Renungan Harian & Leadership Kristen
| Renungan | Bina | Bio | Buku | Doa | E-JEMMi | Kisah | Konsel | Leadership | Wanita | Humor |

Tuesday, November 19, 2013

[i-kan-untuk-reformed] Budaya dan Alkitab (1) -- Edisi 142/Juli 2013

______________________Milis Publikasi e-Reformed______________________
Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com

e-Reformed -- Budaya dan Alkitab (1)
Edisi 142/Juli 2013

DAFTAR ISI:
ARTIKEL: BUDAYA DAN ALKITAB (1)
STOP PRESS: SUMBER BAHAN NATAL BERKUALITAS DARI SABDA

Dear e-Reformed Netters,

Alkitab dan budaya adalah seperti dua sisi keping mata uang yang
tidak dapat dipisahkan. Ketika melakukan studi Alkitab, sering kali
kita masih sulit untuk membedakan mana yang termasuk prinsip dan mana
yang sekadar latar belakang budaya ketika Alkitab ditulis. Salah satu
kesalahan terbesar dari Kaum Liberal di dalam menafsirkan Alkitab
adalah merelatifkan prinsip-prinsip firman Tuhan untuk
dikontekstualisasikan ke dalam konteks budaya sehingga beberapa
prinsip menjadi berubah makna, bahkan dianggap tidak relevan lagi di
dalam konteks zaman sekarang.

Kali ini, saya memilih artikel "Budaya dan Alkitab" (dengan beberapa
perubahan dan penyesuaian) yang dituliskan oleh R. C. Sproul dalam
bukunya "Mengenali Alkitab". Melalui artikel yang dibagi dalam edisi
ini dan edisi berikutnya, saya berharap kita dapat mengerti
prinsip-prinsip eksegesis menafsirkan Alkitab dalam relevansinya
dengan konteks budaya pada masa Alkitab ditulis dengan konteks budaya
pada masa sekarang. Selamat menyimak dan merenungkan artikel ini.

Soli Deo Gloria!

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Teddy Wirawan
< teddy(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >


ARTIKEL: BUDAYA DAN ALKITAB (1)

Herman Melville, di dalam novelnya yang berjudul "Redburn",
mengisahkan seorang pemuda yang naik kapal untuk pertama kalinya.
Ketika ia berangkat menuju Inggris, ayahnya memberikan sebuah peta
kota Liverpool yang sangat tua. Sesuai pelayaran yang sukar itu,
Redburn memasuki kota Liverpool dengan keyakinan bahwa peta ayahnya
dapat menunjukkan jalan di kota itu. Namun, peta itu tidak berguna
baginya. Terlalu banyak perubahan terjadi sejak peta itu dibuat.
Tanda-tanda tua telah hilang, jalan-jalan telah berubah nama dan
tempat-tempat tinggal penduduk telah tidak ada lagi.

Ada orang-orang yang melihat dalam kisah Redburn itu, protes pribadi
Melville terhadap Alkitab kuno yang tidak memadai untuk menunjukkan
jalan baginya melewati kehidupan ini. Protes yang sama juga dilakukan
oleh banyak orang di masa kini.

Kondisi Budaya dan Alkitab

Suatu pokok persoalan yang membara dalam dunia Kristen ialah mengenai
persoalan pengertian dan tingkatan sampai mana Alkitab dipengaruhi
oleh budaya. Apakah Alkitab ditulis hanya untuk orang-orang Kristen
abad pertama? Ataukah Alkitab ditulis untuk orang-orang dari segala
zaman? Kita boleh cepat menjawab menyetujui pertanyaan yang disebut
terakhir, tetapi dapatkah kita mengatakannya tanpa syarat? Adakah
bagian-bagian Alkitab yang terikat oleh latar budayanya, dan karena
itu dalam penerapannya terbatas pada latar budayanya sendiri?

Kecuali, kalau kita teguh berpendapat bahwa Alkitab jatuh dari surga,
ditulis oleh pena surgawi dalam bahasa surgawi, atau bahwa Alkitab
didiktekan secara langsung dan segera oleh Allah tanpa referensi
kepada kebiasaan lokal, gaya atau perspektif tertentu, maka kita akan
terpaksa menghadapi kesenjangan budaya. Alkitab memantulkan budaya
zamannya. Pertanyaannya kalau begitu, bagaimana Alkitab dapat
memiliki otoritas atas kita pada zaman kita?

Suatu perdebatan gerejawi pada tahun 60-an menggambarkan problem
budaya. Pada tahun 1967, United Presbyterian Church di Amerika
memakai suatu pengakuan baru dengan pernyataan berikut ini mengenai Alkitab.

