lebih luas. Misalnya, mahasiswa seminari tadi merintis sebuah gereja yang mendorong gerakan perintisan gereja, mentransformasi sebuah kota atau mengadopsi suku-suku yang belum terjangkau. Pada tahap ini, puluhan tahun dalam mengemban visi dilihat dari perspektif yang berbeda dan lebih jelas.
Pada tahap ini sangat mudah untuk mengingat nama-nama pemimpin zaman ini seperti Rick Warren, Bill Hybels, TD Jakes, Mark Driscoll, atau Andy Stanley. Akan tetapi, saya percaya ada ribuan orang dan ribuan pemimpin yang mencapai titik ini, yang tidak akan pernah kita ketahui. Meskipun dampaknya luar biasa, mereka menjalani panggilan yang lebih sunyi. (t/Jing Jing)
Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: ChurchLeaders.com
Alamat URL: http://www.churchleaders.com/pastors/pastor-blogs/164732-4-stages-of-visionary-leadership.html
Judul asli artikel: 4 Stages of Visionary Leadership
Penulis: Will Mancini
Tanggal akses: 22 Maret 2013
KUTIPAN
"Setiap pemimpin yang visioner dimulai dari mengikuti visi orang lain." (Will Mancini)
INSPIRASI: MEWUJUDKAN VISI
Ada ungkapan, "Orang yang malang bukanlah orang yang tidak dapat melihat, melainkan orang yang dapat melihat, tetapi tidak mempunyai visi." Ungkapan ini menggambarkan pentingnya visi. Namun, mewujudkannya tak selalu mudah.
Nehemia mendapat visi dari Allah untuk membangun tembok Yerusalem saat berada di pembuangan sebagai juru minum raja. Setelah menangkap visi dari Tuhan, ia berdoa dan berpuasa, kemudian ia minta izin kepada raja untuk pulang ke kota asalnya (pasal 1-2:10). Menarik bahwa selama tiga hari di sana, Nehemia belum berdialog dengan siapa pun (ayat 11). Ia bahkan menyelidiki pada malam hari agar tidak dilihat orang (ayat 12-16). Membangun tembok Yerusalem bukan pekerjaan mudah. Jika mudah, tentu sudah lama orang melakukannya. Bagaimana Nehemia yang baru datang bisa menyakinkan penduduk setempat untuk menggarap pekerjaan yang begitu besar? Bukan kehebatan diri yang dibagikan Nehemia, melainkan kemurahan Allah yang telah memeliharanya (ayat 18). Seorang buangan bisa dipercaya raja dan dibekali segala perlengkapan untuk membangun tembok Yerusalem. Betapa kesaksian itu menunjukkan perkenan Allah! Semua orang pun merespons dengan semangat!
Mungkin Anda pun tengah bergumul dengan visi yang Tuhan letakkan di hati Anda. Banyak tantangan yang membuat visi terasa seperti mimpi yang tak mungkin diraih. Akankah orang-orang mendukungnya? Mintalah hikmat Tuhan untuk mengerti langkah yang perlu ditempuh. Bawalah orang melihat visi yang dari Tuhan dan merespons Dia, dan nantikanlah Tuhan menempatkan orang-orang sevisi untuk melayani bersama Anda.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Publikasi e-RH (Sabda.org)
Alamat URL: http://sabda.org/publikasi/e-rh/2012/09/25/
Penulis: --
Tanggal akses: 24 Mei 2013
STOP PRESS: DAPATKAN POKOK DOA SELAMA BULAN PUASA: "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"!
Apakah Anda terbeban untuk menanam lutut Anda bagi bangsa-bangsa yang belum mengenal Kristus? Kami mengajak Anda bersatu hati untuk berdoa bagi saudara-saudara kita, khususnya bagi mereka yang akan melaksanakan ibadah puasa.
Jika Anda rindu untuk turut ambil bagian berdoa bagi bangsa, kami akan mengirimkan pokok-pokok doa dalam versi e-mail untuk menjadi pokok doa kita bersama. Untuk berlangganan, silakan kirimkan e-mail ke:
==> < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Bagi Anda yang ingin agar teman-teman Anda pun bisa ikut berdoa dengan memakai bahan pokok doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail mereka ke Redaksi e-Doa di: < doa(at)sabda.org >
Marilah kita bersama berpuasa dan berdoa untuk Indonesia agar tangan Tuhan yang penuh kuasa memulihkan bangsa kita untuk hormat dan kemuliaan bagi nama-Nya. Selamat menjadi "penggerak doa" di mana pun Anda berada dan biarlah karya Tuhan terjadi di antara umat-Nya, khususnya bangsa Indonesia. Selamat berdoa.
Kontak: leadership(at)sabda.org
Redaksi: Ryan, Davida, dan N. Risanti
Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-lead
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://yls