Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com
e-Penulis -- [e-Penulis] Pengaruh Teknologi terhadap Dunia Literatur (I)
Edisi 151/Maret/2014
DAFTAR ISI
DARI REDAKSI: MELANGKAH MENUJU ARAH YANG LEBIH BAIK
ARTIKEL: BAGAIMANA INTERNET MENGUBAH CARA KITA MENULIS?
POJOK BAHASA: KARENA NEWSWEEK BERBAHASA INGGRIS
STOP PRESS: BERGABUNGLAH DI KELAS ONLINE DASAR-DASAR IMAN KRISTEN PERIODE MEI/JUNI 2014!
DARI REDAKSI: MELANGKAH MENUJU ARAH YANG LEBIH BAIK
Shalom,
Teknologi mengubah banyak hal dalam kehidupan kita, dan yang paling menonjol terlihat sehari-hari adalah dalam bidang teknologi informasi. Salah satu hasil perkembangan teknologi yang kita nikmati dalam bidang teknologi informasi adalah jaringan internet yang di dalamnya tersedia banyak hal, terutama teks dan literatur. Menurut banyak orang, teknologi mendorong dunia kepenulisan menuju ke arah yang lebih baik, tetapi bagaimana caranya? Apa dampak positif dan negatifnya? Dalam edisi kali ini, kita akan melihat pengaruh tersebut dalam artikel utama. Jangan lupa membaca Pojok Bahasa yang kali ini juga membahas tentang hubungan bahasa, teknologi, dan dunia penerbitan.
Akhir kata, selamat membaca dan berkarya. Tuhan Yesus memberkati.
Pemimpin Redaksi e-Penulis,
Yudo
< yudo(at)in-christ.net >
< http://pelitaku.sabda.org >
ARTIKEL: BAGAIMANA INTERNET MENGUBAH CARA KITA MENULIS?
Sembilan tahun yang lalu, saya ingat bahwa saya adalah salah satu dari sekitar seratus jurnalis yang berkumpul dalam sebuah pertemuan untuk mendengar ceramah dari seorang jurnalis veteran. Saya tidak ingat topik pembicaraan itu, tetapi saya ingat tentang bagaimana jurnalis veteran itu bertanya kepada kami semua apakah kami menikmati proses menulis. Saat itu, saya terkejut karena hanya ada beberapa orang saja yang mengangkat tangan. Saat ini, ada begitu banyak hari yang diisi dengan menulis (surel) surat elektronik, menulis di Twitter, mengirim SMS, chatting, mengunggah tulisan di blog, dan kadang-kadang untuk menulis yang lebih panjang. Dan, beberapa dari kita mengeluh betapa beratnya semua itu.
Akan tetapi, semua latihan tersebut membuat tulisan online kita menjadi lebih baik. Ini bukan berarti bahwa semua tulisan online memiliki kualitas yang bagus. Ada banyak juga yang sangat buruk, tetapi pada dasarnya, tulisan yang baik sangat bergantung pada cara berpikir yang baik pula. Jika Anda memiliki cara berpikir yang baik, Anda sudah melakukan setengah dari usaha tersebut. Ada banyak perenung yang saya kenal, yang menghasilkan karya-karya berkualitas di jaringan internet.
Internet tidak hanya mendorong kita untuk menulis, struktur internet yang terbuka menuntut kita untuk menulis dengan ringkas sekaligus fleksibel. Salah satu masalah yang dihadapi oleh surat kabar dan majalah adalah ukuran artikel yang bergantung pada suatu standar tertentu. Jika penulisnya dibayar per kata, ia akan menulis artikel itu dengan kata-kata yang banyak. Sebaliknya, jika ditetapkan ukuran sebanyak 12.000 kata, sebanyak itulah yang akan ditulis oleh sang kontributor.
