Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com
e-Penulis -- [e-Penulis] Perpustakaan di Zaman Digital (I)
Edisi 153/Mei/2014
DAFTAR ISI
DARI REDAKSI: PERPUSTAKAAN KINI TAK LAGI SAMA
ARTIKEL: PERPUSTAKAAN DULU DAN SEKARANG
POJOK BAHASA: SELINTAS PUSTAKAWAN, PERPUSTAKAAN, DAN PEMUSTAKA
STOP PRESS: DAPATKAN PUBLIKASI 40 HARI DOA, "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"!
DARI REDAKSI: PERPUSTAKAAN KINI TAK LAGI SAMA
Shalom,
Apa yang Pembaca bayangkan ketika mendengar kata "pepustakaan"? Kebanyakan kita tentu memikirkan rak-rak berdebu yang dipenuhi buku, lengkap dengan pustakawan berkacamata tebal yang ke mana-mana selalu menegur pengunjungnya jika mereka berisik. Stereotip semacam itu seharusnya tidak lagi melekat pada perpustakaan pada zaman digital ini. Sesuai dengan berkembangnya media literatur yang tak melulu berupa teks dan gambar, perpustakaan pada zaman ini pun mengalami perubahan yang sangat drastis. Apa perubahan yang terjadi pada perpustakaan? Dan, bagaimana perpustakaan pada zaman digital memenuhi kebutuhan generasi saat ini? Teruslah membaca edisi ini dan temukan jawabannya melalui artikel-artikel yang kami sajikan ke hadapan pembaca sekalian.
Semoga apa yang kami sajikan pada edisi bermanfaat bagi Pembaca sekalian. Selamat membaca!
Pemimpin Redaksi e-Penulis,
Yudo
< yudo(at)in-christ.net >
< http://pelitaku.sabda.org >
ARTIKEL: PERPUSTAKAAN DULU DAN SEKARANG
Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya. Perpustakaan merupakan suatu tempat atau wadah untuk mencari sumber-sumber disiplin ilmu. Akan tetapi, bukan itu saja, perpustakaan juga merupakan sarana edukatif dan rekreatif. Perpustakaan tidak begitu saja menjadi sarana yang menyediakan berbagai kebutuhan pengguna, pada awalnya perpustakaan merupakan sarana yang hanya menyediakan buku-buku yang bisa diakses oleh pengguna. Perpustakaan zaman dahulu masih berkutat pada bagaimana memberi informasi kepada pengguna, hal ini membuat pengguna tidak bisa mandiri dalam mengakses informasi. Dengan stigma bahwa perpustakaan merupakan tempat yang sunyi, sepi, membosankan disertai dengan penjaga perpustakaan yang tidak ramah membuat perpustakaan zaman dahulu menjadi tempat yang enggan untuk dikunjungi. Tidak hanya itu, koleksi yang disediakan pun terbatas dan tidak semuanya bisa diakses oleh pengguna. Akan tetapi, dengan semakin berkembangnya zaman ke arah globalisasi, perpustakaan pun turut berubah mengikuti zaman.
Pada perkembangannya, perpustakaan tidak selalu menjadi tempat yang membosankan. Saat ini, perpustakaan tidak hanya menjadi sarana edukatif saja, tetapi juga menjadi sarana rekreatif. Walaupun menjadi sarana rekreatif, tetap tidak mengurangi fungsi utama dari perpustakaan tersebut. Perpustakaan zaman sekarang sudah mampu menciptakan dan membagikan informasi, inilah perbedaanya dengan perpustakaan zaman dahulu yang hanya menyediakan informasi untuk para pengguna perpustakaan. Tidak hanya itu, dengan semakin majunya teknologi informasi, perpustakaan pun mulai mengaplikasikan TV dan video sebagai sarana informasi, padahal dulu sarana tersebut tidak boleh diaplikasikan karena akan mengganggu pengakses perpustakaan. Dari tahun ke tahun, perpustakaan semakin berkembang ke arah yang lebih baik dan menjadi tempat yang nyaman bagi para penggunanya, penataan manajemennya pun semakin maju dan efektif sehingga lebih maksimal dalam memberikan pelayanan. Inilah yang menjadikan perpustakaan zaman sekarang lebih efisien, berbeda dengan zaman dahulu, perpustakaan yang penataan manajemennya cenderung kurang efisien. Kemajuan zaman memang menuntut perpustakaan untuk membenahi diri agar tidak ditinggalkan masyarakat.
