Renungan Harian & Leadership Kristen
| Renungan | Bina | Bio | Buku | Doa | E-JEMMi | Kisah | Konsel | Leadership | Wanita | Humor |

Thursday, January 30, 2014

[i-kan-untuk-reformed] Mukjizat Tuhan Yesus -- Edisi 148/Januari 2014

______________________Milis Publikasi e-Reformed______________________
Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com

e-Reformed -- Mukjizat Tuhan Yesus
Edisi 148/Januari 2014

DAFTAR ISI:
ARTIKEL: MUJIKZAT TUHAN YESUS

Dear e-Reformed Netters,

Kita telah memasuki tahun 2014, tahun yang baru dan rencana yang
baru. Untuk mengawali e-Reformed tahun ini, saya memilih artikel yang
saya dapatkan dari jurnal Pelita Zaman. Artikel ini ditulis oleh Pdt.
Andi Halim pada tahun 1992, yang membahas tentang mukjizat yang
dilakukan oleh Tuhan Yesus.

Artikel ini mencoba membandingkan pandangan dua kubu ekstrem, kubu
yang satu berpendapat bahwa mukjizat itu tidak ada, sedangkan kubu
yang satunya mengagung-agungkan mukjizat dan percaya bahwa dengan
keyakinan yang besar, semua hal dapat terjadi sesuai keinginannya.
Artikel ini mengajak kita untuk memosisikan mukjizat sebagaimana
mestinya. Mari kita simak saja artikel ini selengkapnya. Selamat menyimak.

Pemimpin Redaksi e-Reformed,
Teddy Wirawan
< teddy(at)in-christ.net >
< http://reformed.sabda.org >


ARTIKEL: MUKJIZAT TUHAN YESUS

Bila saat ini kita atau orang yang sangat kita kasihi menderita sakit
parah dan dalam keadaan sangat kritis, mungkin kita adalah salah satu
dari sekian banyak orang yang mengharapkan mukjizat terjadi. Salahkah
sikap seperti ini? Tentunya tidak.

Memang ada kelompok yang cukup ekstrem beranggapan bahwa mukjizat
pada zaman ini sudah tidak pernah terjadi lagi. Bahkan, lebih dari
itu, mukjizat di Alkitab pun diragukan kebenarannya. Jelas bahwa
kelompok seperti ini adalah kelompok yang sudah terjerat oleh pola
pikir rasionalisme dan liberalisme. Mereka beranggapan bahwa segala
sesuatu yang "tidak masuk akal" berarti tidak pernah ada. Bila ada
peristiwa yang tampak seperti "mukjizat", itu dianggap hanya sebagai
kebetulan atau sugesti diri atau psikosomatis, halusinasi, atau
fiksi. Kelompok ini menganggap akal atau logika adalah segalanya,
selalu benar, dan menjadi standar atau patokan terhadap segala penilaian.

Di pihak lain, ada yang meninjau dari teladan Tuhan Yesus sendiri.
Tuhan Yesus banyak kali memperhatikan orang yang mengharapkan
kesembuhan atau pertolongan berupa mukjizat. Ia sendiri pun pernah
berfirman: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu ...." (Matius 7:7)
"... Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi
saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke
sana, -- maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil
bagimu." (Matius 17:20) "... apa saja yang kamu minta dan doakan,
percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan
kepadamu." (Markus 11:24)

Saat masih di dunia sebagai manusia, Tuhan Yesus tercatat dalam
Alkitab telah melakukan mukjizat lebih dari 37 kali (belum lagi yang
tidak tercatat; bdk. Yohanes 21:25). Jadi, bukankah Alkitab memberi
tahu bahwa mukjizat merupakan suatu kejadian dan pengalaman yang unik
bagi orang yang mau percaya? Bukankah Tuhan Yesus datang untuk
menyembuhkan semua orang percaya dari segala macam penyakit?

"Ia ... melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa
itu. Maka ... dibawalah kepadaNya semua orang yang buruk keadaannya,
yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang
sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka." (Matius
4:23-24) "Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka
semuanya" (Matius 12:15b; 14:35-36; 15:30-31).

