Renungan Harian & Leadership Kristen
| Renungan | Bina | Bio | Buku | Doa | E-JEMMi | Kisah | Konsel | Leadership | Wanita | Humor |

Wednesday, June 4, 2014

[e-Penulis] Perpustakaan di Zaman Digital (II) -- Edisi 154/Juni/2014

Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com

e-Penulis -- Perpustakaan di Zaman Digital (II)
Edisi 154/Juni/2014

DAFTAR ISI
DARI REDAKSI: DARI PENIKMAT MENJADI PENYEDIA BUKU
TIP MENULIS: LANGKAH AWAL MEMULAI PERPUSTAKAAN DIGITAL
TOKOH PENULIS: EKO CAHYONO -- PEMERHATI PERPUSTAKAAN
PENA MAYA: DUNIA PERPUSTAKAAN
STOP PRESS: BERGABUNGLAH DENGAN FACEBOOK E-KONSEL

DARI REDAKSI: DARI PENIKMAT MENJADI PENYEDIA BUKU

Shalom,

Mengunjungi perpustakaan, bagi mereka yang "gila" baca, akan lebih menarik daripada nonton film terbaru, mendaki gunung, atau pergi ke pantai untuk sekadar menyegarkan pikiran. Tidak dimungkiri bahwa deretan buku selalu menyimpan harta berharga yang mengundang untuk digali. Mungkin, beberapa Sahabat e-Penulis pernah berpikir, "Daripada terus-menerus menjadi pengunjung dan penikmat perpustakaan, bagaimana kalau membuat perpustakaan sendiri?" Dari orang yang dilayani menjadi orang yang melayani tentu merupakan keinginan yang mulia. Tak jarang, pemikiran seperti ini mentok pada biaya yang dibutuhkan untuk memiliki koleksi buku sendiri dalam jumlah yang banyak. Namun, teknologi saat ini sepertinya telah datang sebagai jalan keluar untuk masalah ini.

Perkembangan teknologi telah mendorong orang-orang untuk membaca tidak hanya dalam bentuk buku cetak, tetapi dalam versi elektronik. Dari sinilah muncul gagasan untuk membangun perpustakaan elektronik, yang kemungkinan tidak membutuhkan biaya sebesar perpustakaan konvensional. Sahabat yang sudah punya koleksi buku dan tulisan mungkin bisa mulai membangun perpustakaan digital. Bagaimana memulainya? Silakan simak tip pada edisi ini. Sebagai pendorong semangat, kami juga menghadirkan perjuangan Eko Cahyono dalam membangun perpustakaannya. Selamat menyimak.

Staf Redaksi e-Penulis,
Berlin B.
< http://pelitaku.sabda.org >


TIP MENULIS: LANGKAH AWAL MEMULAI PERPUSTAKAAN DIGITAL

Kita sudah membahas pengaruh internet pada sistem perpustakaan. Nah, bagi Anda yang hendak atau sedang memikirkan untuk memulai sebuah perpustakaan digital, langkah-langkah berikut ini diharapkan dapat menolong Anda untuk memulainya.

1. Analisa Kebutuhan
Pada tahap awal, pertanyaan yang muncul adalah apakah perpustakaan digital memang diperlukan. Pertanyaan ini tidak dapat dijawab hanya berdasarkan perkiraan semata, tetapi harus diadakan studi untuk menentukan kebutuhan yang disebut dengan analisis kebutuhan (need analysis). Apabila analisa kebutuhan sudah dilakukan dan jawabannya adalah positif, tahap berikutnya adalah menentukan tujuan. Tujuan ini harus didasarkan pada visi dan misi perpustakaan serta lembaga induknya. Masing-masing perpustakaan mempunyai tujuan yang berbeda, tergantung kondisi masing-masing perpustakaan.

