Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com
e-BinaSiswa -- Remaja dan Keuangan (2)
Edisi 26/Oktober 2013
DAFTAR ISI:
TIP: REMAJA YANG CERDAS MENGELOLA UANG
BAHAN MENGAJAR: SIKAP YANG BENAR TERHADAP HARTA
Shalom,
Pada edisi yang lalu, kita telah belajar banyak tentang sikap yang harus dimiliki remaja Kristen sehubungan dengan masalah finansial. Pada intinya, setiap orang harus memiliki sikap yang bijaksana dalam memiliki, mencari, dan mempergunakan uang. Jika sikap kita terhadap uang tepat, kita tidak akan mudah jatuh dalam dosa mamon yang dibenci Tuhan.
Kali ini, publikasi e-BinaSiswa akan memperlengkapi pelayanan Anda dengan tip menarik tentang pengelolaan uang dan bahan mengajar untuk remaja dengan tema keuangan. Kiranya bahan-bahan yang kami sajikan dapat berguna bagi pelayanan Anda dan menjadi berkat bagi remaja di gereja Anda. Selamat menyimak, Tuhan Yesus memberkati.
Pemimpin Redaksi e-BinaSiswa,
Doni K.
< doni(at)in-christ.net >
< http://remaja.sabda.org >
TIP: REMAJA YANG CERDAS MENGELOLA UANG
Ada pendapat seorang muda, "Remaja itu pada umumnya adalah masa ketika keuangan mereka masih diperoleh dari 'belas kasihan orang tua.'" Ya, kalau orang tua sedang senang, kamu mungkin dikasih "full" uang jajannya, tetapi kalau sedang sebel "mungkin cuma sepertiga" yang dikasih, sisanya kamu harus usaha sendiri ....
Setuju? Atau, pernah mengalami seperti itu?
Tetapi, prinsip dasarnya, rata-rata remaja yang memiliki keluarga yang utuh dan yang masih tinggal di dalam rumah orang tua atau mungkin juga di asrama sekolah, dapat dipastikan bahwa uang pribadinya berasal dari orang tua.
Memang sih, ada remaja yang kreatif dan aktif sampai-sampai mereka menghasilkan uang sendiri. Tetapi, saya percaya bahwa sekalipun remaja mampu menghasilkan uang, orang tua akan tetap mencukupi kebutuhan anaknya dan membantu mengelola keuangan anak remajanya.
Ok, sekarang buat kamu-kamu yang punya sumber pemasukan keuangan itu standar, yaitu dari orang tua, berikut adalah tip sederhana supaya kamu bisa menjadi remaja yang cerdas mengelola uang.
1. Buatlah Daftar Ingin dan Butuh
Kamu tahu 'kan bedanya ingin dan butuh? "Ingin" itu berarti hal-hal yang kamu inginkan, tetapi sebenarnya tidak kamu butuhkan sekarang atau tidak dibutuhkan sama sekali. "Ingin" kadang cuma seperti aksesori, tidak ada juga tidak apa-apa, hanya untuk memuaskan diri sendiri saja. Tetapi, "butuh" adalah hal-hal yang memang kamu perlukan dan harus ada, itu adalah esensi. Apakah makan pizza tiap minggu adalah kebutuhan atau keinginan?
2. Buat Perencanaan
Ini adalah sebuah perencanaan untuk mengetahui berapa banyak kamu akan mengeluarkan uang, bagaimana caranya, dan untuk apa. Misalkan, kamu mendapat uang pribadi bulanan dari orang tua Rp 300 ribu/bulan atau jika dibuat per hari Rp 10.000/hari. Maka, kamu harus membuat perencanaan pengeluaran yang wajib kamu keluarkan setiap hari seperti transpor dan camilan/makan siang di sekolah atau kampus. Lalu, perencanaan mingguan misalkan pulsa, kolekte, dll.. Perencanaan ini akan membantu kamu mengetahui berapa banyak yang akan kamu pakai dan berapa banyak yang akan kamu simpan. Selain itu, kamu juga tidak akan terlanjur menggunakan semua uang yang ada, apalagi awalnya kelihatan besar.