Dari semua nabi, rasul, maupun orang-orang lain yang dipakai Allah,
tidak pernah ada yang melakukan mukjizat sedemikian "banyak" dan
"besar" seperti yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, termasuk mukjizat
membangkitkan diri-Nya sendiri dari kubur (Yohanes 2:19,21; Matius 26:32).

Di samping itu, ada kelompok ekstrem lain yang berlawanan dengan
rasionalisme, yang mengajarkan bahwa Allah menghendaki anak-anak-Nya
sehat walafiat, tanpa sakit apa pun, dalam keadaan berkelimpahan
berkat, hidup makmur, dan tanpa penderitaan apa pun. Bahkan,
pengalaman kesembuhan ilahi, hidup penuh dengan kesuksesan dan
kelimpahan bukan lagi ditentukan oleh kehendak Tuhan, melainkan oleh
kemauan atau usaha diri kita sendiri. Misalnya, perempuan yang
menderita pendarahan, yang mau menjamah jubah Tuhan Yesus (Markus
5:28), seorang perwira yang bawahannya sedang sakit (Matius 8:10),
dan perempuan Kanaan yang anaknya kerasukan setan (Matius 15:28),
dipuji karena imannya yang sangat "besar". Iman dari Elia, Elisa, dan
Paulus juga mendukung bukti bahwa mukjizat bergantung mutlak pada
"besar kecilnya iman seseorang" terhadap mukjizat yang diharapkannya.

Bahkan, lebih dari itu, menurut kelompok ini, bukankah Tuhan Yesus
juga berjanji bahwa setiap orang yang mau percaya akan melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada pekerjaan yang
dilakukan oleh Tuhan Yesus (Yohanes 14:12)? Tuhan Yesus juga
mengatakan bahwa tanda-tanda orang percaya adalah dapat mengusir
setan, berbicara dalam bahasa baru, minum racun tidak mati, dan
menumpangkan tangan pada orang sakit dan orang itu sembuh (Markus
16:17-18). Bukankah semua ini membuktikan bahwa mukjizat
sungguh-sungguh terjadi, dan bahkan sampai hari ini dapat terjadi
bagi setiap orang yang sungguh-sungguh percaya/beriman?

Kita memang mengimani bahwa mukjizat sungguh-sungguh dapat terjadi,
baik pada masa lampau, sekarang, maupun pada yang akan datang. Kita
percaya bukan kepada Allah yang tidak dapat berbuat apa-apa alias
patung atau berhala, namun Allah yang kita sembah adalah Allah yang
hidup, yang berkarya dalam kekekalan dan dalam sejarah manusia,
mahakuasa, Allah yang tak terhingga dalam kekuatan dan
kedaulatan-Nya. Namun demikian, meskipun Alkitab mencatat banyak
mukjizat luar biasa terjadi karena "iman" seseorang, dan mukjizat
yang tidak terjadi karena orang yang kurang atau tidak "beriman"
(Matius 13:58; 17:19-20), kita jangan sampai terjebak pada hal-hal
yang kita lihat sekadar secara lahiriah.

Banyak orang, sekali lagi, yang beranggapan bahwa mukjizat sangat
bergantung pada "iman" dan "kemauan" kita. Bila kita beriman dan mau
mengalami mukjizat, maka terjadilah mukjizat itu; dan sebaliknya.
Dengan perkataan lain, tindakan Allah dalam melakukan mukjizat sangat
bergantung pada kondisi "iman" dan "kemauan" (kepercayaan) kita
terhadap mukjizat itu sendiri. Sebuah pertanyaan yang perlu kita
renungkan adalah: Apakah Allah yang Alkitab perkenalkan adalah Allah
yang demikian bergantung pada sikap kita?

Pernah dikisahkan sebuah lelucon yang menceritakan dua orang yang
akan saling berhadapan dalam pertandingan badminton. Keduanya beriman
dengan kualitas yang sama persis; keduanya berdoa agar mereka beroleh
kemenangan. Lalu, bila jawaban doa itu bergantung pada "iman" dan
"kemauan" masing-masing pemain, apakah pertandingan tersebut akan
berakhir imbang? Ada juga cerita bahwa dalam satu desa terdapat
seorang yang beriman mempunyai sawah dan pabrik payung, sedangkan
seseorang yang lain beriman mempunyai pabrik kerupuk dan tambak yang
menghasilkan garam. Yang satu berdoa supaya turun hujan agar sawahnya
subur dan payungnya laris, yang satunya berdoa agar hujan sama sekali
tidak turun agar garam dan kerupuknya jadi. Bagaimana kira-kira
jawaban yang tepat bagi doa-doa orang yang "beriman" ini (misalkan
Anda yang menjadi Allah)?

Memang Tuhan Yesus, beberapa nabi, rasul, dan orang-orang yang
dipakai Allah disertai tanda-tanda mukjizat yang luar biasa, namun
hal ini tidak harus berarti bahwa segala mukjizat yang dilakukan itu
bergantung pada "iman" masing-masing sehingga setiap orang yang
"beriman" pasti dapat melakukan (mengalami) mukjizat sesuai dengan
apa yang diinginkannya (seperti orang yang memencet tombol otomatis).
Di pihak lain, ternyata ada juga mukjizat, yang meskipun terjadi di
depan orang yang tidak beriman, hasilnya tetap tidak menjadikan
mereka percaya (Matius 11:20; bdk. Lukas 17:12-19). Bangsa Israel
hampir setiap hari melihat mukjizat yang datang dari Allah, misalnya
manna yang turun dari surga, laut terbelah, tiang api dan awan, dll.,
namun mereka tetap mengeraskan hati dan tidak mau taat kepada Allah.

Ternyata ada juga mukjizat yang diberikan Allah bukan sebagai berkat
bagi seseorang, namun sebagai hukuman bagi mereka yang gila mukjizat
atau yang mencobai Allah (Mazmur 106:15). Jadi, mukjizat bukan
merupakan jaminan bahwa hal tersebut adalah suatu berkat yang datang
dari Allah. Bahkan, dalam Matius 7:21-23, dapat disimpulkan bahwa
orang yang dapat melakukan mukjizat sama sekali tidak dapat menjamin
bahwa ia sudah diselamatkan (lahir baru). Rasul Paulus mengingatkan
bahwa pada akhir zaman akan banyak berdatangan nabi atau rasul palsu
yang dapat menyerupai aslinya, terutama dalam kemampuannya melakukan
mukjizat ataupun hal spektakuler atau yang menimbulkan sensasi
lainnya (2 Tesalonika 2:9-12; 2 Korintus 11:12-15, Iblis dapat
menjadi seperti malaikat terang). Bahkan, Tuhan Yesus sebelumnya juga
pernah mengatakan bahwa di tengah-tengah kita akan muncul serigala
yang berbulu domba (Matius 7:15)! Surat 1 Yohanes 4:1 dst. menegaskan
agar kita selalu menguji setiap roh, apakah peristiwa, atau
pemikiran, perkataan yang kita terima itu benar-benar dari Tuhan atau bukan.

Jika demikian, mengapa Tuhan Yesus, para rasul, nabi, dan orang-orang
yang dipakai Allah dapat melakukan mukjizat yang begitu luar biasa?
Dan, dalam hal itu, mengapa "iman" seolah-olah merupakan faktor yang
sangat menentukan terjadi atau tidaknya suatu mukjizat? Dan, mengapa
sampai hari ini mukjizat yang dilakukan oleh tokoh-tokoh "iman" masih
terjadi demikian hebatnya dan berdampak luar biasa?

Melalui Matius 7:21-23, kita melihat bahwa ternyata ada "iman" yang
tidak jelas sumbernya. Sebagai orang "beriman", mereka dapat
melakukan mukjizat dalam nama Tuhan, namun sama sekali tidak mengenal
siapa Tuhan yang mereka sebutkan itu. Dengan demikian, perlu
dipertanyakan kembali dari mana asal (sumber) mukjizat yang mereka
lakukan? Banyak orang yang mengaku beriman dan beribadah kepada
Tuhan, namun perlu dipertanyakan apakah Tuhan yang kita anggap Tuhan
itu benar-benar adalah Tuhan yang benar (Roma 10:1-3).

Roma 10:17 menyatakan bahwa iman yang benar berasal dari pendengaran
dan pendengaran akan firman Allah. Iman yang benar adalah iman yang
lahir dari persekutuan atau hubungan pribadi dengan Allah. Artinya,
iman harus dan pasti sesuai dengan kehendak dan firman Allah.
Mukjizat yang benar harus berdasarkan atau bersumber pada iman yang
benar, sedang iman yang benar harus bersumber pada kehendak dan
rencana Allah sendiri. Jadi, sumber terjadinya mukjizat sebenarnya
bukan bergantung pada iman kita, namun pada kehendak dan rencana Allah.

Iman tidak sama dengan keyakinan. Iman adalah kepercayaan pada janji
dan firman-Nya yang pasti diwujudkan sesuai dengan rencana-Nya. Iman
itu sendiri adalah pemberian Allah sehingga melalui iman yang
dianugerahkan itu, kita boleh mengerti kehendak dan rencana Allah,
serta hidup seturut atau sesuai dengan rencana-Nya. Sebagai contoh,
Elia mampu mendatangkan mukjizat hujan tidak turun selama 3 tahun,
serta mukjizat hujan turun setelah masa kemarau selama 3 tahun. Dari
mana asalnya iman yang mampu melaksanakan mukjizat yang demikian
hebat (Yakobus 5:17-18)? Kebanyakan orang akan beranggapan bahwa
semua itu berasal dari "kebolehan" iman (keyakinan) Elia yang sangat
kuat sehingga dia mampu mengatur alam semesta, ia dapat mengubah
cuaca dan keadaan. Benarkah analisis ini? Fungsi seorang nabi adalah
sebagai juru bicara Allah. Ia tidak boleh menyampaikan apa pun kepada
umat bila Allah tidak memberikan perintah kepadanya, termasuk dalam
melakukan mukjizat. Bila ada nabi yang berani bertindak atau
menjanjikan sesuatu atas nama Allah, tetapi Allah sendiri tidak
pernah memberikan perintah tersebut, boleh dikatakan bahwa itu adalah
nabi palsu. Elia menegaskan kata-katanya (1 Raja-raja 18:41-46) hanya
berdasarkan perintah yang datang dari Allah (1 Raja-raja 18:1). Jadi,
jelas bahwa mukjizat yang dilakukan oleh Elia bersumber dari kehendak
Allah pada waktu itu.

Banyak orang Kristen mengharapkan mukjizat, namun tidak
mendapatkannya sesuai selera mereka. Alasannya hanya satu, yaitu
Tuhan sendiri tidak merencanakan seperti demikian (2 Korintus
12:7-10). Bahkan, kadang kala Tuhan mengizinkan peristiwa-peristiwa
yang "tidak menyenangkan" terjadi (1 Timotius 5:23, Ibrani 12:6-11),
hanya supaya kita makin bersandar dan menyadari bahwa manusia penuh
dengan kelemahan dan kekurangan, dan hanya Tuhan saja yang berdaulat
dan merupakan sumber kekuatan serta kehidupan kita.

Kecanduan (kegandrungan) akan mukjizat serta kekecewaan yang mendalam
bila mukjizat tidak terjadi adalah tanda atau bukti bahwa iman kita
masih seperti iman orang yang tidak percaya/kafir (1 Korintus 1:22).
Tuhan Yesus sangat mencela dan sering kali menyindir orang-orang yang
selalu menuntut tanda sebagai angkatan yang jahat (Matius 12:39; bdk.
Yohanes 6:26). Sebenarnya, jika kita mau jujur mengakui, inti dari
tuntutan orang yang "memaksa" Tuhan melakukan mukjizat, bukanlah
untuk kemuliaan nama Tuhan, namun hanya sebagai pelampiasan hawa
nafsu atau kepuasan (kepentingan) dirinya sendiri.

Sering kali, Tuhan Yesus disertai dengan tanda-tanda, bukan untuk
kepuasan atau kenikmatan pribadi-Nya sendiri, namun bagi kemuliaan
nama Tuhan dan untuk menggenapi misi Allah bagi dunia. Tuhan Yesus
begitu banyak disertai tanda-tanda yang luar biasa karena memang
sudah dinubuatkan bahwa Mesias yang akan datang di tengah-tengah umat
Israel akan disertai tanda-tanda yang luar biasa (Kisah para Rasul
2:22). Para Rasul dan Nabi sering kali disertai tanda-tanda karena
mereka mempunyai status yang sangat istimewa sebagai dasar berdirinya
gereja (Efesus 2:19-20), serta menjadi saksi mata yang Allah utus
sendiri untuk bersaksi dan membina jemaat mula-mula (Ibrani 2:3-4;
Kisah Para Rasul 2:42).

Kesimpulan dari semua pembahasan ini adalah bahwa mukjizat bukanlah
misi utama Allah, namun hanya sebagai salah satu alat atau tanda yang
menyatakan pekerjaan Allah pada masa itu. Dengan demikian, tidak
setiap pekerjaan Allah harus disertai dengan tanda atau mukjizat.
Seperti Yohanes Pembaptis, ia sama sekali tidak pernah melakukan
mukjizat, bahkan sampai matinya tidak ada sesuatu yang istimewa.
Sebenarnya, sebagai seorang yang beriman, mukjizat bukan lagi
kebutuhan utama dalam hidup kita. Bahkan, mata rohani kita dibukakan,
yaitu diberi kemampuan untuk melihat bahwa dalam setiap keadaan, apa
pun keadaan itu, di dalamnya mukjizat Allah dinyatakan, meskipun
tidak ada peristiwa spektakuler atau yang menimbulkan sensasi. Dengan
demikian, dalam setiap keadaan, kita belajar bersyukur, Tuhan selalu
mempunyai rencana yang baik (Roma 8:28; 1 Korintus 10:13). Sikap doa
orang beriman seharusnya meneladani Tuhan Yesus: "Bukan kehendak-Ku
Bapa, melainkan kehendak-Mulah yang jadi". Bila Tuhan memang
berkehendak memakai kita untuk melakukan atau mengalami mukjizat,
mukjizat pasti terjadi dan hidup kita akan dipersiapkan untuk menghadapinya.

Daftar pustaka:

1. Abineno, J. L. Ch., "Penyakit dan Penyembuhan". Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1982.
2. Caldwell, W., "Meet The Healer". Front Line Evangelism, 1965.
3. Davis, B., "How to Activate Miracles In Your Life and Ministry".
Harrison House, 1978.
4. Handjojo, J., "Anda Sakit Jadilah Sembuh". Gereja Kristen Anugerah,1985.
5. Hunter, C. & F., "Menyembuhkan Orang Sakit". Surabaya: GBT Bukit
Zaitun Surabaya, 1984.
6. Murray, A., "Kesembuhan Ilahi". Bandung: Kalam Hidup, 1967.
7. ______, "The Plain Truth About Healing". Worldwide Church of God, 1979.

Diambil dan disunting dari:
Judul jurnal: Jurnal Pelita Zaman, Volume 07, Nomor 01 (Mei 1992)
Penulis: Andi Halim
Penerbit: Yayasan Pengembangan Pelayanan Kristen Pelita Zaman
Halaman: 83 -- 88


Kontak: reformed(at)sabda.org
Redaksi: Teddy Wirawan, Yulia Oeniyati, dan Ryan
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >


______________________________e-Reformed______________________________

Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com
Kontak Redaksi: < reformed(a t)sabda.org >
Untuk mendaftar: < subscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Untuk berhenti: < unsubscribe-i-kan-untuk-Reformed(a t)hub.xc.org >
Arsip e-Reformed: < http://www.sabda.org/publikasi/e-reformed >
SOTeRI: < http://soteri.sabda.org/ >
Situs YLSA: < http://www.ylsa.org/ >
Situs SABDA Katalog: < http://katalog.sabda.org/ >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Miliki Blog atau Website Sendiri
Dapatkan Panduannya
Hubungi : 0813 5643 8312 - 0857 5737 8151 - 0431 8013154
Format SMS : Panduan Isi Pesan
Klik Demo / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
atau pilih template :
Klik, Pilih & Pesan Sekarang / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
G R A T I S
The Christian Blog @ 2011 - 2012
Designer : Joni Wawoh, SH
hostgator promo