Berbeda halnya dengan di jaringan internet. Pada tahun 1997, Jakob Nielsen mengamati cara orang membaca konten internet dan menemukan bahwa pada dasarnya, orang membaca suatu artikel dengan cara memindainya dengan cepat. Karena itu, Nielsen menganjurkan agar penulisan untuk internet seharusnya:
- menyertakan tautan pada kata-kata kunci,
- menggunakan kepala berita yang jelas dan lugas,
- satu paragraf hanya menyampaikan 1 ide/gagasan,
- jumlah kata hanya setengah dari tulisan konvensional,
- dan menggunakan daftar dalam format "bullet".
Banyak penulis di internet yang menulis dengan cara Nielsen (meskipun tidak semua dari mereka pernah membaca saran dari beliau) karena gaya tulisan tersebut membuat pembaca mereka memberikan tanggapan. Kecenderungan alami para pembaca untuk memindai merupakan satu hal yang baik karena ketidaksabaran pembaca akan mendorong para penulis untuk menulis dengan ringkas.
Pada saat yang sama, para pengguna internet juga lebih banyak menguasai jenis-jenis tulisan. Teknologi-teknologi lain yang semakin populer pada dekade ini juga membutuhkan pendekatan yang berbeda. "Instant messaging" biasanya ringan dan menggunakan bahasa percakapan, menulis komentar (yang bijaksana) pada sebuah blog akan menajamkan keterampilan berdebat kita, dan Twitter memaksa kita untuk menulis dengan sangat ringkas. Melalui semua ini, kita didorong untuk memiliki sifat-sifat yang didambakan oleh semua penulis; memiliki "suara" yang lantang dan unik.
Memiliki "suara" yang jelas merupakan suatu keharusan dalam penulisan di jaringan internet sebab sementara para penulis menyibukkan diri dengan membangun "brand" mereka sendiri, situs-situs berita menjadi semakin interaktif dan tulisan-tulisan blog menjadi semakin mirip dengan percakapan. Beberapa orang memandang SMS dan "chatting" bukan sebagai suatu bentuk tulisan, sementara yang lain menganggapnya sebagai sesuatu yang akan mematikan prosa yang lebih panjang dan formal. Kedua pandangan itu salah, penulisan informal yang dilakukan di jaringan internet tidak menggantikan cara menulis yang konvensional, tetapi justru akan melengkapi dan memengaruhinya -- begitu pula sebaliknya.
Namun demikian, internet tidak selalu memberi efek positif pada dunia tulis-menulis, ada banyak blogger yang sengaja membuat judul artikel mereka dengan kata-kata yang bombastis supaya artikel mereka dapat dengan mudah dicari, tetapi semakin mengecewakan untuk dibaca. Pada dekade ini, ada banyak blogger yang menyamakan "suara" tulisan yang keras dengan ketidaksopanan. Akan tetapi, banyak juga yang belajar bahwa menulis dengan kata-kata yang "keras" sama seperti menggunakan garam untuk memasak -- gunakan seperlunya di sana-sini.
Di lain pihak, ada pula yang mengatakan secara berlebihan bahwa internet sudah merusak budaya penulisan. Para pendidik juga khawatir internet membuat para remaja menulis dengan gaya bahasa yang terlalu sederhana sehingga mereka tidak mempelajari komposisi menulis yang formal. Saya tidak setuju dengan hal itu karena cara terbaik untuk menulis adalah dengan menulis lebih banyak lagi. Lagi pula, bahasa merupakan sesuatu yang selalu berevolusi dan bahasa percakapan dalam sebuah tulisan bukanlah sesuatu yang buruk. "Menulis, jika dikelola dengan benar ..., merupakan nama lain dari sebuah percakapan." Itu adalah kutipan yang ditulis oleh Laurence Sterne dalam novelnya yang berjudul "Tristram Shandy" 250 tahun yang lalu, dan berkat internet, hal itu lebih nyata sekarang ini daripada sebelumnya. (t/Yudo)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: Gigaom
Alamat URL: http://gigaom.com/2010/01/03/how-the-internet-changed-writing-in-the-2000s/
Judul asli artikel: How the Internet Changed Writing in the 2000s
Penulis: Kevin Kelleher
Tanggal akses: 3 Februari 2014
POJOK BAHASA: KARENA NEWSWEEK BERBAHASA INGGRIS
Satu per satu edisi cetak majalah di Amerika Serikat mulai beralih ke digital. Setelah The Christian Science Monitor dan US News & World Report, kini giliran majalah Newsweek. Majalah Newsweek tidak terbit dalam edisi cetak dan beralih ke bentuk digital karena perusahaan disebutkan telah merugi US$ 40 juta (Rp 400 miliar).