2. Studi Kelayakan
Apabila penentuan kebutuhan dan tujuan sudah dilakukan, tahap berikutnya adalah melakukan studi kelayakan, yang penilaiannya meliputi komponen sebagai berikut:

"Technically feasible" (apakah secara teknis layak).
Kelayakan secara teknis ini menjadi faktor penentu dalam membangun perpustakaan digital karena perpustakaan digital memerlukan infrastruktur dan tenaga yang memadai seperti adanya provider untuk internet, hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak), jaringan telepon, listrik, serta tidak kalah pentingnya adalah tersedianya tenaga teknis yang dapat mengoperasikannya.

"Economically profitable" (apakah secara ekonomi menguntungkan).
Ukuran yang dipakai dalam perhitungan aspek ekonomi tidak harus dihitung dari berapa laba yang akan diperoleh, melainkan sejauh mana pengaruh perpustakaan digital yang akan kita bangun terhadap efektifitas dan efisiensi layanan perpustakaan.

"Socially acceptable" (apakah secara sosial dapat diterima).
Apakah secara sosial pembangunan perpustakaan digital tersebut dapat diterima oleh pengguna perpustakaan dan staf perpustakaan? Pertanyaan ini tentunya harus dijawab sebelum kita melaksanakan digitalisasi perpustakaan. Sekalipun secara teknis layak dan secara ekonomis menguntungkan, belum ada jaminan bahwa pelaksanaan pembangunan digital perpustakaan pasti berhasil tanpa memperhitungkan aspek sosial. Oleh karena itu, sebelum program perpustakaan digital dijalankan, sebaiknya ada program sosialisasi terlebih dahulu. Analisa aspek sosial ini juga dapat menyangkut aspek hukum. Kita harus tetap menjunjung tinggi hukum, terutama yang menyangkut Undang-Undang Hak Cipta. Misalnya, kita tidak diperkenankan dengan bebas melakukan "scan" atas buku-buku yang dimiliki oleh perpustakaan, untuk selanjutnya kita masukkan dalam database tanpa seizin pemilik hak ciptanya.

3. Memilih Software
Pemilihan software hanya diperlukan apabila kita ingin membangun database untuk kepentingan perpustakaan digital (sebagai penyedia informasi), tetapi apabila kita hanya ingin membangun perpustakaan digital sebagai konsumen (memanfaatkan perpustakaan digital yang sudah ada), pemilihan software tidak menjadi penting. Kriteria pemilihan software untuk database antara lain:

Akses Poin
Software yang baik adalah software yang memiliki akses poin yang banyak, paling tidak data yang kita miliki itu dapat ditelusur melalui judul, pengarang, dan subjek atau kombinasi dari ketiganya.

User Friendly
User friendly mempunyai arti bahwa software yang seharusnya dipilih adalah software yang mudah digunakan tanpa memerlukan waktu pelatihan yang lama, begitu komputer dibuka, para pengguna dapat berinteraksi dengan mudah dan cepat walaupun hanya latihan sebentar.

Sustainability
Membangun perpustakaan digital berarti membangun untuk jangka panjang. Supaya investasi yang ditanamkan tidak terbuang sia-sia, perlu dipertimbangkan dengan hati-hati tentang keberlanjutan software yang kita beli. Sebaiknya, belilah software dari lembaga yang profesional, bukan dari perorangan.

Price
Umumnya, kita akan menghadapi dilema dalam mempertimbangkan harga. Software yang baik biasanya harganya relatif mahal, sementara software yang murah/gratis biasanya kurang dapat memuaskan kebutuhan kita.

4. Pelaksanaan
Dalam tahap ini, khususnya untuk pembentukan database, kita harus mempunyai prioritas. Prioritas ini bergantung pada masing-masing perpustakaan. Disarankan untuk memulai pembentukan database dari produk-produk lokal, seperti hasil penelitian, hasil pengabdian masyarakat, tesis, disertasi, skripsi, dan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga di sekeliling kita.

