--------------------------------------------------------------------- e-BinaGuru -- MILIS DISKUSI PARA PELAYAN ANAK DAN GURU SEKOLAH MINGGU ---------------------------------------------------------------------
MEMILIHKAN SEKOLAH UNTUK ANAK
Julianto Simanjuntak**
Sumber: http://bit.ly/GMvbI3
Sekarang banyak ortu lagi repot dan pusing urus anak masuk sekolah atau perguruan tinggi. Sejauh mana peran pendidikan di rumah, sekolah dan masyarakat? Dimana sinerji ketiga lembaga tersebut? selamat menyimak.
1. Keluarga Berbasis Anak
Pendidikan anak-anak kita melalui tiga home: Keluarga, Sekolah, dan masyarakat. Bagaimana memahami dan menyiapkan masing-masing 'home' agar anak berhasil ?
Anak yang sehat berasal dari keluarga yang punya sistem nilai dan tradisi keluarga yang sehat. Anak-anak ditanamkan nilai-nilai yang luhur sejak mereka kecil. Ayah mertua saya lahir dari keluarga sederhana tapi dengan nilai moral yang jelas.
Misalnya: diajarkan anak tidak boleh merokok, tidak boleh minum-minuman keras, tidak boleh main judi dalam bentuk apapun. Juga mereka diajarkan bahwa anak tidak berhutang pada orang tua, melainkan orang tua yang berhutang pada anak. Anak diajarkan membalas ke bawah, bukan ke atas. Dengan mengabdi kepada anakmu, itu berarti membalas budi orang tua. Nilai ini sungguh luhur.
Orang tua yang baik adalah orangtua yang rela berkorban demi anak-anak. Mengutamakan anak dalam semua aktifitas, bahkan menjadikannya sebagai pusat aktifitas. Orangtua yang berjuang menjadikan anaknya menjadi "orang".
Meskipun demikian kita tidak perlu mendorong anak harus menjadi orang nomor satu (juara) di kelas. Kita mendorong anak bisa menjadi dirinya sendiri, belajar dengan maksimal yang dia bisa lakukan, dengan mengembangkan minat dan bakatnya.
Ayah mertua saya berasal dari desa kecil di Nias. Tapi sejak kecil ia mendapat visi hidup yang bagus dari ibunya lewat sebuah nasehat. Harapan sang bunda sangat minimal. Ibunya berkata:
" Anakku, kalau kau sekolah saya harap kamu bisa menjadi seorang yang bisa menghitung tahi ayam yang keluar dari pantatnya."
Ini tentu hanya ilustrasi. Yang dimaksud sang Bunda ialah : "Nak, kamu harus bersiap untuk mampu berperan didalam kondisi dan situasi apapun, karena didalam hidup ini masih ada awan diatas awan, dan hidup ini seperti roda berputar. Kamu harus mempunyai kemampuan untuk naik pada saatnya dan menyesuaikan dengan kondisi waktu kamu turun."
Siapa sangka nasehat itu memimpin Ayah mertua saya menjadi seorang Guru Besar?. Setiap orang tua harus menanamkan visi hidup pada anak-anak. Menyiapkan anak bukan hanya siap menjadi leader (pemimpin). Tetapi juga siap menjadi follower (pengikut) atau pekerja (worker) yang baik.
Bahkan kita perlu menyiapkan anak menghadapi kondisi terburuk, menyiapkan dia menjadi bukan siapa-siapa. Jika anak siap menghadapi itu, maka dia tidak akan putus asa atau frustrasi dengan hidupnya.
Contoh klasik yang saya sukai adalah kisah Yusuf. Sang Ayah Yakub mendidiknya dengan baik sejak kecil. Yusuf diajar bekerja keras sejak masih remaja. Itu sebabnya saat Yusuf hanya menjadi pembantu rumah tangga, dia tetap tegar dan menjadi berkat bagi sesamanya. Saat ia masuk penjara karena difitnah istri Potifar, ia tidak putus asa. Sebaliknya karena keteguhannya ia berhasil menjadi Perdana Mentri setelah 13 tahun menjadi bukan siapa-siapa
2. Sekolah berbasis keluarga
Sekolah adalah rumah kedua (the second Home) untuk anak. Rumah pertama (the first home) adalah rumah. Jika anak bermasalah di sekolah, sebenarnya itu berasal dari rumah sebagai rumah pertamanya.
Sekolah yang berbasis keluarga meneruskan apa yang diberikan Ortu di rumah. Di sekolah yang berbasis keluarga, anak-anak dirawat, diperhatikan dan dilindungi. Sistem pendidikannya berpusat pada kebaikan dan kesejahteraan anak. Bukan sekedar bisnis atau mencari keuntungan. Sekolah yang sehat, mengutamakan hubungan dengan anak. Mengembangkan kognisi, skill, elemen afektif, dan juga psikomotor.
Sekolah yang baik memperhatikan kondisi tubuh atau kesehatan anak-anak. Maksud saya adalah, sekolah peduli dengan bangunan kelas, kondisi ruang, pencahayaan, tempat anak-anak jajan, dan sebagainya. Sekolah dan pendidik yang baik juga menerima keadaan anak dengan segala kondisinya. Tidak membedakan anak yang cantik atau tidak, pandai atau tidak. Tetapi bersikap adil pada setiap anak. Jangan sampai terjadi kelompok diskriminasi kelompok sosial: kaya-miskin di sekolah, atau yang punya dengan yang tidak.
Sekolah yang baik juga tidak mengistimewakan satu kelompok agama dan menyingkirkan kelompok agama lainnya. Setiap sekolah harus menanamkan dalam setiap diri anak bahwa meski berbeda mereka saling membutuhkan dan saling menghormati
3. Masyarakat Berbasis sekolah
Selama ini semboyan pemerintah adalah sekolah berbasis masyarakat. Maksudnya ialah supaya masyarakat berperan sebagai penyantun atau 'stage holder' bagi sekolah. Sayangnya, dalam pengalaman beberapa Yayasan sekolah baik negri maupun swasta , seharusnya Yayasan yang mencari uang supaya SPP serendah mungkin, namun kenyataannya malah uang sekolah dinaikkan (mahal). Karena pihak yayasan (diam-diam) malah minta di gaji.
Idealnya di negara yang baik pemerintah harus mensubsidi sekolah baik negri maupun swasta (tertentu). Tujuannya adalah agar biaya sekolah semurah mungkin, sehingga banyak anak-anak bisa sekolah dengan baik hingga ke jenjang perguruan tinggi. Sayangnya sistem pendidikan kita dari dulu lebih banyak bersifat proyek, bahkan sebagian mengandalkan hutang dari luar negri. Sekolah swasta, makin lama uang sekolahnya tak terjangkau alias mencekik. Ijinnya yayasan sosial agar tidak kena pajak, tapi sistem yang dipakai bisnis.
Saran Praktis
Bila kita mencarikan sekolah buat anak, carilah sekolah yang nilai dan sistemnya sama dengan yang kita ajarkan di rumah. Memiliki nilai-nilai yang luhur, mengajarkan persaudaraan dan kesetaraan. Menyiapkan anak kita tidak saja berpengetahuan dan skil tinggi tetapi juga beriman dan berahlak mulia. Jangan tergoda hanya karena nama sekolah itu terkenal, bergengsi, uang sekolahnya mahal dan fasilitasnya wahhh.
Kita harus benar-benar mengenal dengan baik integritas guru hingga ke pemilik Yayasan. Usahakan juga sekolah itu tidak terlalu jauh dari rumah, agar anak tidak stres hanya karena menghabiskan waktu berjam-jam di jalan (khusus yang tinggal di jabodetabek). Jika anda cukup punya uang membayar uang sekolah di sekolah yang baik, jangan pula cari sekolah sekedarnya yang penting murah.
Akhirnya, usahakan sekolah atau perguruan tinggi itu membantu minat dan bakat anak kita menjadi seorang yang siap pakai di bidang yang ia pilih. Bukan hanya lulus sebagai sarjana diktat, tapi punya ketrampilan yang siap pakai. Tema ini dan sub-tema lainnya akan dibahas tuntas dalam seminar peduli konseling nusantara Mei yad. Semoga bermanfaat.
Seminar Peduli Konseling Nusantara XVI, 18-19 Mei 2012 di Hotel Ciputra, Info: 021-5608477. Brosur = http://bit.ly/GL0znn
--------------------------------------------------------------------- Bergabung kirim e-mail ke:Berhenti kirim e-mail ke: Untuk arsip: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaGuru ---------------------------------------------------------------------