3. Investasi – Menabung
Siapa bilang urusan investasi adalah urusan mereka yang sudah punya penghasilan besar? Investasi itu berkaitan dengan aktivitas yang memiliki suatu harapan mendapatkan keuntungan di masa depan. Dan, menabung adalah salah satunya. Bagaimana caranya? Kalau kamu mau membuka buku tabungan, itu baik, dan kalau kamu mau memakai cara konvensional atau "jadul", memakai celengan juga boleh. Sejak SD, saya sudah diajar untuk menabung dan sampai sekarang sangat menyukai menabung karena itu adalah gaya hidup yang sehat. Prinsipnya, kamu berusaha memberikan sedikit dari uang yang kamu miliki untuk ditabung. Prinsip "sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit" selalu berlaku. Coba dengan cara ini: setiap ada kembalian dari pembelian sesuatu atau setiap kamu belanja dan ternyata barangnya lebih murah dan kamu dapat uang selisihnya, simpanlah. Jangan langsung pakai uang itu, tetapi pisahkan dan simpan sebagai tabungan.
Tabungan kamu bermanfaat saat kamu ingin membeli barang kesukaan/hobimu, tanpa harus meminta kepada orang tua atau bisa juga dengan patungan dengan orang tua, istilahnya "50-50". Dengan mengeluarkan uang sendiri untuk barang itu, kamu akan lebih menghargai apa yang kamu miliki.
4. Belajar Memberi dan Menabur
Memberi persembahan untuk pekerjaan Tuhan adalah suatu sikap syukur. Jika kamu mempunyai uang jajan dan setiap hari minggu tidak diberikan lagi uang untuk kolekte, itu artinya kamu harus belajar untuk memberi dari yang ada padamu. Bukan masalah besar atau kecil jumlahnya, tetapi ucapan syukur yang mengalir dari hatimu.
Menabur apa sih? Menabur sama dengan memberi, artinya kamu menggunakan uangmu untuk menjadi alat kesaksian kasih Tuhan bagi sesama. Jangan memberi uang receh kepada pengemis, tetapi berikan hal lain yang bisa langsung dikonsumsi oleh mereka, seperti biskuit, permen, buah, susu kotak, wafer, atau barang yang bermanfaat lainnya. Percayalah, apa yang kamu tabur itulah yang kamu tuai. Dan, bahkan Tuhan melimpahkan kepada kamu berkat agar kamu bisa menjadi berkat bagi orang lain.
Lalu, mengapa perlu belajar mengelola keuangan dari sekarang? Karena, uang itu alat dan kita harus cerdas menggunakan alat itu agar berguna bagi kita. Dan, perlu teman-teman ketahui bahwa mengelola uang adalah sebuah kebiasaan yang baik, dan sebuah kebiasaan yang baik tidak bisa muncul begitu saja. Teman-teman perlu membiasakan diri agar menjadi biasa.
Diambil dan disunting dari:
Nama situs: gideonidea.wordpress.com
Alamat URL: http://gideonidea.wordpress.com/2010/10/20/remaja-yang-cerdas-mengelola-uang/
Penulis: Ps. Gideon Sihombing MA
Tanggal akses: 19 Agustus 2013
BAHAN MENGAJAR: SIKAP YANG BENAR TERHADAP HARTA
Ditulis oleh: Doni K.
I. LANDASAN ALKITAB
- Matius 6:19-24
- 1 Timotius 6:10
- 1 Timotius 6:17
II. TUJUAN
Mendorong remaja untuk tidak mengutamakan kekayaan duniawi, melainkan memiliki motivasi yang benar dalam hal finansial.
