e-Wanita -- Kasih Allah
Edisi 78/Februari 2012
MENU SAJI
DUNIA WANITA 1: PELAYANAN KASIH (AGAPE)
DUNIA WANITA 2: BETAPA BESAR KASIH-NYA
WAWASAN WANITA: MEMBUAT HIDUP LEBIH BERMAKNA
Shalom,
Sahabat yang terkasih, kita semua bisa hidup sampai sekarang ini merupakan anugerah kasih Allah yang besar. Untuk membuktikan perlindungan dan kasih-Nya, Allah telah mengawali pelayanan-Nya kepada manusia. Perihal tentang kasih Allah dapat Anda simak dalam sajian kami kali ini. Anda juga dapat menyimak artikel tentang membuat hidup lebih bermakna.
Staf Redaksi e-Wanita,
Fitri Nurhana
< http://wanita.sabda.org/ >
DUNIA WANITA 1: PELAYANAN KASIH (AGAPE)
Kata melayani di dalam kehidupan orang Kristen, merupakan kata dasar yang tidak boleh terpisahkan dari rencana Allah terhadap dunia dan manusia di dalamnya.
Ketika Allah menciptakan manusia, Dia sudah terlebih dahulu melayani ciptaan-Nya -- Adam dan Hawa dengan memberikan dan memenuhi segala kebutuhan mereka untuk hidup tanpa kekurangan apa pun. Bumi, langit, air, matahari, bulan, binatang di darat, di udara, dan segala tumbuh-tumbuhan hijau diberikan untuk manusia. Dia, Allah yang melayani! Secara gampang, melayani dapat didefinisikan sebagai: memenuhi kebutuhan orang lain dengan sebaik-baiknya. Tentu saja, ada pelayan tanpa pamrih atau dengan pamrih (balas jasa, uang, gaji, dll.). Tidak demikian dalam kerajaan Allah! Segala usaha melayani gereja dan sesamanya harus dilakukan tanpa pamrih, bahkan tidak jarang harus disertai dengan curahan tenaga, pikiran, perjuangan, dan sumbangan keuangan yang tidak kecil. Mengapa demikian? Karena motivasi kekristenan dalam melayani bersumber pada Allah yang telah melakukan segala-Nya bagi kita, bagi setiap orang yang percaya sungguh-sungguh terhadap Tuhan Yesus yang mati bagi dosa dan pelanggaran kita. Jadi, masih adakah alasan bagi kita untuk tidak melayani Tuhan dan sesamanya? Seharusnya tidak ada! Selain itu, ingatlah bahwa urutan melayani bagi anak-anak Tuhan harus benar. Pertama-tama, mengikuti Tuhan Yesus dan melayani Dia. Kedua baru melayani sesamanya.
Allah kita memunyai sifat dan karakter "exodus", keluar atau mengarah keluar. Sedangkan manusia, semenjak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, semua kehidupan sampai detik ini, memunyai sifat "egocentris" (ke dalam). Ketika Adam dan Hawa memakan buah pohon kehidupan itu, mereka menjadi "sadar" bahwa diri mereka telanjang. Kata sadar di sini menunjukkan bahwa mereka menjadi melihat ke dalam (keadaan) diri mereka. Sedangkan, Adam dan Hawa diciptakan untuk keluar, untuk melihat segala ciptaan Allah, untuk menguasainya, memeliharanya, dan mengerjakan itu semua. Karena itu, hanya orang-orang kepunyaan Allah yang sanggup kembali kepada konsep ciptaan Allah di dalam Adam dan Hawa, seperti pada waktu Allah berkata: "Marilah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita." Melayani adalah salah satu gambar dan rupa Allah kita! Sifat Allah! Itu kemuliaan yang hilang sejak Adam dan Hawa memakan buah terlarang! Hanya berdamai dengan Allah melalui kelahiran kembali dan pertobatan di dalam Yesus Kristus, maka setiap anak-anak Allah diperlengkapi untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik bagi Allah dan bagi sesama. Rasul Paulus di dalam 2 Korintus 8:5 mengatakan, "Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami."
Memberikan diri kita kepada Allah berarti didamaikan, ditebus dosa-dosanya, dan menjadi ciptaan baru. Ciptaan baru berarti memulai proses untuk memiliki gambar dan rupa Allah yang hilang di dalam kehidupan manusia, yaitu manusia yang peduli sesamanya. Kebanyakan orang, termasuk orang Kristen, cenderung memikirkan dirinya sendiri, kebutuhannya, kemauannya, kepentingannya, bahkan kelemahannya dan kekurangannya. Semuanya ke dalam, ke dirinya sendiri, itulah egocentris (ego: aku, centris: pusat). Pusat perhatian dan kehidupannya, pertama-tama ke "aku" nya, baru orang lain.
Lalu bagaimana dengan orang Kristen? Bagi kita berlaku hal demikian: pusat perhatian dan kehidupan kita, pertama-tama adalah Allah kemudian barulah orang lain. Jadi, di mana tempat kebutuhan diri kita sendiri? Jawabannya yaitu di dalam dan dari Allah! Seperti tertera pada Matius 6:31-34 "Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok memunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Semuanya itu akan ditambahkan. Semuanya berarti segala kebutuhan kita akan dipenuhi Allah tanpa kita perlu memusingkannya! Karena itu, carilah Dia, carilah kebenaran-Nya, beribadahlah dengan sungguh, berdoalah senantiasa, bacalah, renungkan, dan simpanlah firman-Nya di dalam diri kita, carilah Tuhan sementara Dia masih bisa dicari, maka semua kebutuhan kita pasti dipenuhi. Kata "ditambahkan ke padamu" memunyai pengertian "membangun". Allah hanya memberikan segala sesuatu yang membangun (hidup) kita! Yang merusak, yang jelek, dan negatif datangnya bukan dari Allah. Allah tidak memberi itu. Baru setelah kita memberikan hidup kita kepada Dia, kita sanggup untuk memikirkan orang lain, memikirkan kebutuhan dan kepentingan orang lain. Itulah yang hilang di dalam diri kita apabila kita tidak didamaikan dengan Allah. Banyak orang bertahan sebentar saja untuk melayani sesamanya, karena belum hidup benar di dalam Tuhan. Ketika mereka melihat kebutuhan hidupnya yang belum terpenuhi, mereka menjadi khawatir dan cemas. Akhirnya mereka tidak peduli (lagi) dengan orang lain dan berhenti melayani orang lain. Tentu saja kita tetap boleh memikirkan kehidupan kita, agar layak dan berkenan terhadap Tuhan dan manusia, namun jangan memusingkannya!
Roma 14:17-18, "Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus. Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia." Ini kuncinya kita melayani orang lain, yaitu melayani Kristus dengan cara yang benar. Untuk melayani Dia, kita perlu menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi, dan menerima Dia sebagai Kepala dari tubuh-Nya, yaitu jemaat (gereja-Nya) dan berfungsi dalam pelbagai pelayanan yang dikerjakan satu Roh.
2 Korintus 8:4, "Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus." Melayani Kristus adalah melayani tubuh-Nya -- jemaat atau gereja Tuhan yaitu melayani orang-orang kudus atau Kristen, setelah melayani keluar: keluarga, teman, kota, negara, dan dunia. Ingatlah 1 Korintus 12:5 "Ada bermacam-macam pekerjaan untuk melayani Tuhan, tetapi Tuhan yang dilayani itu, Tuhan yang satu juga!"
Selamat melayani Tuhan dan sesama kita!
Diambil dari:
Nama majalah: Curahan Hati, Edisi 5, Juli 2007
Penulis: Pdt.Ir.Emil Danuhyarso (Boen) MSc.
Penerbit: Yayasan Curahan Hati
Halaman: 21 dan 25
DUNIA WANITA 2: BETAPA BESAR KASIH-NYA
Hukum entropi dalam Termodinamika II menyimpulkan bahwa terjadi penyusutan zat. Semua benda dalam dunia ini mengalami penyusutan bobot. Kita sedang mengalami penyusutan bobot. Rasul Paulus mengatakan, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." (Roma 2:23) Jelas sekali bahwa di hadapan Allah, manusia sedang menyusut. Ya, tidak dapat dimungkiri kita semua sedang menyusut. Masa muda kita kelihatan tidak ada masalah, tetapi ketika masa senja tiba, kita berurusan dengan macam-macam kelainan dan penyakit. Kita tidak bisa menghindari tenaga yang berkurang, mata kabur, kulit wajah mengkerut, dll.. Kemuliaan Allah telah sirna dari manusia, yang membuat manusia selalu menyimpang dari ketetapan Allah dan tak berdaya di alam semesta ini.