Kerugian ini diakibatkan terjadinya penurunan iklan dan pelanggan. Disebutkan bahwa pelanggan yang awalnya pernah mencapai 3,15 juta pada tahun 2000, saat ini turun menjadi 1,5 juta. Meski demikian, agar Newsweek tetap eksis dan bisa melayani pembaca setia, pelanggan bisa mengakses di Newsweek global, tetapi tetap harus membayar.
Tumbangnya Newsweek dalam edisi cetak bisa jadi membuat majalah Time menjadi satu-satunya referensi untuk mengetahui kabar perkembangan berita internasional. Namun, belajar dari pengalaman media yang tumbang, seperti The Christian Science Monitor, US News & World Report, dan Newsweek, ancaman ini juga bisa menimpa Time.
Mengapa majalah sekelas Newsweek, dalam edisi cetak, bisa tumbang? Faktornya seperti yang diungkapkan di atas, yakni menurunnya jumlah pelanggan dan iklan. Namun, yang perlu kita cermati, faktor bahasa juga memengaruhi tumbangnya Newsweek. Distribusi Newsweek ke seluruh dunia. Kita di Jakarta sangat mudah mendapatkan majalah ini. Namun, yang tidak disadari oleh majalah internasional adalah bahwa tidak semua orang bisa membaca dan berbicara dalam bahasa Inggris. Harus diakui, bahasa Inggris adalah bahasa internasional, tetapi bukan mayoritas alias tidak dominan.
Menurut sebuah data di media online, bahasa Mandarin adalah bahasa yang paling banyak digunakan orang dengan jumlah pengguna mencapai satu miliar manusia. Sedangkan bahasa Inggris merupakan bahasa kedua terbesar setelah bahasa Mandarin. Bahasa Inggris penggunanya mencapai 508 juta orang. Negara yang menggunakan bahasa ini sebagai bahasa resmi adalah Selandia Baru, Amerika Serikat, Australia, Inggris, Zimbabwe, negara-negara Karibia, Hong Kong, Afrika Selatan, dan Kanada.
Bahasa ketiga terbanyak di dunia yang digunakan adalah bahasa Hindustani. Bahasa yang sehari-hari digunakan di India ini digunakan oleh 497 juta orang. Sedangkan pengguna bahasa keempat terbesar adalah bahasa Spanyol. Bahasa ini, selain digunakan di Spanyol, dominan digunakan di negara Amerika Tengah dan Amerika Selatan, termasuk Kuba. Penggunanya mencapai 392 juta orang.
Bahasa Rusia merupakan bahasa dengan pengguna terbanyak kelima. Bahasa ini menyebar ke Belarus, Georgia, Kirgizstan, Kazakstan, Moldova, dan negara pecahan Uni Soviet lainnya, serta digunakan imigran Rusia di mana pun negaranya. Bahasa Arab merupakan bahasa yang banyak digunakan setelah bahasa Rusia. Bahasa ini menjadi bahasa sehari-hari di Arab Saudi, Kuwait, Irak, Suriah, Yordania, Lebanon, Mesir, dan negara Timur Tengah serta Arab lainnya.