III. REFLEKSI
Matius 6:19-24
Menjadi orang kaya dan banyak uang adalah mimpi kebanyakan orang. Percaya atau tidak, hampir setiap orang di dunia ini bekerja keras dengan motivasi untuk mendapatkan banyak uang meskipun ada beberapa orang yang memang bekerja keras dengan motivasi kemanusiaan, menyalurkan hobi atau hal-hal yang jauh dari hasrat mencari uang. Lalu, apakah menjadi orang kaya dan banyak uang adalah salah? Dan, apakah saat motivasi kita belajar adalah supaya kita dapat bekerja dan mengumpulkan banyak uang adalah sebuah kesalahan?
Para sahabat muda, mungkin orang tua Anda pernah berkata seperti ini, "Nak, kamu belajar yang tekun ya supaya nanti kamu menjadi anak yang pintar, bekerja mencari uang yang banyak, dan kelak kamu bisa menjadi orang yang kaya, sukses, dan memiliki banyak uang serta bisa membangun rumah besar dan membeli mobil yang bagus." Pesan seperti itu sering kali diberikan orang tua kepada anak-anak mereka yang masih sekolah. Sebab, setiap orang tua pasti tidak ingin melihat anaknya menjadi orang yang hidup dalam penderitaan dan kekurangan. Lalu, apakah ada yang salah dengan pesan tersebut? Apakah ketika orang tua berpesan kepada anaknya untuk menjadi orang kaya dan banyak uang adalah sebuah kesalahan?
Sebenarnya, pesan tersebut tidak sepenuhnya salah. Sebab, dalam kitab Amsal 6:6-8, firman Tuhan mengatakan bahwa Tuhan membenci orang yang malas tetapi mengasihi orang yang tekun. Sehubungan dengan kekayaan, Tuhan juga mengizinkan orang-orang tertentu untuk kaya, misalnya Ayub, Salomo, Daud, Abraham, dsb.. Namun, yang menjadi masalah adalah apabila pesan tersebut diterima dengan pemahaman yang salah dan tanpa penerangan dari firman Tuhan dan Roh Kudus.
Ketika orang tua kita memberi pesan kepada kita untuk tekun dan menjadi orang yang berhasil, itu adalah sesuatu yang baik apabila kita memahaminya sebagai ketekunan yang berdasarkan firman Tuhan. Tuhan menginginkan kita menjadi orang yang tekun belajar dan bekerja. Sebab, tanpa ketekunan dalam bekerja, kita hanya akan menjadi orang yang meminta, bukan memberi. Selain itu, jika kita ingin hidup layak dan diberkati, kita juga tidak dapat berdiam diri saja atau berdoa saja, kemudian menunggu berkat itu jatuh dengan sendirinya. Ingat, berkat adalah bagian Tuhan sedangkan, bekerja dengan tekun adalah bagian kita.
Lalu, bagaimana dengan pesan orang tua kita tentang kekayaan? Dalam hal ini, kitalah yang harus jeli memahami apa itu kekayaan serta bahayanya. Kebanyakan manusia (bahkan, orang tua kita sendiri) sering kali memahami kekayaan duniawi (uang, harta benda, dsb.) sebagai hal yang sangat penting. Jadi, tidak heran jika kita menemui banyak orang yang bekerja keras hanya untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya sehingga mereka dapat memuaskan keinginan dengan membangun rumah yang megah, membeli mobil mewah, memakai baju yang bagus dsb.. Sesudah itu, mereka akan bermegah atas kekayaan yang mereka miliki dan sombong karena telah menjadi orang yang kaya. Dan, pada akhirnya, mereka menganggap rendah orang lain, dan yang lebih parah lagi, lebih mengutamakan hartanya dibandingkan Tuhan.
Dalam Matius 6:19-24, Yesus mengatakan bahwa sebagai anak Tuhan, tidak baik apabila hati dan pikiran kita dipenuhi dengan hasrat untuk menjadi kaya. Sebab, kekayaan yang penting sesungguhnya adalah kekayaan rohani (pengetahuan akan firman Tuhan, pengenalan akan Allah yang benar dan iman). Sebagai orang percaya, kita harus sadar bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara, sedangkan kehidupan kita yang kekal ada di surga. Oleh sebab itu, Tuhan menginginkan kita untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta di surga karena harta di surga bersifat kekal, sedangkan harta di dunia bersifat sementara. Bahaya lainnya adalah ketika kita memiliki hasrat untuk mengumpulkan harta hanya untuk kepuasan dan kedagingan semata. Sebab, jika kita bersikap seperti itu, lama-kelamaan hati kita akan condong kepada harta duniawi dan tidak lagi mengutamakan Tuhan. Dalam Matius 6:24 dikatakan bahwa kita tidak bisa mengasihi uang (harta) dan Tuhan sekaligus, sebab tidak mungkin manusia mengasihi Tuhan dan uang dengan kasih yang sama. Dengan kata lain, manusia hanya bisa mencintai atau mengutamakan Tuhan saja atau uang saja. Dan, apabila manusia sudah mulai mencintai uang, ia tidak lagi mengasihi Tuhan. Orang-orang yang memiliki hasrat untuk mengumpulkan harta yang banyak, tidak mungkin masih menganggap Tuhan sebagai yang utama. Sebab, motivasi hidupnya sudah lain, yaitu mencari uang, bukan memuliakan Tuhan. Itulah sebabnya, kita perlu berhati-hati ketika sudah mulai memiliki keinginan atau nafsu untuk menjadi kaya. Jangan-jangan, kita sudah memiliki motivasi yang salah dalam hidup ini. Dan, pada akhirnya, kita menyembah "mamon".
IV. DISKUSI
1. Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan kekayaan duniawi?
2. Apa yang dimaksud dengan kekayaan surgawi?
3. Mengapa Tuhan melarang kita untuk mengumpulkan harta di bumi?
4. Mengapa Tuhan meminta kita untuk mengumpulkan harta di surga?
5. Apakah memiliki keinginan untuk kaya adalah salah? Mengapa?
6. Bagaimanakah kita seharusnya menggunakan kekayaan kita?
7. Apakah maksud perkataan Yesus yang tertulis dalam kitab Matius 6:24?
V. APLIKASI
Bagi Anda yang masih muda, tidak masalah apabila Anda memiliki cita-cita yang tinggi. Mungkin, Anda ingin menjadi seorang dokter, pilot, pengusaha, guru dsb. sehingga Anda mendapatkan banyak uang. Namun, Anda harus ingat bahwa apa pun yang kita kerjakan adalah untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk kekayaan kita sendiri. Apabila Anda dipercaya Tuhan untuk menjadi orang kaya, biarlah Anda menggunakan kekayaan Anda untuk memuliakan Tuhan.
Melalui pelajaran ini, marilah kita belajar untuk:
1. Tekun belajar dan bekerja supaya menjadi orang yang berhasil dan memuliakan Tuhan dengan keberhasilan yang kita peroleh.
2. Memiliki motivasi yang benar ketika bekerja, yaitu memuliakan Tuhan, menjadi saksi dan menjadi berkat bagi orang lain di tempat kita bekerja.
3. Mempergunakan kekayaan kita dengan benar, yaitu untuk pelayanan pekerjaan Tuhan dan menolong orang lain.
4. Lebih mengutamakan Tuhan daripada uang.
Sumber bacaan:
1. ___________________. "Pelayanan Yesus Kristus". Dalam http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=40&chapter=6&verse=24
2. Keathley, J. Hampton. "Mengelola Keuangan Menurut Alkitab". Dalam http://alkitombuku.wordpress.com/2013/04/09/mengelola-keuangan-menurut-alkitab/
3. Manurung, Johannes. "Bagaimana Anda Cerdas Dalam Mengelola Uang?". Dalam http://johannes-manurung.blogspot.com/2012/06/bagaimana-anda-cerdas-dalam-mengelola.html
Kontak: binasiswa(at)sabda.org
Redaksi: Doni K., Bayu, dan Adiana
Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >