Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.kristen@blogger.com
BULETIN DOA -- Natal
Edisi Desember 2012, Vol.04 No.69
DAFTAR ISI:
ARTIKEL NATAL: NATAL DAN TREND PERUBAHAN ZAMAN (YOHANES 1:1-13)
ARTIKEL DOA: DOA DAN BERKAT
Shalom,
Natal selalu menghadirkan kemeriahan. Layaknya anak-anak yang merayakan ulang tahun, perayaan Natal sepertinya hampir selalu identik dengan kemeriahan belaka. Ironisnya, kelahiran Yesus mengambil sebuah tempat di kandang domba -- sebuah lokasi yang sama sekali tidak akan menggambarkan suatu kemeriahan apa pun. Kelahiran Juru Selamat tentu harus disambut dengan sukacita, namun jangan sampai sukacita itu mengalihkan makna sesungguhnya dari kelahiran Sang Juru Selamat. Jika demikian, apa yang harus kita lakukan dengan Natal? Apa yang sebenarnya telah dikerjakan "Natal" dalam hidup kita, sehingga kita perlu menyikapinya dengan benar? Sajian kami kali ini kiranya dapat menginspirasi Anda untuk memaknai Natal dengan lebih baik, dan memahami apa yang sudah dikerjakan Natal bagi hidup Anda.
"Redaksi e-Doa mengucapkan Selamat Natal kepada Pembaca setia e-Doa. Kiranya Natal tahun ini menghadirkan suatu perubahan dalam kehidupan Anda."
Redaksi Tamu e-Doa,
Berlian Sri Marmadi
< http://doa.sabda.org >
ARTIKEL NATAL: NATAL DAN TREND PERUBAHAN ZAMAN (YOHANES 1:1-13)
Setiap manusia pada dasarnya menghendaki adanya perubahan. Orang yang tidak menyukai adanya perubahan adalah orang yang tidak memahami dinamika suatu kehidupan yang sesungguhnya. Firman Tuhan menyatakan bahwa jauh sebelum orang berbicara tentang perubahan, Allah telah mengadakan perubahan. Allah adalah Ahlinya perubahan. Dia adalah Arsiteknya perubahan. Perubahan yang dari Allah itu sifatnya pasti dan sempurna. Allah dari zaman ke zaman terus-menerus menyuarakan/menawarkan tentang perubahan kepada manusia. Inti dari suatu pemberitaan Injil adalah pembaruan dan pemulihan terhadap hidup manusia. Janji perubahan yang ditawarkan oleh Allah bukan hanya sekadar teori, melainkan sudah terbukti. Sejarah mencatat ada begitu banyak orang yang telah menyambutnya, akhirnya mengalaminya. Isu perubahan yang ditawarkan Allah bukanlah isu murahan, melainkan suatu berita yang amat sangat menggiurkan dan nilainya kekal. Ketika Injil diberitakan dan disambut, maka pastilah akan mendatangkan perubahan, tidak saja secara rohani tetapi juga segi-segi yang lain. Natal yang benar haruslah membawa misi perubahan. Natal yang tidak membawa misi perubahan pada hakikatnya bukanlah Natal, melainkan hanyalah suatu perayaan belaka dan tidak lebih dari itu.
Bertolak dari ayat di atas, ada empat segi kebenaran yang akan kita renungkan terkait dengan Natal yang membawa perubahan hidup manusia.
1. Kemungkinan untuk mengalami perubahan status dari orang berdosa menjadi anak Allah (ayat 12).
Perhatikan kata "tetapi". Kata "tetapi" ini membuka pelbagai kemungkinan, artinya walaupun ada orang yang menolak untuk percaya, tetapi ada juga yang mau menerima. Kendatipun ada orang yang tidak mau percaya, tetapi terbuka kemungkinan ada orang yang mau percaya. Sekalipun banyak orang yang menolak, tetapi banyak juga orang yang membuka hati dan menyambut-Nya. Allah dalam hal ini memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih dan menentukan pilihannya, mau percaya atau menolak. Firman Tuhan mengatakan bahwa menerima Tuhan Yesus berarti selamat dan menolak-Nya berarti binasa. "Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya tetapi dunia tidak mengenal-Nya." (ayat 11)
Pada suatu hari, Ratu Elisabeth berjalan-jalan di suatu daerah, tiba-tiba hujan turun rintik-rintik. Ia pun mampir di salah satu rumah penduduk dengan maksud untuk meminjam payung. Lalu, dia mengetuk pintu, maka keluarlah seorang janda. Dia tidak kenal orang itu. Ia memunyai dua payung: payung yang pertama masih bagus dan payung yang kedua sudah rusak/jelek, sudah bolong-bolong. Setelah ditimbang-timbang, akhirnya dia pun memberikan payung yang sudah rusak itu dengan pesan, "besok harus dikembalikan ya?" Keesokan harinya pengawal istana mengembalikan payung tersebut. Janda ini bertanya kepada pengawal istana itu: "Siapa kau ini? Siapa yang kemarin datang meminjam payung ini?" Pengawal istana berkata, "Oh... sayang sekali Ibu tidak tahu. Dia adalah Ratu Elisabeth, orang nomor satu di negeri ini." Mendengar hal itu, ibu ini langsung pingsan. Setelah sadar, dia balik bertanya, "Kapan dia kembali lagi?" "Ya, nggak tahu," kata pengawal istana itu. Kini tinggal penyesalan. Dia menyesal dan meratapi nasibnya, tetapi sudah terlambat. Inilah gambaran orang yang terlambat percaya Tuhan Yesus. Inilah gambaran orang yang suka menunda-nunda waktu untuk bertobat dan datang pada Tuhan secara serius. Pastikan bahwa Anda sudah siap dan didapati tetap setia kepada-Nya.
2. Siapakah yang berhak untuk menjadi anak Allah itu? (ayat 12).
Perhatikan kalimat, "semua orang". Artinya, tanpa terkecuali. Sebagaimana matahari dan hujan diberikan sama kepada semua orang, demikian halnya dengan keselamatan. Allah menawarkan keselamatan itu kepada semua orang tanpa terkecuali. Natal bukan hanya untuk orang Kristen saja, melainkan juga untuk semua orang. Artinya, peluang dan kesempatan untuk menjadi anak Allah itu terbuka untuk semua orang.
3. Bagaimana caranya agar kita dapat menjadi anak Allah?
Dalam konsep Rasul Yohanes, ada dua cara orang dapat menjadi anak Allah, yaitu melalui percaya (Yohanes 3:16) dan melalui menerima Tuhan Yesus secara pribadi (Yohanes 1:12). Kedua kata kerja ini memberikan pengertian bahwa tidak cukup hanya percaya, tetapi juga harus menerima Dia secara pribadi. Tidak cukup hanya dibaptis karena baptisan tidak menyelamatkan. Masalahnya adalah sudah menerima Tuhan Yesus atau belum. Firman Tuhan berkata, "Terang yang sesungguhnya itu sudah datang dan akan datang...", artinya, Sang Pembawa Keselamatan itu sudah ada, sudah datang. Keselamatan itu sudah Ia kerjakan, sudah Ia sediakan, bahkan sudah Ia tawarkan. Tinggal kita mau terima atau tidak (Efesus 2:8-9). Konsep keselamatan semacam ini berbeda dengan konsep keselamatan dalam agama atau kepercayaan lain di dunia ini.
4. Apa akibatnya setelah seseorang menjadi anak Allah?
a. Status hidupnya diubah/dipulihkan oleh Allah. Ketika seseorang menjadi milik Allah, maka bukan hanya statusnya yang diubah oleh Tuhan, melainkan paradigma/gaya hidupnya juga berubah dan diubah oleh Tuhan. Tadinya budak dosa, sekarang menjadi milik Allah. Kalau dulu hidup untuk diri sendiri, sekarang hidup bagi Allah. Pemahaman ini hendaknya membawa kita semakin giat untuk memberitakan Injil, agar semakin banyak orang yang hidupnya diubah dan dipulihkan oleh Allah.
b. Memiliki kuasa (exosia), otoritas, dan kewibawaan Allah. Firman Tuhan menyatakan bahwa segala kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan kepada-Ku dan kuasa itu juga diberikan-Nya kepada orang percaya yang telah menjadi anak-anak Allah. Kalau orang percaya tidak memiliki kuasa Allah ini, maka terbuka peluang/kesempatan bahwa orang itu akan terjebak dan dijebak oleh kuasa dan kekuatan lain. Orang yang punya jabatan/kedudukan, punya harta/kekayaan mudah sekali terjebak pada dosa tidak percaya pada kuasa Tuhan. Kalau kita menjadi Anak Allah dan berpegang pada kekuatan-Nya, maka akan ada sesuatu yang dahsyat terjadi dalam hidup kita.