Salah satu dampaknya ialah kita cenderung lupa, karena memang daya ingat dan fisik kita sedang menyusut. Kita bisa saja tidak ingat lagi akan teman-teman lama dan juga nama-nama mereka. Kalau kita berlalu lalang di sebuah kota yang padat penduduknya, mungkin tidak ada di antara mereka yang kita jumpai, yang kita kenal. Semua wajah yang tampak terasa asing, karena kita belum pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Kemampuan daya ingat kita terbatas.
Pemazmur mengatakan bahwa Tuhan Allah mengetahui tata letak dan nama-nama semua bintang yang bertaburan di angkasa (Mazmur 147:4,5,11 -- "Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya. Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga ... TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya.") Semua benda angkasa dapat dilacak keberadaan dan identitasnya oleh Sang Pencipta. Sungguh sangat ajaib Dia!
Pengenalan Allah yang akurat itu berlaku bagi manusia. Ia mengenal pribadi kita dengan sangat jelas, sehingga tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Allah mengenal kita dengan tepat sekali, lebih dari diri kita mengenal diri kita sendiri. Bahkan, nama-nama kita didaftarkan-Nya dalam Kitab Kehidupan. Sang Pencipta mengenal semua orang di dunia ini dengan amat jelas; tua-muda, besar-kecil, pria-wanita. Ia tahu di mana kita duduk atau berdiri, berjalan atau berbaring. Ia tahu semua yang ada dalam pikiran atau hati kita. Semakin kita menyembunyikan sesuatu di hadapan-Nya, justru hal itu semakin transparan bagi-Nya.
Kalau kita merenungkan sifat Allah kita, semakin kita dibawa pada suatu pemahaman tentang kasih Allah terhadap diri kita. Luar biasa kasih-Nya kepada kita. Ia mengenal manusia apa adanya dengan tujuan untuk bergaul erat dengannya. Musa adalah seorang manusia biasa yang lemah dan memiliki banyak kekurangan, tetapi Allah berkenan menampakkan diri-Nya untuk bergaul dengan Musa. Tuhan Allah yang tinggi luhur itu datang ke tengah-tengah manusia dan berdiam di antara mereka.
Pengalaman yang unik dinikmati oleh Natanael. Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia telah melihatnya duduk di bawah pohon ara. Padahal, menurut Natanael mereka baru saja bertemu dan bertatap muka, "Bagaimana mungkin Engkau mengenal aku?" Pengetahuan manusia memang amat terbatas. Itu menunjukkan bahwa Kristus Mahatahu. Ia mengenal Natanael lebih daripada manusia mengenalnya.
Hebat, bukan? Hal yang sama terjadi dengan kita. Kasih-Nya sangat besar terhadap umat manusia, sehingga Ia datang untuk mencari yang terhilang dan yang tersesat. Kasih-Nya lebih besar daripada kasih kita kepada-Nya.
Diambil dari:
Judul majalah: Kalam Hidup, No.708. Februari 2005
Penulis artikel: Sos
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup
Halaman: 36 -- 37
WAWASAN WANITA: MEMBUAT HIDUP LEBIH BERMAKNA
Perubahan merupakan tanda adanya kehidupan dan pertumbuhan. Berikut ini, "jembatan" untuk membantu Anda mengalami transformasi pribadi.
1. Temukan Siapa Anda dan Apa Tujuan Allah atas Hidup Anda
"Siapakah saya?" merupakan pertanyaan mendasar bagi proses perkembangan pribadi. Menurut John Mason, pengenalan diri adalah pengetahuan yang menunjukkan siapakah diri kita dan harus menjadi seperti apa kita. Tujuannya supaya kita dapat hidup dengan tenteram dan berguna kini dan kelak. Kita adalah anak-anak Allah yang sangat berharga dengan kualitas unik (Yesaya 43:4). Karakteristik fisik, latar belakang, kemampuan mental, dan kepribadian memberikan mosaik dengan kemungkinan tak terbatas. Temukan panggilan Anda melalui talenta (bakat), minat, karunia-karunia, dan pengalaman yang Anda miliki.
2. Realistis
Ini berarti menerima diri Anda sebagaimana Allah menciptakan Anda, dan tidak berusaha menjadi pribadi yang lain. Citra diri yang realistis dan akurat penting untuk mengembangkan bakat-bakat Anda dan menggunakannya bagi kemuliaan-Nya. Pemahaman yang realistis tentang diri kita memberikan titik penting untuk berubah, sehingga dapat mengarahkan perhatian kita pada tujuan menjadi semakin serupa dengan Kristus, baik dalam diri sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain.
3. Arah yang Jelas
Sasaran dan tujuan yang terarah, penting dalam menghadapi perubahan dan pertumbuhan pribadi untuk menentukan kualitas pribadi yang kita kembangkan. Arah memberikan pemahaman mengenai cara membuat profil pertumbuhan pribadi yang efektif, memberikan semangat hidup, serta motivasi batiniah untuk mencapai tujuan.
3. Nantikan Tuhan
Ada kalanya kita mengalami kelesuan atau keletihan. Itulah saatnya kita mengambil waktu teduh dan menantikan kuasa-Nya berkarya dalam hidup kita. Dengan menantikan Tuhan berarti kita sedang mengembangkan kedalaman karakter kita dan mendapat kekuatan baru (Yesaya 40:31).
4. Fokus pada Tujuan
Untuk mendapatkan hasil atau tiba di tempat tujuan, kita harus fokus pada target sasaran atau tujuan. Seperti ketika Yosua hendak masuk ke Tanah Perjanjian, Tuhan mengingatkan, "Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke mana pun engkau pergi" (Yosua 1:7-8).
5. Optimalkan Potensi
Potensi berarti apa yang masih bisa Anda perbuat. Wayne Cordeiro menyebutkan bahwa masing-masing kita menyimpan harta terpendam di dalam bejana tanah liat kita. Tuhan merancang kekayaan ini agar ditemukan dan ditampilkan untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Potensi itu meliputi: impian yang belum diwujudkan, karunia yang belum disingkapkan, dan bakat yang belum dikembangkan. Jangan meremehkan yang tampak sepele saat ini. Dari dalam diri bocah yang dianggap bodoh, tersingkap Thomas Alfa Edison. Melalui seorang penjaja sepatu, tampil penginjil agung D.L. Moody. Dari dalam diri Anda, munculkan potensi optimal Anda dan jadilah pribadi sesuai desain Tuhan.
6. Rintangan, Refleksi, dan Re-interpretasi
Ada kalanya Tuhan memproses hidup Anda melalui rintangan bahkan kegagalan. Rintangan memberi kita jeda untuk berpikir dan mencari solusi. Sebelum melangkah lebih jauh, sediakan waktu untuk melakukan refleksi atas langkah-langkah yang telah Anda tempuh. Mungkin kita harus melakukan re-interpretasi terhadap strategi atau bahkan tujuan kita.
7. Menabur Benih
Pengkhotbah 11:6 mengingatkan agar kita menaburkan benih pagi-pagi, artinya jangan menunggu atau menunda-nunda. Taburlah benih yang bermanfaat bagi kehidupan bersama. Mulailah melakukan dari hal-hal kecil, jangan menunggu segala sesuatu menjadi ideal seperti yang Anda harapkan. Tuhan berjanji mencucurkan air mata akan menuai dengan bersorak sorai (Mazmur 126:5-6).
8. Antusias
Lakukanlah segala sesuatu dengan antusias seperti untuk Tuhan (Kolose 3:23). Kembangkan kualitas-kualitas berharga yang telah Allah berikan kepada Anda dengan penuh semangat. Tanpa antusiasme semangat kita akan mudah padam.
9. Syukur dan Setia
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah..." (1 Tesalonika 5:18) Tidak ada karakter sejati tanpa pengucapan syukur. Memiliki rasa syukur adalah salah satu tanda dari karakter yang kukuh. Dengan mengucap syukur Anda memberi bahan bakar terhadap iman dan pengharapan Anda (Filipi 4:6). Untuk mencapai tujuan Anda perlu setia (Matius 25:21-23; Wahyu 2:10).
10. Inklusif dan Impact
Hidup yang mengalami transformasi tampak dari sikap hidup inklusif memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi semua orang (Kisah Para Rasul 2:42-47). Bunda Teresa, Paus Yohanes Paulus II, dll. dikenang dan dihormati banyak kalangan karena teladan hidup dan kasihnya melampaui batas-batas budaya, politik, sosial, ekonomi, agama, dsb..
Selamat berjuang menjadi pribadi yang diperbarui dan memberi dampak bagi dunia.
Diambil dari:
Judul majalah: Bahana, Edisi Mei 2005, Volume 169
Penulis: Ugie
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 2005
Halaman: 39
Kontak: < wanita(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti dan Fitri Nurhana
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/wanita >
Berlangganan:< subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >