Renungan Harian & Leadership Kristen
| Renungan | Bina | Bio | Buku | Doa | E-JEMMi | Kisah | Konsel | Leadership | Wanita | Humor |

Wednesday, December 4, 2013

[i-kan-untuk-reformed] Memahami Ulang Konteks Berteologi John Calvin dalam Doktrin Predestinasi (2) -- Edisi 145/Oktober 2013

______________________Milis Publikasi e-Reformed______________________
Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com

e-Reformed -- Memahami Ulang Konteks Berteologi John Calvin dalam
Doktrin Predestinasi (2)
Edisi 145/Oktober 2013

DAFTAR ISI:
ARTIKEL: MEMAHAMI ULANG KONTEKS BERTEOLOGI JOHN CALVIN DALAM DOKTRIN
PREDESTINASI (2)
STOP PRESS: TEMUKAN SUMBER BAHAN TERBAIK SEPUTAR PUJIAN DI PUJIAN.CO

Dear e-Reformed Netters,

Dalam edisi ini, kita akan melanjutkan bahasan tentang konteks
teologi John Calvin dalam usahanya menjelaskan Predestinasi serta
aplikasinya bagi hidup orang percaya. Kiranya dari artikel lanjutan
ini, Anda semakin mengerti secara lengkap pendekatan-pendekatan yang
Calvin lakukan dalam mengaitkan relevansi doktrin ini dengan hidup
orang percaya, dan bersyukur atas pemilihan yang Allah lakukan dalam
hikmat-Nya yang tak terukur. Mari langsung saja kita simak artikel
ini. Selamat menyimak!

Tuhan memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Teddy Wirawan
< teddy(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >


ARTIKEL: MEMAHAMI ULANG KONTEKS BERTEOLOGI JOHN CALVIN DALAM DOKTRIN
PREDESTINASI (2)

PREDESTINASI SEBAGAI JAMINAN KESELAMATAN DAN PANGGILAN HIDUP KRISTEN YANG SALEH

Dengan ditempatkannya predestinasi di bawah topik keselamatan, Calvin
ingin menunjukkan bahwa predestinasi pun merupakan bagian dari
berkat-berkat yang diperoleh orang-orang percaya di dalam Kristus.
Pengertian ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Itu sebabnya,
sekalipun faktanya doktrin predestinasi mengandung "labyrinth" yang
tak terselami sebagai bagian dari wahyu Allah, Calvin percaya bahwa
predestinasi adalah "very sweet fruit",[18] atau sesuatu yang sangat
bermanfaat bagi orang percaya.

Permasalahannya adalah dalam hal apa dan bagaimana memahami
predestinasi secara benar sehingga doktrin ini benar-benar memberi
manfaat bagi orang percaya? Ini merupakan tanggung jawab yang Calvin
merasa yakin terpanggil untuk menjawabnya. Calvin percaya sepenuhnya
bahwa rahasia kehendak Allah berdiri di balik realitas orang percaya
dan tidak percaya. Namun, ia tidak mau berspekulasi lebih lanjut,
tentang mengapa, bagaimana, atau seperti apa persisnya hal itu
terjadi di dalam kekekalan karena Alkitab tidak mengatakannya.

Calvin yakin sepenuhnya berdasarkan Alkitab bahwa kehendak Allah
sebagai dasar utama keselamatan harus ditegakkan. Kepentingannya
adalah sebagai jaminan keselamatan, yaitu bahwa keselamatan bukan
berdasarkan perbuatan baik kita, melainkan sepenuhnya karena
kemurahan Allah. Masalahnya, jika kebebasan manusia memiliki peran
yang signifikan dalam hal keselamatan, keselamatan menjadi sesuatu
yang tidak pasti. Sebab, apa standarnya? Sampai batas mana manusia
harus melakukan kebaikan? Belum lagi adanya realitas dosa yang sangat
serius dalam diri manusia. Namun, jika keselamatan bergantung pada
ketetapan Allah sendiri, tidak ada hal apa pun juga di bumi maupun di
surga yang bisa membatalkan ketetapan Allah tersebut.

Dalam satu bab terakhir tentang predestinasi di dalam buku III
"Institutes" (1559), ia menjelaskan relasi yang erat antara
predestinasi dan soteriologi secara induktif (ordo cognoscendi)
sehingga manfaat doktrin predestinasi sebagai jaminan keselamatan
nampak sangat jelas. Ada beberapa hal penting yang bisa dipelajari
dari pola pendekatan ordo cognoscendi dalam konteks soteriologi untuk
memahami predestinasi yang akan diuraikan berikut ini.

Dari Sebab Dekat (Proximate Cause) ke Sebab Utama (Ultimate Cause)

Dalam tafsirannya terhadap Efesus 1:5-8, Calvin menyimpulkan ada
empat sebab keselamatan yang terjadi pada diri seseorang: pertama,
kehendak Allah (God's will) sebagai yang menyebabkan pilihan-Nya
pasti terlaksana (efficient cause); kedua, sebab yang dapat dilihat
(material cause), yaitu Yesus Kristus; ketiga, sebab yang membuat
pilihan Allah teraplikasi dalam diri orang berdosa (final cause),
yaitu anugerah; dan keempat, sebab yang membuat kebaikan atau
anugerah Allah sampai kepada umat manusia (formal cause), yaitu
pemberitaan Injil. Di antara keempat sebab ini, efficient dan final
cause adalah bagian dari misteri Allah, yang pasti terjadi, tetapi
tidak mungkin dapat diselami. Karena itu, pemilihan sebagai jaminan
keselamatan hanya dapat dipahami ketika kita mulai menggumulinya
mulai dari bagaimana anugerah pemilihan itu sampai kepada kita, yaitu
jika kita memulainya dari material dan formal cause. Yesus Kristus
sebagai material cause akan kita bahas kemudian. Pada bagian ini,
kita akan membahas sedikit lebih jauh arti formal cause.

Formal cause -- sebab yang membuat anugerah atau kebaikan Allah itu
sampai kepada kita -- terdiri dari tiga hal yang saling berkaitan,
yaitu panggilan firman (calling), pekerjaan Allah Roh Kudus secara
internal, dan iman. Menurut Calvin, jaminan keselamatan itu memang
bersumber dari takhta Allah yang Mahakudus, tetapi Ia tidak pernah
meminta kita untuk naik ke hadirat-Nya yang kudus (selama kita di
bumi). Dengan menggumuli firman di dalam iman dan pekerjaan Roh Kudus
itulah, kita akan dibawa kepada posisi rohani, yang membuat panggilan
(klesis) dan pilihan (ekloge) kita semakin teguh (2 Petrus 1:10).
Namun sekali lagi, di sini Calvin sama sekali bukan mengatakan bahwa
usaha manusialah yang menyebabkan pilihan. Calvin lebih ingin
menekankan bagaimana kita sampai kepada "pemilihan kekal Allah"
sebagai jaminan keselamatan.

Kristus sebagai "The Mirror of Election"

Dari penjelasan sebelumnya, telah ditunjukkan keyakinan Calvin bahwa
manusia tidak mungkin sanggup mendaki secara langsung ke dalam
misteri ketetapan kekal Allah. Namun, terdorong oleh panggilan untuk
membuktikan dan menunjukkan bahwa pemilihan kekal Allah merupakan
jaminan keselamatan manusia dan bukan sebagai problem metafisika,
maka berikutnya ia berusaha untuk tidak secara langsung menarik
hubungan antara apa yang terjadi di dalam kekekalan (eternity) dan
keselamatan yang terjadi pada manusia di dalam dunia ini (temporal).
Artinya, ia tidak ingin terjebak di dalam silogisme: "Karena aku
dipilih, maka aku diselamatkan". Sekalipun secara ontologi kalimat
ini pasti ia setujui, tetapi ia memandang hal itu berbahaya.

Ia lebih mengarahkan argumentasi kepada keberadaan Yesus Kristus,
yang adalah Allah sekaligus Manusia, sebagai titik temu antara apa
yang terjadi di dalam kekekalan dan keselamatan yang dialami oleh
manusia. Di sinilah, terjadi interpenetrasi antara paham tentang
Kristus dan predestinasi. Mengarahkan iman kepada Kristus di sini
memiliki makna yang sangat dalam, sebab berarti kita bukan sekadar
"believe in Him" (Yohanes 3:16), tetapi lebih dari itu, kita percaya:
(1) kepada Yesus Kristus sebagai dasar pilihan Allah di dalam
kekekalan, yang sekaligus merupakan jaminan kekal yang tak
tergoyahkan (Efesus 1:4-6); (2) Kristus di dalam sejarah, menyatakan
pemilihan kita oleh Allah di dalam kekekalan (Efesus 1:7-9); (3)
Kristus menyingkapkan tujuan pemilihan Allah, yaitu menjadi serupa
dengan Kristus (Roma 8:29), mengenakan Kristus sebagai perlengkapan
senjata terang (Roma 13:14), dan bertumbuh ke arah Kristus (Efesus
4:15). Hal yang terakhir ini menurut Calvin, sekaligus merupakan
panggilan bagi setiap orang percaya untuk memiliki ketekunan dan
hidup yang kudus. Melalui "union with Christ" inilah, kita juga akan
dibawa kepada jaminan keselamatan yang berdasarkan pada pemilihan kekal Allah.

Reprobasi sebagai Misteri Penyataan Keadilan Allah

Ketika kita masuk ke dalam pembicaraan tentang reprobasi -- di mana
Allah membiarkan sebagian orang dalam dosanya untuk menerima hukuman
(reprobat) --, Calvin menekankan bahwa kita tidak bisa memikirkan
reprobasi dan pemilihan Allah sebagai dua hal yang bersifat paralel.
Artinya, sekalipun pemilihan dan reprobasi adalah dua hal yang
memiliki "ultimate cause" di dalam misteri kehendak Allah, dan juga
memiliki sebab yang dekat dengan manusia (proximate cause), tetapi ia
melihat bahwa yang membedakan keduanya adalah jikalau dalam hal
anugerah pemilihan proximate cause itu sama sekali tidak berasal dari
manusia (perbuatan manusia tidak diperhitungkan sebagai penyebab),
maka di dalam hal penghukuman kekal Allah (reprobation), proximate
cause mengandung aspek kebebasan dan natur berdosa manusia (perbuatan
berdosa manusia turut menyebabkan penghukuman). Namun, apakah hal ini
berarti Allah secara aktif menyebabkan manusia berbuat dosa?

Calvin memang mengatakan bahwa "Kehendak dan ketetapan abadi Allah
adalah penyebab tunggal dari segala sesuatu yang ada".[19] Namun, ia
sama sekali tidak bermaksud untuk melemparkan tanggung jawab atas
perbuatan dosa kepada "divine causality" (sebab ilahi) sehingga
seolah-olah manusia tidak bertanggung jawab atau hanya merupakan alat
saja di tangan Allah. Di dalam kasus kejatuhan Adam ke dalam dosa, ia
mengatakan, "Adam dapat tetap teguh jika ia mau, namun kejatuhannya
semata-mata karena kehendaknya sendiri".[20] Tetapi, bagaimana hal
ini tidak berkontradiksi dengan pernyataan Calvin sebelumnya bahwa
ketetapan Allah adalah "penyebab tunggal dari segala sesuatu yang ada?"

Pertama-tama, ia mengajak kita untuk menjauhkan Allah dari posisi
yang secara aktif menyebabkan terjadinya dosa. Kedua, untuk menjawab
problem di atas, Calvin tidak memilih argumentasi yang membedakan
ketetapan Allah dengan izin Allah. Sebuah pembedaan yang pada
hakikatnya sama saja. Namun, Calvin tetap percaya bahwa kehendak
Allah adalah penyebab tunggal dari segala sesuatu yang ada. Jika
demikian, bagaimana Allah bukan sebagai penyebab aktif perbuatan dosa
manusia? Di dalam buku yang sama (Calvin's Calvinism), ia berangkat
dari asumsi bahwa sebuah tindakan dikatakan berdosa adalah karena
motivasi yang salah dan tujuan yang jahat. Jadi, ketika seseorang
membunuh atau mencuri, perbuatan itu berdosa adalah karena motivasi
yang salah dan tujuan yang jahat.

Dengan demikian, di dalam kasus-kasus seperti pengerasan hati Firaun
atau Yudas, Calvin berpendapat, pertama, kita mesti melihat adanya
tujuan mulia dari Allah yang tak terselami dan hikmat-Nya yang
Mahabenar yang tak tergapai. Kedua, adanya perbedaan kategori yang
tak terseberangi antara kekekalan dan kesementaraan sehingga kita
tidak bisa mengukur apa yang Allah lakukan di dalam kekekalan dengan
kategori temporal. Itu sebabnya, ia menutup penjelasannya tentang
predestinasi dengan pernyataan, "Seperti pernyataan Agustinus, mereka
yang mengukur keadilan ilahi dengan standar keadilan manusia telah
bertindak salah."

Namun, kembali kepada konteks soteriologi dalam pembicaraan tentang
predestinasi, maka fungsi paham reprobasi bagi orang-orang percaya
menurut Calvin sebenarnya sama halnya dengan anugerah pemilihan
Allah, yaitu menyadarkan orang-orang percaya supaya patuh, kagum,
heran, rendah hati, dan gemetar di hadapan kemahakuasaan Allah yang
tak terselami, namun yang telah dinyatakan dalam Alkitab.[21] Sebagai
bagian dari predestinasi, maka sama seperti pemilihan Allah pula,
paham reprobasi juga ada di ujung pergumulan iman orang-orang yang
percaya kepada Kristus.

KESIMPULAN

Dengan menempatkan doktrin predestinasi dalam konteks soteriologi,
Calvin berusaha menunjukkan bahwa fungsionalitas doktrin predestinasi
sebagai dasar jaminan keselamatan dapat ditimba oleh setiap orang
percaya. Hal ini bisa terjadi apabila kita memulai pemahaman tentang
predestinasi dengan berangkat dari tanda-tanda keselamatan yang Allah
nyatakan kepada kita, dan dengan memandang kepada Yesus Kristus
sebagai "the mirror of election". Cara seperti ini sudah tentu bukan
jaminan untuk meniadakan sifat misteri doktrin predestinasi,
melainkan justru karena kesadaran bahwa doktrin ini penuh dengan misteri ilahi.