Dalam pembenahannya, perpustakaan berkembang ke arah digital, dari katalog, jurnal, sampai buku pun ada bentuk digitalnya. Akan tetapi, sampai kapan pun, peran buku tidak dapat digantikan oleh media digital. Dengan semakin berkembangnya perpustakaan digital, para pengguna lebih dimudahkan untuk mengakses bahan pustaka karena berbagai koleksi sudah tersedia dalam bentuk digital. Namun, dengan mudahnya koleksi perpustakaan diakses dengan cara online, bukan berarti pengunjung perpustakaan menjadi malas untuk berkunjung ke perpustakaan. Karena perpustakaan zaman sekarang juga telah menyediakan alat-alat canggih untuk mengakses berbagi informasi secara online.
Dengan mengetahui prinsip-prinsip kepustakawanan yang ada, seharusnya perpustakaan dapat berperan banyak dalam mengakses informasi. Inilah peran penting perpustakaan, tetapi penyebaran informasi dan berbagai pelayanan yang ada tidak akan tercapai secara maksimal apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang ada, yang berkompeten pada bidangnya. Zaman sekarang, pustakawan dituntut untuk mengikuti perkembangan yang ada, yang mengacu pada perkembangan perpustakaan pula. Inilah bedanya pustakawan zaman dulu dan zaman sekarang. Meski memiliki stigma bahwa pustakawan adalah orang tidak ramah dan jarang senyum, stigma tersebut sedikit demi sedikit sudah mulai luntur. Pustakawan saat ini tidak hanya bertugas untuk mencari informasi. Semakin ke sini, mereka cenderung bertugas untuk membantu para pengguna perpus dalam menelusuri informasi sehingga membuat pengakses perpustakaan lebih mandiri dalam mengakses informasi. Dalam konteks ini, pustakawan bukan berarti hanya membantu mencari, tetapi melayani apa yang dibutuhkan pengakses perpustakaan. Perkembangan perpustakaan yang cukup pesat benar-benar memengaruhi berbagai aspek yang ada di perpustakaan, yang tentunya ke arah yang lebih positif. Pelayanan yang ada di perpustakaan saat ini tidak hanya berfokus pada buku, tetapi juga pada hiburan-hiburan seperti pemutaran film, layanan wifi, music, dan lain-lain. Tentunya, hal ini akan lebih menarik perhatian pengunjung untuk sering berkunjung ke perputakaan.
Saat ini, perpustakaan tidak hanya dijadikan sebagai tempat penyimpanan buku, tetapi juga sebagai pusat informasi bagi para pengunjung yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Di perpustakaan, para pengunjung dapat mengakses sumber-sumber informasi, mulai dari buku terbitan zaman dahulu sampai zaman sekarang. Apalagi, saat ini buku-buku terbitan lama tidak hanya disimpan dalam bentuk cetak saja, tetapi para pustakawan juga telah membuat versi digitalnya.