"Alkitab, yang diberikan di bawah bimbingan Roh Kudus, betapa pun
adalah kata-kata manusia, yang dipengaruhi oleh bahasa, bentuk-bentuk
pemikiran, gaya-gaya sastra, tempat-tempat, dan waktu-waktu pada
waktu ia ditulis. Kitab-kitab dalam Alkitab memantulkan
pandangan-pandangan hidup, sejarah dan kosmos yang beredar waktu itu.
Karena itu, gereja berkewajiban mendekati Alkitab dengan pengertian
sastra dan sejarah. Pada waktu Allah mengucapkan sabda-Nya dalam
situasi budaya yang berbeda-beda, gereja yakin bahwa Ia akan tetap
berbicara melalui Alkitab dalam dunia yang selalu sedang berubah dan
juga dalam setiap bentuk budaya manusia."

Kata-kata "Pengakuan 1967" ini menimbulkan banyak perdebatan selama
kurun waktu enam puluhan. Perdebatannya dipusatkan pada apa yang
tidak dikatakan, lebih daripada apa yang dikatakan oleh Pengakuan
itu. Sayangnya, Pengakuan itu tidak menjelaskan dengan mendetail apa
yang dimaksudkan oleh setiap pernyataan. Hasilnya ialah setiap
kebebasan menarik implikasi-implikasi dan kesimpulan. Jikalau kita
mempertimbangkan pernyataan tersebut hanya melalui apa yang
dinyatakan secara eksplisit oleh kata-katanya, maka baik B. B.
Warfield yang ortodoks maupun Rudolf Bultmann yang eksistensialis,
dapat menyetujuinya. Berapa besar otoritas yang dilihat dalam Alkitab
amat bergantung pada bagaimana orang memahami kata "dipengaruhi"
dalam pengakuan itu. Pada waktu perdebatannya berlangsung, banyak
orang konservatif menyatakan kesedihannya yang sangat kalau
memikirkan pendapat bahwa Alkitab "dipengaruhi" dengan cara apa pun
oleh kebudayaan kuno. Banyak orang liberal berpendapat bahwa Alkitab
tidak saja dipengaruhi oleh kebudayaan, tapi terikat oleh kebudayaan.

Sebagai tambahan pada persoalan pengertian dan tingkatan sampai di
mana pengaruh budaya pada Alkitab, adalah persoalan pengertian dan
tingkatan sampai di mana Alkitab memantulkan pandangan-pandangan
hidup, sejarah, dan kosmos zaman kuno. Apakah kata memantulkan
berarti bahwa Alkitab mengajarkan pandangan-pandangan hidup, sejarah,
dan kosmos yang benar, kuno atau tidak benar? Apakah perspektif
budaya ini merupakan bagian inti berita Alkitab? Ataukah memantulkan
berarti bahwa kita boleh membaca apa yang tersirat di antara
kalimat-kalimat Alkitab hal-hal seperti bahasa fenomenal dan melihat
latar belakang tempat berita yang melampaui budaya itu diberikan?
Bagaimana cara kita menjawab pertanyaan-pertanyaan ini banyak
mengungkapkan pandangan kita yang menyeluruh tentang Alkitab. Sekali
lagi, hakiki Alkitab memengaruhi penafsiran kita. Pokok persoalannya
di sini begini: Sampai di mana relevansi dan wewenang Alkitab
dibatasi oleh struktur-struktur dan perspektif-perspektif manusia
yang berubah-ubah, dalam teks Alkitab?

Seperti yang telah kita lihat, untuk menghasilkan eksegesis teks
Alkitab yang akurat dan untuk memahami apa yang dikatakan oleh
Alkitab dan apa yang dimaksudkannya, orang yang mempelajari Alkitab
harus terlibat dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai bahasa (Ibrani,
Aram, Yunani), gaya tulisan, sintaks, konteks sejarah dan geografi,
penulis, tujuan, dan bentuk sastra. Analisis seperti ini diperlukan
untuk menafsir buah sastra mana saja, bahkan sastra masa kini sekalipun.

Ringkasnya, semakin saya memahami budaya Palestina abad pertama,
semakin mudah saya mendapat pemahaman yang akurat mengenai apa yang
dikatakan. Namun, Alkitab ditulis lama berselang, dalam suatu latar
budaya yang lain sekali dari budaya kita sendiri, dan tidak selalu
mudah menjembatani kesenjangan waktu antara abad pertama dan abad ke-20.

Pengaruh Budaya dan Pembaca

Problemnya menjadi lebih berat kalau saya menyadari bahwa tidak saja
Alkitab dipengaruhi oleh latar budayanya, tetapi bahwa kita juga
dipengaruhi oleh latar budaya kita sendiri. Sering kali menjadi lebih
sulit bagi saya untuk membaca dan memahami apa yang dikatakan oleh
Alkitab karena saya memasukkan ke dalamnya banyak sekali anggapan
yang di luar Alkitab. Inilah mungkin problema pengaruh budaya yang
terbesar yang kita hadapi. Setiap dari kita telah menjadi produk
zaman. Jika seandainya saya tahu ada ide-ide saya yang tidak cocok
dengan Alkitab, saya akan mencoba mengubahnya. Namun,
memisah-misahkan pandangan-pandangan saya sendiri tidak selalu mudah.
Kita semua cenderung untuk membuat kesalahan yang sama itu berulang
kali. Kelemahan kita disebut kelemahan karena kita tidak menyadarinya.

Saya yakin bahwa pengaruh tatanan pikiran sekuler abad ke-20
merupakan halangan yang lebih hebat kepada penafsiran Alkitab yang
akurat daripada problem pengaruh budaya kuno. Inilah salah satu
alasan dasar mengapa tokoh-tokoh Reformed mendekati eksegesis melalui
teladan tabula rasa. Penafsir diharuskan berusaha sekeras-kerasnya
untuk membaca teks secara objektif melalui metode gramatis historis.
Meskipun pengaruh-pengaruh subjektif selalu menunjukkan bahaya
pembengkokan yang jelas di zaman ini, orang yang mempelajari Alkitab
diharapkan untuk memakai setiap penjagaan yang memungkinkan dalam
usaha mengejar yang ideal, yaitu mendengarkan berita Alkitab tanpa
mencampurnya dengan prasangkanya sendiri.

Pada tahun-tahun akhir ini, metode-metode baru penafsiran Alkitab
telah berlomba-lomba untuk diterima. Salah satu metode yang paling
penting di antaranya ialah metode eksistensial. Metode eksistensial
telah berpaling dengan drastis dari metode klasik melalui
hermeneutika yang baru. Misalnya, Bultmann tidak hanya berpendapat
bahwa metode tabula rasa tidak mungkin dicapai, melainkan juga
menandaskan bahwa itu tidak dikehendaki. Menurut Bultmann, Alkitab
perlu dimodernisasikan supaya dapat menjadi relevan bagi kita.
Sebabnya ialah karena menurut dia, Alkitab ditulis dalam zaman
prasains dan merupakan hasil pengaruh situasi kehidupan masyarakat
Kristen mula-mula yang bertumbuh. Bultmann mengimbau diperlukannya
"pemahaman sebelumnya", bahkan sebelum kita membaca teks Alkitab itu.
Jikalau manusia modern ingin mendapatkan jawaban-jawaban yang absah
terhadap pertanyaan-pertanyaannya, dari Alkitab, pertama kali yang
harus ia lakukan ialah datang kepada Alkitab itu dengan
pertanyaan-pertanyaan tepat. Namun, pengertian seperti itu tidak
boleh didapat dari Alkitab, melainkan harus diformulasikan dahulu
sebelum membuka Alkitab. Di sinilah, tatanan pikiran abad ke-20
terang-terangan memengaruhi dan mengikat teks-teks abad pertama,
berita abad pertama ditelan dan diserap oleh mentalitas abad ke-20.

Bahkan, seandainya para penafsir Alkitab dapat menyetujui metode
eksegesis dan bahkan dapat menyetujui hasil eksegesis itu sendiri,
bahwa Alkitab diinspirasikan oleh Allah dan tidak semata-mata
merupakan produk penulis-penulis zaman prasains, kita masih
dihadapkan kepada persoalan penerapan, relevansi, dan kewajiban yang
dibebankan oleh teks itu. Apakah yang diperintahkan Alkitab supaya
dilakukan oleh orang-orang Kristen abad pertama berlaku untuk
diterapkan kepada kita? Dalam pengertian yang bagaimana Alkitab
berhubungan dengan hati nurani kita sekarang ini?

Prinsip dan Adat

Dalam banyak kalangan di masa kini, persoalannya ialah prinsip dan
adat. Kecuali, kalau kita menyimpulkan bahwa semua isi Alkitab itu
prinsip sehingga mengikat semua orang di segala zaman, atau kalau
kita berpendapat bahwa seluruh Alkitab adalah adat lokal tanpa
relevansi di luar konteks historisnya yang langsung, maka kita
dipaksa untuk menetapkan sejumlah kategori dan garis pedoman untuk
mengetahui perbedaan antara kedua pendapat itu.

Untuk menggambarkan problemnya, marilah kita lihat apa yang terjadi
waktu kita memercayai bahwa setiap halaman dalam Alkitab adalah
prinsip dan tidak ada yang semata-mata hanya pantulan adat lokal.
Jika demikian halnya, maka sejumlah perubahan radikal harus
dilaksanakan dalam penginjilan jikalau kita ingin mematuhi Alkitab.
Tuhan Yesus berkata, "Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau
kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam
perjalanan" (Lukas 10:4). Jika kita membuat teks ini suatu prinsip
transkultural, maka sudah sewaktunya Billy Graham mulai berkhotbah
tanpa sepatu! Jelas, maksud teks ini tidak menetapkan persyaratan
abadi mengenai penginjilan tanpa sepatu. Namun hal-hal lain yang
tidak begitu nyata, misalnya orang-orang Kristen masih belum
bersepakat mengenai ritus mencuci kaki, apakah ini merupakan mandat
abadi bagi gereja di segala abad, atau hanya adat lokal yang
menggambarkan prinsip kerendahan hati seorang pelayan? Apakah
prinsipnya tetap dan adatnya hilang dalam budaya memakai sepatu?
Ataukah adatnya tetap bersama dengan prinsipnya, tidak peduli adat
memakai sepatu atau tidak?

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Mengenal Alkitab
Judul bab: Budaya dan Alkitab
Penulis: R.C. Sproul
Penerbit: Departemen Literatur SAAT, Malang
Halaman: 112 -- 119


STOP PRESS: SUMBER BAHAN NATAL BERKUALITAS DARI SABDA

Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan pasti sudah mulai berpikir
untuk mempersiapkan Natal, bukan? Nah, dengan gembira kami
menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) telah menyediakan
berbagai bahan seputar Natal, yang bisa Anda temukan di situs Natal
Indonesia, Youtube, dan Facebook Natal. Melalui situs, Anda bisa
mendapatkan banyak bahan seperti: Renungan Natal, Artikel Natal,
Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, Puisi Natal, Tips Natal, Bahan
Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku Natal, Gambar/Desain Natal,
Lagu Natal, dll.. Situs ini sangat interaktif karena semua pengunjung
bisa mendaftarkan diri, berpartisipasi aktif dengan mengirimkan
tulisan, menulis blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat
Natal kepada pengunjung yang lain.

Selain situs, Anda bisa mendapatkan bahan Natal berupa video audio
melalui Youtube. Anda juga bisa bergabung di komunitas Facebook Natal
sehingga Anda bisa saling mendukung, berbagi hal-hal seputar Natal,
dan menambah relasi dengan saudara-saudari seiman. Jadi, tunggu apa
lagi? Segera kunjungi sumber-sumber bahan Natal dari YLSA. Mari
berbagi berkat pada perayaan hari kedatangan Kristus ke dunia 2000
tahun yang lalu ini, dengan menjadi berkat bagi kemuliaan nama-Nya.

- Situs Natal: http://natal.sabda.org/
- Youtube:
1. Kisah Natal Matius: http://www.youtube.com/watch?v=q8tSbbQPGZg
2. Kisah Natal Lukas: http://www.youtube.com/watch?v=MWxqm9U-KeY
3. Carita Natal Mateus: http://www.youtube.com/watch?v=w3Vt18UvxsU
4. Carita Natal Lukas: http://www.youtube.com/watch?v=j0ThUUrWVV8
- Facebook Natal: http://fb.sabda.org/natal


Kontak: reformed(at)sabda.org
Redaksi: Teddy Wirawan, Yulia Oeniyati, dan Ryan
Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-Reformed(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-reformed/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >


______________________________e-Reformed______________________________

Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com
Kontak Redaksi: < reformed(a t)sabda.org >
Untuk mendaftar: < subscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Arsip e-Reformed: < http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed >
SOTeRI: < http://soteri.sabda.org/ >
Situs YLSA: < http://www.ylsa.org/ >
Situs SABDA Katalog: < http://katalog.sabda.org/ >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Miliki Blog atau Website Sendiri
Dapatkan Panduannya
Hubungi : 0813 5643 8312 - 0857 5737 8151 - 0431 8013154
Format SMS : Panduan Isi Pesan
Klik Demo / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
atau pilih template :
Klik, Pilih & Pesan Sekarang / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
G R A T I S
The Christian Blog @ 2011 - 2012
Designer : Joni Wawoh, SH
hostgator promo