5. Evaluasi
Seperti pada program dan kegiatan perpustakaan lainnya, evaluasi untuk pembangunan perpustakaan digital harus selalu dilakukan secara terus-menerus dalam suatu periode tertentu untuk mengetahui apakah tujuan yang telah kita canangkan sudah tercapai dan apakah program tersebut dapat memuaskan pengguna perpustakaan. Tingkat kepuasan pengguna perpustakaan harus selalu kita pantau dan hasil pemantauan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan apakah program perpustakaan digital perlu diteruskan, disempurnakan atau dibatalkan.

Diambil dan disesuaikan dari:
Nama situs: UPT Perpustakaan
Alamat URL: http://pustaka.uns.ac.id/?menu=news&option=detail&nid=37
Judul asli artikel: Membangun Perpustakaan Digital: Suatu Tinjauan Aspek Manajemen
Penulis artikel: Harmawan
Tanggal akses: 27 Maret 2014


TOKOH PENULIS: EKO CAHYONO -- PEMERHATI PERPUSTAKAAN

Demi sebuah perpustakaan, seorang Eko Cahyono yang tidak memiliki pendidikan tinggi sangat peduli terhadap perpustakaan yang ia buat. Semangatnya yang tinggi untuk memberikan fasilitas pendidikan membaca kepada anak-anak putus sekolah di Malang, harus kita contoh.

Berikut adalah sedikit profil dari Eko Cahyono dan perpustakaannya (dari Kick Andy).

Berawal dari hobi membaca tabloid-tabloid dan merasa sayang untuk meloakkan sekitar 400-an koleksinya, Eko mulai meminjamkannya kepada masyarakat. Eko mempunyai tekad untuk memajukan pendidikan bagi anak–anak dan remaja putus sekolah.

Untuk mendapatkan tambahan koleksi, ia mencari sumbangan buku-buku dari rumah ke rumah. Sampai saat ini, sudah sekitar 1.246 pintu rumah ia ketuk. Karena koleksi bukunya terus bertambah, Eko akhirnya mendapat teguran dan tentangan dari keluarganya sehingga ia akhirnya rela diusir dari rumah.

Akhirnya, Eko mulai mengontrak tempat untuk menampung buku-buku yang makin lama makin banyak. Perpustakaan yang didirikannya sejak tahun 1998 ini sampai sekarang sudah pindah kontrakan sebanyak 9 kali dalam kurun waktu 11 tahun. Tempat yang sekarang ditempatinya berupa gubuk bambu berukuran 6 x 9 meter, yang terletak di desa Sukopuro, kecamatan Jabung, kabupaten Malang, Jawa Timur. Di tempat inilah, sekarang, Eko tinggal dan mengelola perpustakaan kampungnya.

Menurut Eko, anggota perpustakaannya sudah mencapai 8000 orang dan koleksinya terdiri atas buku, majalah, tabloid, kamus, ensiklopedia, buku pengetahuan umum, sastra, pelajaran sekolah hingga komik anak-anak. Total seluruhnya sudah mencapai sekitar 15.000. Salah seorang guru mengusulkan agar perpustakaannya diberi nama Perpustakaan Anak Bangsa (PAB). Perpustakaan ini buka 24 jam sehari, hari Senin -– Minggu, dan tidak pernah tutup. PAB melayani hampir semua desa di seluruh kabupaten Malang karena kebanyakan sekolah kabupaten tidak memiliki perpustakaan sehingga mereka meminjam buku-buku referensi dari PAB.

Untuk membiayai operasional perpustakaan, dia bekerja apa saja termasuk menjadi penjaga stand. Eko memang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia khawatir jika ia bekerja penuh waktu, tidak ada yang mengontrol perpustakaannya. Untuk mempertahankan PAB, sejak 2 tahun lalu, Eko sudah bersiap-siap menjual salah satu ginjalnya. Syaratnya, orang yang mau membeli ginjalnya harus mau membangunkan gedung permanen untuk PAB. Pernah ada orang dari Jawa Tengah yang berminat untuk membeli ginjalnya sebesar Rp 200 juta, tetapi tidak jadi karena orang tersebut akhirnya keburu meninggal.

Eko sudah banyak berkorban untuk perpustakaannya. Ia sudah menjual playstation, radio, HP, dan sepeda motor kesayangannya untuk sewa gubuk, bayar listrik, dan biaya operasional PAB. Ditambahkannya, PAB pernah tertimpa pohon tumbang dan kebanjiran. Namun, tidak sekalipun ada bantuan dari pemerintah kabupaten, paling-paling hanya datang melakukan kunjungan sesekali.

Motivasi Eko mempertahankan PAB adalah agar anak-anak di kampung yang memiliki banyak waktu luang bisa pintar tanpa harus sekolah. Ia juga ingin membudayakan membaca kepada mereka. Sekarang ini, Eko sedang menghadapi permasalahan yang cukup sulit karena dalam waktu sebulan PAB sudah harus pindah lagi, tetapi ia tidak mempunyai biaya. Menurutnya, orang-orang yang datang tidak pernah mau tahu dari mana buku-buku tersebut berasal.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Blognya Ilmu Perpustakaan
Alamat URL: http://ilmuperpus.com/2010/06/04/demi-perpustakaan-seorang-lulusan-sd-nekat-menjual-ginjalnya/
Judul asli artikel: Demi Perpustakaan, Eko Cahyono Nekat Menjual Ginjalnya
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 19 Februari 2014


PENA MAYA: DUNIA PERPUSTAKAAN

Topik seputar perpustakaan menjadi topik yang sangat menarik bagi para pecinta buku dan pemerhati perpustakaan. Namun, sudahkah kita mengamati perkembangan teknologi dan kemajuan zaman ini, yang secara tidak langsung akan memengaruhi cara pengelolaan perpustakaan? Situs Dunia Perpustakaan yang kami sajikan ini akan memberi gambaran yang luas bagi Anda, terutama untuk melihat dan mempertimbangkan "kehidupan" perpustakaan sekarang ini dan masa depan. Melalui situs ini, Anda bisa mendapatkan info-info penting dan berita-berita terbaru seputar dunia perpustakaan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Anda juga bisa mengunduh software perpustakaan, yang tentunya akan sangat berguna untuk mengembangkan perpustakaan. Kami berharap situs ini dapat semakin menambah wawasan Anda, terlebih lagi untuk memotivasi para pecinta buku dan pemerhati perpustakaan agar lebih giat lagi dalam memedulikan dan mengembangkan perpustakaan yang sudah ada. Silakan berkunjung ke situs Dunia Perpustakaan sekarang juga! (Santi T.)

Situs: http://duniaperpustakaan.com/
Download software: http://duniaperpustakaan.com/download-software-perpustakaan/


STOP PRESS: BERGABUNGLAH DENGAN FACEBOOK E-KONSEL

Bertolak dari kerinduan kami untuk memperlengkapi para konselor Kristen di Indonesia, Yayasan Lembaga SABDA menghadirkan komunitas Konselor di Facebook. Dalam komunitas ini, kami menghadirkan berbagai informasi tentang publikasi e-Konsel -- terbit sebulan sekali setiap hari Selasa minggu kedua --, pertanyaan diskusi yang biasa dihadapi konselor dalam menolong konseli, dan berbagi pokok doa antarkonselor atau konseli.

Anda berbeban berat dan ingin berkonseling dengan kami? Silakan bergabung dengan Facebook e-Konsel dengan alamat < http://fb.sabda.org/konsel >. Pastikan Anda semakin mantap dalam melayani sebagai konselor dengan terus membaca bahan-bahan yang kami bagikan. Selamat melayani.


Kontak: penulis(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Santi T., dan Berlin B.
Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
Miliki Blog atau Website Sendiri
Dapatkan Panduannya
Hubungi : 0813 5643 8312 - 0857 5737 8151 - 0431 8013154
Format SMS : Panduan Isi Pesan
Klik Demo / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
atau pilih template :
Klik, Pilih & Pesan Sekarang / Contoh & Tutor Tingkat Menengah
G R A T I S
The Christian Blog @ 2011 - 2012
Designer : Joni Wawoh, SH
hostgator promo