Bahasa Bengali juga disebut sebagai bahasa yang banyak digunakan, dengan pengguna mencapai 230 juta orang. Bahasa ini digunakan di Bangladesh, daerah-daerah tertentu di India, dan Myanmar untuk suku Rohingya. Selanjutnya, bahasa Portugis masuk menjadi bahasa terbesar kedelapan dengan pengguna 191 juta orang. Bahasa ini digunakan di Portugal, Brasil, Makau, Angola, Venezuela, Mozambik, dan Timor Leste. Kemudian, bahasa kita, bahasa Indonesia, juga termasuk bahasa yang banyak digunakan orang. Bahasa Indonesia bisa dikatakan menyebar dan digunakan, selain di Indonesia, juga di Timor Leste, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Terakhir, bahasa Perancis masuk peringkat 10 besar bahasa yang paling digunakan orang. Penggunanya mencapai 129 juta orang, yang tersebar, selain di Perancis, di Belgia, Kanada, Rwanda, Kamerun, Guinea, Pantai Gading, Kongo, Niger, Haiti, Togo, Vanuatu, serta negara lainnya.
Penggunaan bahasa terbukti tidak tunggal atau satu bahasa. Setiap daerah dan wilayah geografis memiliki bahasa masing-masing. Dari perbedaan wilayah dan geografis, penggunaan bahasa juga mengundang sensitivitas dan antipengguna bahasa lain. Pernah sebuah peristiwa di provinsi Quebec, Kanada, beberapa saat menjelang Forum Bahasa Perancis, para pengguna bahasa Perancis mengecam penggunaan bahasa Inggris. Mereka, pengguna bahasa Perancis, menuduh bahasa Inggris adalah obsesi dari dunia lain. Untuk itu, mereka sepakat membebaskan diri dari penggunaan bahasa Inggris.
Jika Newsweek mau mengembangkan pasarnya, seharusnya majalah ini juga terbit dalam edisi bahasa yang banyak dipakai orang, seperti bahasa Mandarin, Hindustani, Bengali, Rusia, Spanyol, Portugis, Perancis, dan Indonesia, untuk di negara masing-masing.
Penggunaan bahasa sesuai dengan negaranya inilah yang bisa membuat sebuah media menjadi familiar dan mudah diterima. Artinya, gunakanlah bahasa lokal setiap negara.
Google, Facebook, Twitter, YouTube, dan Yahoo sangat familiar dan bisa diterima ratusan juta orang di dunia karena memiliki fasilitas pilihan bahasa. Sedangkan Newsweek, di negara mana pun tetap menggunakan edisi bahasa Inggris.
Seyogianya, Newsweek menerapkan prinsip seperti yang dianut harian di Indonesia, dengan menampilkan bahasa dan berita lokal, semacam Radar oleh Jawa Pos atau Tribun oleh Kompas.
Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Rubrik Bahasa
Alamat URL: http://rubrikbahasa.wordpress.com/2012/11/04/karena-newsweek-berbahasa-inggris/
Penulis: Ardi Winangun
Tanggal akses: 7 Januari 2014
STOP PRESS: BERGABUNGLAH DI KELAS ONLINE DASAR-DASAR IMAN KRISTEN PERIODE MEI/JUNI 2014!
Informasi ini adalah undangan bagi Anda yang rindu untuk mempelajari pokok-pokok penting seputar iman Kristen. Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam (PESTA) < http://pesta.org > yang diselengarakan oleh Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > membuka pendaftaran untuk mengikuti kelas online Dasar-Dasar Iman Kristen Mei/Juni 2014. Gratis!
Dalam kelas ini, setiap peserta akan belajar bersama tentang penciptaan, kejatuhan manusia dalam dosa, rencana keselamatan Allah melalui Yesus Kristus, dan hidup baru dalam Kristus. Diskusi akan dilakukan melalui milis (email) dan dimulai pada tanggal 7 Mei 2014. Jika Anda berminat, segera hubungi Admin PESTA melalui email: < kusuma(at)in-christ.net >. Segera setelah Anda mendaftarkan diri, kami akan mengirimkan modul pelajaran DIK dan tugas tertulis yang harus dikerjakan sebelum mengikuti kelas diskusi.
Daftarkan diri Anda sekarang juga!
Kontak: penulis(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Santi T., dan Berlin B.
Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >