e-Humor
2007, Februari 2012
Shalom,
Sebagai seorang anak, tentunya sudah kewajiban kita untuk mematuhi peraturan orang tua. Termasuk dengan peraturan "jam malamnya". Namun bagaimana ya, bila suatu kali kita terlambat pulang ke rumah karena sesuatu yang tidak disengaja? Orang tua masih memaklumi, atau malah tidak mau mengakui kita sebagai anak? Jika Anda pernah mengalami kejadian serupa, pasti mengerti benar perasaan tokoh di humor berikut!
Staf Redaksi e-Humor,
Amy Grace Y.
< http://humor.sabda.org/ >
2007. KALAU MAMA MARAH
Sabtu larut malam. Dering telepon membangunkan seorang ibu. Dengan suara jengkel karena masih mengantuk, ia menjawab, "Halo?"
Penelepon di seberang sana tidak segera menyahut. Tidak lama kemudian, terdengar suara berbicara dengan terburu-buru.
"Ma, ini Santi. Maaf, Ma, bangunin Mama malam-malam. Mau kasih tahu, Santi pulangnya telat. Ban mobilnya bocor. Bukan salahku, lho, Ma. Baru beberapa menit keluar dari bioskop, bannya mendadak bocor. Jangan marah ya, Ma?"
Karena tidak memiliki anak perempuan, ibu itu langsung tahu kalau Santi salah nomor. "Maaf, Nak," jawabnya. "Kau menekan nomor yang salah. Saya tidak punya anak bernama Santi. Bahkan, saya tidak punya anak sama sekali."
Penelepon di seberang kembali terdiam beberapa saat.
"Aduh, Ma!" terdengar suara bergetar. "Masa sampai segitunya sih marahnya?"
[Sumber: Senyum itu Dosa Ketawa Masuk Surga, 53-54]
"Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh." (1 Timotius 2:11) < http://alkitab.sabda.org/?1Timotius+2:11 >
Kontak: < humor(at)sabda.org >
Redaksi: Tatik Wahyuningsih, Amy Grace Y.
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/humor >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-humor(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-humor(at)hub.xc.org >