Memasuki Natal tahun ini, mari kita merenungkan dua hal, yaitu:
1. Natal haruslah membawa misi perubahan dan pembaruan dalam hidup kita.
Natal tidak akan berarti apa-apa, tanpa membawa misi perubahan dan pembaruan. Natal yang tidak membawa misi perubahan bukanlah Natal yang sesungguhnya, melainkan hanya suatu pesta/perayaan. Natal yang sesungguhnya haruslah menyentuh segi-segi dalam hidup kita, dan membuat kita sampai pada suatu keputusan yang suci untuk berubah dan diubah oleh Tuhan. Oleh karena itu, jadikanlah momentum Natal tahun ini untuk bertobat dan datang pada Tuhan. Tanggalkan gaya hidup yang sia-sia, tinggalkanlah kebiasaan-kebiasaan buruk yang selama ini mengikat dan membelenggu Anda. Buanglah segala kemunafikan, singkirkan segala jenis kepalsuan dalam hidup, dan berhentilah bermain sandiwara dengan Tuhan dan sesama. Jangan biarkan hidup Anda ditipu dan dipermainkan oleh bujuk rayu dunia ini, yang kelihatannya menjanjikan/menggiurkan, tetapi ujung-ujungnya justru menghancurkan seluruh hidup, keluarga, dan masa depan Anda.
2. Natal bukan hanya sekadar peringatan kelahiran Tuhan Yesus. Lebih daripada itu, Natal harus membawa makna pengharapan akan kedatangan-Nya yang kedua. Thomas Scatt, seorang politikus Inggris kenamaan, pernah berujar saat detik-detik terakhir dia akan mengembuskan napasnya, "Saya tidak pernah percaya kalau surga dan neraka itu ada, tetapi sekarang saya baru percaya kalau keduanya ada." Namun sayang sudah terlambat, sesudah itu dia mati. Rupanya semasa hidupnya, dia tidak menyiapkan diri untuk memasuki dunia akhirat. Dia terbuai dengan segala keindahan dunia ini. Akibatnya, dia binasa karena tidak percaya dan menunda-nunda untuk percaya dan bertobat. Kita tidak tahu apakah Natal ini merupakan Natal terakhir bagi kita. Mengapa? Karena hari esok tak seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi dengan hidup ini. Oleh karena itu, ambillah keputusan hari ini untuk Anda serius hidup dengan Allah dan bagi Allah. Jangan sampai terlambat, jangan sampai Anda didapati tidak siap, akhirnya menyesal dan menyesal, mati dalam kebinasaan yang kekal.
Diambil dari:
Judul buletin: Apostolos, Edisi Khusus (November/Desember 2008 - Januari 2009)
Penulis: Pdt. Mairil Asman
Penerbit: Departemen Evangelisasi dan Misi Persekutuan Pelayanan Injil Indonesia, Batu
Halaman: 1 -- 3
ARTIKEL DOA: DOA DAN BERKAT
"Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui." (Yeremia 33:3)
Setiap kali orang berbicara tentang doa, kita mengerti bahwa itu ditujukan kepada satu Pribadi atau sesuatu yang disembah, dipuja, atau ditinggikan; sesuatu yang dianggap lebih tinggi derajat dan martabatnya dari orang yang berdoa, bahkan substansi atau zatnya juga berbeda dari mereka.
Kita pun tahu bagaimana berdoa dan biasanya berdoa mengandung arti memohon atau meminta, meski ada juga yang berupa ucapan syukur atau sekadar penyembahan. Doa bagaikan napas kita. Doa adalah bercakap-cakap dengan Tuhan. Doa merupakan sesuatu yang penting karena melalui doa dan pembacaan firman Tuhan, hubungan kita dengan Tuhan terpelihara dan terpupuk dengan baik.
Perbedaan Antara Doa Kita dengan Doa-Doa Lain?
Mengungkap doa orang Kristen tidak lepas dari contoh-contoh yang tercantum dalam Alkitab. Janganlah kita bosan belajar dari tokoh-tokoh Alkitab: mengapa harus berdoa, kepada siapa kita berdoa, apa yang didoakan, bagaimana cara berdoa, di mana berdoa, kapan berdoa, apa harapan kita dari doa-doa itu. Dalam berdoa tidak ada keharusan untuk meniru. Berdoa adalah suatu ungkapan hati kepada Tuhan, bersuara maupun tidak (di dalam hati), yang mengakui keberadaan Dia sebagai Allah yang sempurna dan tidak bercacat cela, Pribadi yang adikodrati, super (maha ...), tak tertandingi oleh siapa pun dan apa pun dalam segalanya, yang baik semata-mata.
Doa "Bapa Kami" sekalipun sering diucapkan dalam perkumpulan orang-orang Kristen dan dihafal, bukan berarti ditiru dan diutarakan sebagaimana layaknya mantera. Jauh dari itu, Tuhan Yesus mengajarkannya dengan petunjuk bagaimana berbicara kepada Allah Bapa dalam sebuah doa. Kalau kita berbicara dengan orang, apakah kita asal omong saja tanpa ada inti atau arahnya sama sekali? Bayangkan seandainya Anda diajak bicara oleh orang semacam itu. Bagaimana perasaan Anda? Apakah Anda mau bersabar mendengarkan dia berceloteh bagai burung berkicau, entah apa yang dibicarakannya?
Tuhan kita adalah Allah yang hidup, Pribadi yang nyata meskipun tidak tampak wujud-Nya, sempurna kodrat-Nya, sempurna hakikat Pribadi-Nya, tak terukur hikmat dan pengetahuan-Nya, kasih dan kemurahan-Nya, kebenaran dan keadilan-Nya, kebesaran dan kemuliaan-Nya, kekuasaan dan kekayaan-Nya, kekudusan dan pengampunan-Nya. Dialah yang patut disembah dan dipuja, dihormati dan ditaati, diagungkan dan dimuliakan.
Kepada-Nya, kita menghadap sebagai ciptaan di hadirat Penciptanya. Kita tidak dapat menyembunyikan apa pun dari Dia karena Ia sudah tahu dan mengenal kita sampai ke isi tulang-tulang kita. Kejelekan dan cacat cela kita bukan perkara baru bagi Dia. Bahkan sebelum kita mengutarakan apa pun kepada-Nya, Ia sudah tahu -- semuanya, sampai hal yang sekecil-kecilnya.
Jadi, untuk apa kita berdoa? Bukankah Ia sudah tahu semuanya, sebelum kita mengatakan apa pun? Ia sudah tahu pikiran kita. Ia sudah tahu isi hati kita. Percuma saja kita berdoa.
Tetapi, Anda masih berdoa juga, bukan? Mengapa? Karena rutinitas? Takut berdosa? Karena diajarkan begitu oleh agama? Pasti ada sesuatu yang mendorong Anda untuk berdoa. Hati nurani Andalah yang tahu kebutuhan Anda untuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta Anda. Bagi Anda yang sudah percaya serta menerima Kristus di dalam hati sebagai Tuhan dan Juru Selamat, Roh Kudus mengingatkan Anda untuk berdoa.
Setiap orang yang percaya Kristus pasti rindu untuk berdoa kepada-Nya, bercakap-cakap dengan Dia, mencurahkan isi hati seadanya tanpa "tedeng aling-aling", membeberkan segala sesuatu tanpa merasa malu atau takut, mengakui semua keinginan tanpa ragu karena Dia Pribadi yang panjang sabar, penuh pengertian, dan pengampun. Berdoa adalah berkat nikmat yang menyegarkan jiwa.
Apakah yang Diperoleh dari Doa-Doa Orang Percaya?
Begitu banyak kesaksian orang mengenai doanya: permohonan yang dikabulkan; sakit penyakit yang disembuhkan; permasalahan yang diselesaikan secara ajaib, pengampunan yang diperoleh sehingga tidak tertekan lagi jiwanya; hubungan suami istri atau keluarga yang dipulihkan, mata hati yang dicelikkan sehingga mengubah pandangan hidup; pengertian yang semakin dalam tentang Tuhan; teman hidup yang sepadan; sekolah atau pekerjaan yang tepat; rumah yang diperlukan; anak yang didamba-dambakan; perlindungan terhadap malapetaka; kemenangan dalam pergumulan; sifat yang dibarui sehingga menjadi pribadi yang sama sekali baru; keyakinan akan keselamatan dan hidup yang kekal; dan pasti banyak lagi, karena lingkup hidup kita ini begitu luas di mata kita. Namun, bagi Tuhan dunia ini sangat kecil dan Ia dapat menangani segalanya dengan sempurna.
Apa pun yang menjadi permasalahan kita, tak ada yang tidak mampu diselesaikan atau dipecahkan oleh Dia. Ia senang bila kita berdoa kepada-Nya dan Ia bersedia diajak serta dalam seluruh perjalanan hidup kita, untuk menuntun dan memberi petunjuk kepada kita. Malahan, Ia menyediakan berkat-berkat yang tidak terduga bagi kita. Sungguh luar biasa dan Ia hanya sejauh doa.
"Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa." (Yakobus 4:2)
Diambil dari:
Judul buletin: Sahabat Gembala, Edisi Mei 2005
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman: 35 -- 37
Kontak: < doa(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/doa >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >