Renungan Harian & Leadership Kristen
| Renungan | Bina | Bio | Buku | Doa | E-JEMMi | Kisah | Konsel | Leadership | Wanita | Humor |

Thursday, October 17, 2013

[e-Wanita] Keseimbangan dalam Pelayanan -- Edisi 118/Oktober 2013

Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com

e-Wanita -- Keseimbangan dalam Pelayanan
Edisi 118/Oktober 2013

Salam kasih,

Pelayanan merupakan panggilan yang diberikan Tuhan kepada setiap orang percaya. Bagi sebagian orang, pelayanan bahkan menjadi aktivitas utama dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bekerja dengan giat di ladang Tuhan, mengorbankan banyak waktu dan kesenangan pribadi demi menjalani panggilan Tuhan dalam kehidupan mereka. Akan tetapi, kita perlu waspada dengan penyakit berbahaya yang mengancam orang-orang yang "giat melayani" Tuhan -- kekeringan emosi. Itulah penyakit yang akan menyerang pelayan Tuhan jika mereka tidak hidup secara seimbang. Kekeringan emosi pada awalnya dapat berupa kelelahan biasa. Namun, jika tidak disadari dan ditangani dengan cepat, hal ini dapat berujung pada kekosongan emosi yang fatal. Akhirnya, pelayanan menjadi lumpuh. Untuk mengingatkan Sahabat Wanita tentang keseimbangan dalam pelayanan, kami sudah menyiapkan sebuah artikel ke ruang baca Anda. Semoga artikel edisi ini bermanfaat bagi Anda dan pelayanan Anda selanjutnya. Selamat membaca.

Staf Redaksi e-Wanita,
N. Risanti
< http://wanita.sabda.org/ >


KESAKSIAN WANITA: SEIMBANGKAH ANDA?

Selama hampir delapan belas tahun lamanya saya terlibat dalam pelayanan, saya selalu memperhatikan dua bagian, saya selalu memeriksa dua instrumen di "dashboard" kehidupan saya. Sampai baru-baru ini, saya pikir itu sudah cukup.

Pertama, saya benar-benar memperhatikan kerohanian saya, yaitu bagaimana keadaan saya secara rohani. Tanpa Tuhan, saya tidak dapat melakukan apa-apa. Itu saya tahu. Saya tidak mau semua usaha dalam kehidupan saya habis terbakar karena semua yang saya lakukan sekarang ini atas usaha sendiri atau karena pintar bertaktik. Saya harus selalu sadar bahwa saya harus melakukan segalanya dengan bantuan Roh Kudus.

Agar tingkat kerohanian saya berada di tempat yang seharusnya, saya telah membuat komitmen untuk berdisiplin dalam hal: berpuasa, berkorban, belajar, dsb.. Seperti kebanyakan orang Kristen lainnya, saya menemukan bahwa kedisiplinan ini membangkitkan dan memompa kerohanian saya dan menyediakan kekuatan, serta intensitas bagi pelayanan saya. Walaupun dalam tahun-tahun terakhir ini kemajuan semakin cepat, saya dapat dengan jujur mengatakan bahwa saya jarang salah dalam membaca keadaan rohani saya. Bila saya melihat "dashboard" kehidupan saya, saya dapat mengetahui apakah bensin saya masih penuh, tinggal setengah, atau sudah habis. Jika secara rohani bensin saya masih penuh, saya dapat mengatakan bahwa saya mencintai Yesus, saya dapat menjaga kedisiplinan rohani, saya juga menjaga diri saya agar selalu terbuka kepada pimpinan Tuhan.

Kedua, saya juga memeriksa jasmani saya. Bagaimana keadaan saya secara jasmani? Saya sadar bila saya terlalu memaksa diri saya, akhirnya saya jatuh secara jasmani. Bila saya tidak menjaga makanan apa yang saya makan, diet, dan waktu istirahat, saya hanya mempersembahkan 2/3 bagian energi saja. Padahal, Roh Kudus menghendaki agar kita memberikan seluruhnya, baik secara rohani maupun jasmani, guna melakukan panggilan-Nya.

Peralatan yang Terabaikan

Ketika arti Natal tidak mengubah perasaan saya, dengan hati-hati saya mulai memeriksa kehidupan saya. Setelah bercakap-cakap dengan beberapa orang yang lebih berpengalaman, saya baru menyadari bahwa saya lalai memperhatikan satu alat yang penting. Keadaan saya secara rohani dan jasmani memang penting, namun saya gagal mempertimbangkan hal lain dalam pelayanan saya, yaitu kekuatan emosi saya.