Dengan demikian, cara yang dipakai oleh Calvin ini membawa orang
percaya kepada sebuah relasi yang paradoks antara pergumulan iman
tentang jaminan keselamatan dan predestinasi. Di satu pihak,
predestinasi sebagai misteri (tetapi yang telah dinyatakan oleh
Allah) adalah penyebab iman, di lain pihak, hal itu hanya bisa
dipahami ketika iman sebagai jaminan yang membawa kita kepada rahasia
predestinasi Allah. Jadi di sini, pergumulan dengan kebenaran
predestinasi bersifat dua arah. Artinya, kita berangkat dari
keyakinan akan berita Alkitab tentang ketetapan Allah sebagai sumber
keselamatan kita, namun keyakinan itu baru dapat benar-benar kita
gapai ketika kita menempatkan ketetapan Allah di ujung pergumulan iman kita.

Mengutip perkataan Agustinus, Calvin berkeyakinan bahwa menggumuli
predestinasi berarti kita telah memasuki jalur iman.[22] Ketika iman
kita membawa kepada keyakinan akan anugerah pemilihan Allah, dampak
baliknya adalah penghiburan dan sekaligus panggilan untuk hidup suci.
Namun, yang terpenting dalam usaha memahami predestinasi adalah "Mari
kita berpegang teguh pada iman. Ia memimpin kita ke kamar Raja,
tempat tersimpan seluruh harta pengetahuan dan kebijaksanaan."[23]

Catatan Kaki:

18. Institutes III.xxi.1.
19. Ibid. I.xvi.8; bdk. III.xxiii.7-8.
20. Ibid. I.xv.1, 8 [huruf tegak dari saya].
21. Ibid. III.xxi.1; III.xxiii.5; III.xxiv.17.
22. Ibid III.xxi.2.
23. Ibid.

Diambil dan disunting dari:
Judul jurnal: Veritas Jurnal Teologi dan Pelayanan, Volume 02, Nomor
02 (Oktober 2001)
Judul artikel: Memahami Ulang Konteks Berteologi John Calvin dalam
Doktrin Predestinasi
Penulis: Kalvin S. Budiman
Penerbit: Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 2001
Halaman: 159 -- 175


STOP PRESS: TEMUKAN SUMBER BAHAN TERBAIK SEPUTAR PUJIAN DI PUJIAN.CO

Tidak ada salahnya jika Anda menjelajah banyak situs untuk
mendapatkan bahan-bahan seputar lagu-lagu rohani Kristen. Namun,
berapa lamakah waktu yang Anda perlukan dan seberapa berkualitaskah
bahan yang Anda temukan? Kini, Anda tidak perlu membuang waktu
terlalu banyak untuk mencari bahan-bahan seputar pujian. Situs
Pujian.co bisa menjadi solusi Anda untuk mendapatkan sumber-sumber
bahan terbaik seputar lagu-lagu rohani dan bahan-bahan terkait
lainnya. Melalui situs ini, Anda bisa menemukan sumber bahan tentang
lagu-lagu pujian, artikel seputar musik dan pujian, album rohani,
radio Kristen, wawasan seputar musik, dan komunitas Kristen.

Semua kategori ini mempunyai sumber bahan yang bisa menolong Anda
untuk mendapatkan informasi yang Anda inginkan. Untuk itu, jangan
lewatkan kesempatan berharga kali ini, segeralah kunjungi situs
Pujian.co dan dapatkan berkatnya!

==> http://pujian.co


Kontak: reformed(at)sabda.org
Redaksi: Teddy Wirawan, Yulia Oeniyati, dan Ryan
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >


______________________________e-Reformed______________________________

Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com
Kontak Redaksi: < reformed(a t)sabda.org >
Untuk mendaftar: < subscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Arsip e-Reformed: < http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed >
SOTeRI: < http://soteri.sabda.org/ >
Situs YLSA: < http://www.ylsa.org/ >
Situs SABDA Katalog: < http://katalog.sabda.org/ >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Miliki Blog atau Website Sendiri
Dapatkan Panduannya
Hubungi : 0813 5643 8312 - 0857 5737 8151 - 0431 8013154
Format SMS : Panduan Isi Pesan
Klik Demo / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
atau pilih template :
Klik, Pilih & Pesan Sekarang / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
G R A T I S
The Christian Blog @ 2011 - 2012
Designer : Joni Wawoh, SH
hostgator promo