Karena secara emosi, saya terlalu kehabisan, saya tidak dapat melihat perbedaan antara aktivitas dan panggilan Tuhan dalam hidup saya. Saya memerlukan instrumen ketiga di "dashboard" saya. Selama beberapa minggu ini, saya secara perlahan-lahan mulai menyadari bahwa ada pelayanan dan kegiatan lainnya yang menghabiskan persediaan emosi saya. Saya sebut pengalaman-pengalaman ini "IMA" (Intensive Ministry Activities), atau aktivitas pelayanan yang terlalu intensif.

IMA dapat berupa konfrontasi, acara penyuluhan yang menegangkan, pengajaran yang melelahkan, atau persiapan dan penyampaian pengajaran mengenai topik yang sangat sensitif, yang semuanya memerlukan penelitian dan pemikiran yang berat dan melelahkan. Misalnya, saat saya mengendarai mobil pulang pergi antara gereja dan rumah, kerohanian saya terasa tipis. Saya merasa ada sesuatu hal yang tidak beres, lalu saya memeriksa kedua buah alat yang tepercaya.

Secara rohani, saya bertanya, "Apakah saya sudah menyampaikan firman Tuhan semaksimal mungkin? Apakah saya sudah berdoa? Apakah saya sudah mempersiapkannya dengan baik? Apakah saya benar? Apakah para penatua memberikan peneguhan atas apa yang telah saya sampaikan?" Apabila sebuah alat pengukur menunjukkan "normal", saya akan memeriksa keadaan jasmani saya. "Apakah saya tetap diet? Ya. Apakah saya masih berolahraga? Ya. Jika demikian, berarti saya sehat. Namun, masih ada sesuatu yang tidak benar. Saya memerlukan alat ketiga yang dapat memonitor keadaan emosi saya untuk menentukan kesehatan saya dalam pelayanan.

Sering kali, kita menafsirkan bahwa keputusasaan kita disebabkan oleh kelemahan secara rohani. Kita menilai diri kita: "Saya seorang Kristen yang tidak baik!" atau "Saya adalah seorang murid yang jelek." Dan, sering kali, kesusahan-kesusahan kita memang menandakan bahwa kita tidak bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Namun, tantangan-tantangan yang kita hadapi dalam pelayanan bukan karena kejatuhan dalam hal rohani, melainkan karena kekosongan emosi kita.

Membaca Alat Emosi Anda

Sekarang ini, saya sudah bertekad untuk memasang alat pengontrol emosi saya di tengah "dashboard" dan belajar cara membacanya. Saya mengambil tanggung jawab untuk mengatur persediaan emosi saya. Saat saya mengalami krisis, tanpa menyadari bahwa persediaan emosi saya sudah menipis, saya (1) secara moral mulai merasa mudah diserang, (2) menemukan diri saya mudah sekali marah dan tersinggung, dan (3) mendapat keinginan untuk keluar dari pekerjaan Tuhan. Tiba-tiba, saya tahu bahwa emosi saya mulai mengering. Sekarang, tujuan saya adalah memonitor sumber-sumber emosional saya supaya saya tidak mencapai itu. Tanda-tanda apakah yang harus saya cari? Jika saya menghindari suatu pelayanan dan berkata, "Tidak apa-apa jika saya tidak pernah melakukannya lagi," ini adalah peringatan. Ada sesuatu yang salah ketika saya memandang orang lain sebagai rintangan atau melihat pelayanan sebagai suatu tugas rutin.

Petunjuk lain adalah dalam perjalan pulang, apakah saya mengharapkan Lynne tidak mempunyai problem dan anak-anak tidak menginginkan apa-apa dari saya? Mengharapkan orang-orang yang berharga dalam hidup saya dapat bertahan tanpa saya adalah suatu tanda bahwa saya tidak mempunyai sisa yang cukup untuk diberikan, dan inilah tanda masalah yang serius.

Setiap orang harus menemukan tanda-tanda peringatan untuk hidupnya sendiri. Apakah saya secara emosi sudah kehabisan bensin? Tidak dapatkah saya bertahan untuk berhubungan dengan orang lain sekarang? Apakah saya merasa perlu untuk pulang, mendengarkan musik, dan membiarkan Tuhan mengisi kembali baterai emosi saya?

Mengisi Kembali Persediaan Emosional

Jika Anda duduk di lapangan parkir dan menjalankan semua aksesori mobil Anda seperti radio, lampu-lampu, pemanas, klakson, penghapus kabut, dan jendela-jendela, kemungkinan besar Anda akan melemahkan baterainya dalam waktu sepuluh menit. Lalu, Anda membawanya ke bengkel untuk diisikan kembali, dan mengatakan akan mengambilnya sepuluh menit kemudian. Apa yang akan mereka katakan? "Tidak, kami akan mengisinya kembali semalaman karena dibutuhkan tujuh atau delapan jam untuk membuatnya kuat kembali."

Cara terbaik untuk mengisi baterai hingga berkekuatan penuh kembali adalah secara perlahan-lahan dan konsisten. Menyembuhkan kekeringan emosional juga membutuhkan waktu. Memulihkan ukuran emosi biasanya diartikan dengan melakukan sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan dengan pelayanan -- berlari, mandi, membaca, mendengarkan musik, main golf, bersepeda motor, atau mengukir. Yang terpenting adalah membangun jadwal pelayanan yang memungkinkan waktu yang sepadan untuk pengisian kembali emosi kita.

Kembali ke Daerah Karunia Anda

Penggunaan karunia roh Anda yang utama akan mengembuskan napas kehidupan kembali. Saat Anda sudah mengetahui karunia-karunia roh Anda dan menggunakannya sejalan dengan Tuhan Yesus, Anda membuat suatu perbedaan. Anda merasakan peneguhan dari Tuhan dan sering kali, Anda akan merasa lebih bertenaga sesudah pelayanan daripada sebelumnya.

Ketika Yesus bercakap-cakap dengan seorang wanita di tepi sumur, kedua belas murid-Nya kembali dari makan dan berkata, "Yesus, Engkau pasti sangat kelaparan. Kami sudah makan, dan Engkau terus bekerja selama waktu makan-Mu." Yesus menjawab, "Saya sudah makan makanan yang tidak kalian sadari. Bapa telah memakai saya untuk berbicara dengan seorang wanita yang dalam kesusahan."

Yesus mengerti bahwa melakukan apa yang Bapa percayakan kepada-Nya, sangatlah memuaskan. Sebaliknya, melayani di luar daerah karunia Anda cenderung membuat Anda kering karena Anda tidak memikul kuk yang seharusnya. Jika saya banyak menggunakan karunia tingkat ketiga atau keempat, tidaklah mengherankan bila saya tidak merasakan kekuatan emosional dalam pelayanan. Kita berjalan dengan kekuatan lebih apabila kita dapat melatih karunia-karunia utama kita. Tuhan tahu apa yang Ia lakukan dalam membagi-bagikan karunia. Saat pelayanan kita konsisten dengan jalan Tuhan bagi kita, kita akan menemukan gairah baru untuk pelayanan.

Menyeimbangkan Hal-Hal yang Kekal dan Duniawi

Kekeringan emosi mengingatkan saya bahwa seorang pemimpin Kristen harus mempunyai keseimbangan yang baik antara keterlibatan dalam hal kekekalan dan duniawi. Pada zaman Yesus, kehidupan mereka berbeda. Di dalam Alkitab, sesudah Yesus melayani atau mengajar, biasanya kita menemukan ungkapan: "Kemudian Yesus bersama murid-murid-Nya pergi dari Yudea ke Galilea." Perjalanan-perjalanan seperti ini biasanya cukup jauh dan sering kali, Yesus dan murid-murid-Nya berjalan kaki. Apa yang terjadi dalam perjalanan jauh? Mereka bercanda, berhenti dan beristirahat sejenak, memetik buah-buahan dan minum, tidur siang, dan melanjutkan perjalanan. Melalui semua ini, simpanan emosi terpenuhi dan keseimbangan yang baik antara hal-hal kekekalan dan duniawi diperbarui.

Sekarang ini, kita hidup pada zaman yang berbeda, dan saya tidak menyadari perubahan itu. Memasang telepon mobil, mesin fax, dan membuat pesawat terbang jet ke dalam sistem zaman ini membuat keadaan alami dan "keduniawian" hilang. Baru-baru ini, saya membuat tekad untuk berbicara di Michigan Utara. Lalu, orang yang mengundang saya itu menelepon kembali dan bertanya, "Dapatkah Anda berbicara dua kali selagi Anda berada di sini?" Saya setuju. Beberapa minggu kemudian, ia menelepon kembali dan berkata, "Bill, kami perlu Anda untuk berbicara tiga kali selagi Anda di sini, dan kalau bisa bertemu dengan beberapa orang sekalian sarapan pagi."

"Bagaimana aku dapat sampai di sana dengan tepat?" tanya saya. "Kami dapat mengirimkan pesawat terbang untuk Anda." Tak lama kemudian, ada satu orang lagi dari Texas menelepon. "Bill," katanya. "Saya benar-benar bingung. Ada sekitar seribu anak perguruan tinggi yang hadir, dan pembicara yang telah kami undang tidak dapat hadir. Sebagian besar dari anak-anak ini sudah membaca buku Anda, 'Too Busy Not to Pray', dan acara ini berkisar tentang buku Anda itu. Bisakah Anda menolong kami?" "Kapan?" tanyaku. Ia menjawab dan saya jawab, "Itu tidak mungkin karena saya harus berada di Michigan Utara pagi itu." Lalu, ia bertanya, "Anda ke sana naik apa?" "Ada orang yang akan menjemput saya dengan pesawat terbang." Jawabnya, "Bisakah kamu tanyakan pada orang yang akan menjemputmu untuk membawamu kemari?"

Akhirnya, saya naik pesawat pukul 07.00 pada hari Jumat pagi ke Michigan Utara, bertemu dengan beberapa pemimpin, berbicara tiga kali, dan rapat sambil makan siang. Lalu, saya naik pesawat kembali menuju Texas Selatan, dengan seorang yang terus-menerus bertanya. Makan bersama beberapa pemimpin sambil makan malam, berbicara dua kali, lalu kembali naik pesawat. Tiba di rumah pada hari Sabtu pagi pukul 01.00, sore harinya, saya berkhotbah dan dua kali pada hari Minggu pagi.

Persoalannya, secara rohani saya sehat. Saya telah memelihara kedisiplinan dan berusaha menaati Tuhan. Secara jasmani, saya bertahan, tidak seperti habis lari maraton. Namun, secara emosional, saya terkuras habis. Selain terkuras secara emosional, saya menyadari dua nilai lain yang tersembunyi dari kehidupan yang memusatkan pelayanan. Pertama, jikalau kita terlalu memperhatikan aktivitas rohani, lama-kelamaan kita akan kehilangan perasaan terhadap orang lain selain Tuhan. Kita tidak pernah berada dalam dunia mereka. Kedua, kita akan kehilangan keajaiban gereja, arti keselamatan, dan perasaan berada dalam pekerjaan Tuhan. Kita dapat melebihi batas dalam hal kekekalan sampai kita tidak lagi menghargai kemuliaannya.

Mengetahui hal ini, saya telah memperbarui komitmen untuk masuk dalam aktivitas yang tidak berhubungan dengan gereja. Saya lebih banyak main golf, mendaftarkan diri dalam perlombaan mobil balap, dan belajar mengendarai mobil balap. Jika saya tidak mengatur jadwal, jika saya menunggu sampai jadwal saya kosong, tidak mungkin saya dapat melakukan semua kegiatan tersebut. Dalam pelayanan kekristenan, kebutuhan orang tidak pernah akan habis.

Sasaran hidup saya adalah untuk memonitor sumber kerohanian, jasmani, dan emosi saya sehingga saya dapat melayani dengan bantuan karunia Tuhan selama hidup saya. Saya sering memikirkan Billy Graham, seorang pemimpin yang mempunyai integritas tinggi, yang telah melayani Yesus Kristus selama 45 tahun. Beliau adalah seorang yang rendah hari, suci hatinya, dan efektif. Setiap hari, beliau semakin bergantung pada Kristus. Saya berpikir, "Jika Tuhan tidak mengubah panggilan-Nya dalam hidup saya, dapatkah saya bertahan seperti ini selama dua puluh tahun mendatang?"

Saya yakin Tuhan menginginkan kita hidup untuk menyelesaikan pertandingan yang telah kita mulai. Itu adalah tantangan bagi setiap pemimpin Kristen. Dan, memonitor ketiga alat -- rohani, jasmani, dan emosi -- yang mempunyai bagian penting dalam kelangsungan hidup kita.

Diambil dari:
Judul majalah: HARVESTER, Edisi November/Desember, Tahun 1994
Penulis: Bill Hybels
Penyadur: Rita Makmura dan Cecilia Tanugraha
Penerbit: Indonesian Harvest Outreach
Halaman: 5 -- 9


Kontak: wanita(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, N. Risanti, dan Novita Y.
Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
Miliki Blog atau Website Sendiri
Dapatkan Panduannya
Hubungi : 0813 5643 8312 - 0857 5737 8151 - 0431 8013154
Format SMS : Panduan Isi Pesan
Klik Demo / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
atau pilih template :
Klik, Pilih & Pesan Sekarang / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
G R A T I S
The Christian Blog @ 2011 - 2012
Designer : Joni Wawoh, SH
hostgator promo