Pada intinya, perkembangan perpustakaan sangatlah pesat, banyak sekali perbedaan perpustakaan zaman dulu dan zaman sekarang. Kesan "angker" yang dahulu sangat melekat pada perpustakaan, lambat laun mulai luntur. Justru saat ini, perpustakaan menjadi tempat yang menghibur dan menyenangkan. Perkembangan perpustakaan begitu cepat, tetapi juga tidak melupakan fungsi utama dari perpustakaan itu sendiri, yaitu sebagai tempat rujukan informasi. Yang perlu diingat, tanpa adanya perpustakaan zaman dulu, perpustakaan zaman sekarang juga tidak akan menjadi perpustakaan seperti saat ini.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: UNAIR.ac.id
URL situs: http://jesi-aprilia-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-67984-Umum-Perpustakaan%20Dulu%20dan%20Sekarang.html
Penulis: Jesi Aprilia
Tanggal akses: 17 Februari 2014
POJOK BAHASA: SELINTAS PUSTAKAWAN, PERPUSTAKAAN, DAN PEMUSTAKA
Kadang-kadang, ketika mendengar pertanyaan seperti: "Apa sih sebenarnya perpustakaan itu?" Jawaban paling sederhana yang sering diutarakan beberapa orang yang saya temui adalah gudang buku, tempat membaca, atau taman bacaan. Namun, ada pula pihak-pihak yang lebih maju, yang mengatakan bahwa perpustakaan adalah institusi yang memfasilitasi terjadinya interaksi ilmu pengetahuan dan dikelola dengan sistem yang baku.
Nah, kalau pustakawan (librarian) itu siapa sih? Pustakawan sebenarnya merujuk pada profesi perorangan atau kelompok dengan karya di bidang dokumentasi, perpustakaan, dan informasi. Pustakawan bertanggung jawab atas pemeliharaan bahan pustaka dan "content" di dalamnya, termasuk pemilihan, pengolahan, dan organisasi, serta penyediaan informasi, instruksi, dan jasa peminjaman untuk memenuhi kebutuhan pemustaka.
Sekarang, kalau pemustaka (user/patron) siapa lagi tuh? Pemustaka adalah sebutan yang melingkupi siapa pun yang menggunakan sumber daya dan jasa koleksi perpustakaan. Seorang pemustaka tidaklah harus seseorang yang meminjam dan atau telah tercatat keaanggotaannya pada sebuah perpustakaan.
Hal-hal di atas selalu menarik untuk didalami, walaupun kita begitu sering berhadapan dengan hal-hal tersebut. Berikut ini adalah contoh ilustrasi yang terjadi di lapangan; ketika seorang pemustaka berinteraksi dengan pustakawan di sebuah perpustakaan umum di salah satu kota di Indonesia:
Pemustaka: "Bang Pustakawan, buku yang saya cari kok nggak ketemu-ketemu di rak ya? Padahal katalog online (OPAC/Online Public Access Catalog) nunjukinnya di sana."
Bang Pustakawan pun tersenyum, lalu balik bertanya.
Pustakawan: "Maaf, boleh tahu nomor klasifikasinya berapa?"
Pemustaka: "Wah nomor apaan tuh? Saya nggak perhatiin, tapi judul bukunya "Fungsi Pengadilan pada Zaman Mesir Kuno", nama pengarangnya Dr. Datuk Belalang, M.Si., Bang."
Pustakawan: "Kalau tidak salah, nomor klasifikasi buku itu 347.010 932 dengan nomor panggil BEL 347.010 932 f. Letaknya di rak 'Kategori Ilmu-Ilmu Sosial', mari saya antar ke sana."
Bang Pustakawan pun mengantar pemustaka tersebut menuju tempat rak yang dimaksud. Tidak beberapa lama, buku yang dimaksud ditemukan. Ternyata, pemustaka tersebut hanya melihat judul dan penulisnya, tetapi tidak memerhatikan nomor klasifikasi koleksi yang dicari.
Pemustaka: "Semua koleksi perpustakaan itu kok pake nomor-nomor segala? Seperti nomor kendaraan aja, Bang."
Pustakawan: "Salah satu tujuan utama sebuah perpustakaan yaitu mengusahakan agar semua pemustaka dapat secara mudah dan langsung memeroleh koleksi yang dicari. Nah, selain katalog online tadi, nomor klasifikasi adalah salah satu dari alat-alat yang diciptakan untuk hal tersebut."
Pemustaka: "Untuk membuat klasifikasi seperti itu, ada aturannya nggak Bang? Seperti rumus gitu?"
Pustakawan: "Ada, yang sering digunakan di Indonesia adalah sistem DDC (Dewey Decimal Classification), UDC (Universal Decimal Classification), Klasifikasi Khusus Islam, dan sebagainya. Standarnya tentu disesuaikan dengan kemudahan bagi perpustakaan."
Pemustaka: "Kebetulan saya sedang ikut lomba menulis karya ilmiah tentang sistem pengadilan kuno nih Bang, bisa ngasih tahu nomor klasifikasi "Kamus Sistem Tulisan dan Fonologi Bahasa Yunani Klasik" nggak Bang?"
Pustakawan: "Itu termasuk nomor klasifikasi 481."
Pemustaka: "Wah, abang tahu juga ya, nanti saya cari sendiri deh tapi kalo kesulitan dibantu ya Bang. He...he...he...."
Pustakawan: "Dengan senang hati. Oh ya, kami juga menyediakan majalah dan jurnal-jurnal sejarah, bisa pilih yang ada di 'online database' atau yang jenis tercetak. Untuk koleksi visual di ruang audio visual terdapat film-film dokumenter sejarah seperti "Persia Law 300 BC", "The Alexandria Judge", "Al-Ma'mun's Law in Baghdad" mungkin bisa membantu?"
Pemustaka: "Gratis 'kan Bang?"
Putakawan: "Iya, tentu gratis karena diperuntukkan bagi setiap pemustaka."
Pemustaka: "Oh ya, Bang, kalo kerja di perpustakaan itu harus sekolah tinggi atau siapa saja boleh?"
Pustakawan: "Tentunya dengan sertifikasi khusus seperti profesi lain pada umumnya. Kalau kuliah, ada jurusan khusus Ilmu Perpustakaan dan Informasi atau bisa juga seseorang telah mengikuti pendidikan kepustakawanan sesuai dengan standar waktu yang telah ditentukan."
Pemustaka: "Oh gitu ya Bang, wah saya kira siapa saja diperbolehkan dan mudah saja kerjanya. Ternyata, hmmm ...."
Bang pustakawan pun tersenyum, lalu mempersilakan pemustaka tersebut melanjutkan pencarian koleksi-koleksi yang dibutuhkan.
Dari ilustrasi di atas, kita dapat belajar bahwa sebaiknya, sebelum pemustaka menggunakan perpustakaan, mereka juga mendapatkan atau mengikuti program pendidikan pemakai (user education) yang dibimbing langsung oleh pustakawan. Setiap perpustakaan memiliki kebijakan tersendiri mengenai waktu dan sistem tersebut, tetapi pada dasarnya, semua perpustakaan sepakat program tersebut bertujuan untuk mengenalkan perpustakaan lebih dalam kepada setiap pemustaka sehingga mereka dapat mengakses setiap informasi dalam koleksi-koleksi perpustakaan dengan lebih efektif.
Mari agendakan perpustakaan menjadi salah satu tempat yang Anda kunjungi hari ini. Salam literasi!
Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Kompasiana.com
URL situs: http://edukasi.kompasiana.com/2014/01/04/selintas-pustakawan-perpustakaan-dan-pemustaka-621969.html
Penulis: Muhammad Rosyihan Hendrawan
Tanggal akses: 19 Februari 2014
STOP PRESS: DAPATKAN PUBLIKASI 40 HARI DOA, "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"!
Sebagai orang percaya, kita tentu rindu melihat semakin banyak orang mengenal Injil dan beroleh jalan kepada Kristus dalam kehidupan mereka. Doa merupakan salah satu upaya yang dapat kita lakukan agar kuasa Tuhan bekerja demi tujuan tersebut. Untuk itu, kami mengajak Anda bersatu hati dalam doa bagi saudara-saudara kita, khususnya bagi mereka yang akan melaksanakan ibadah puasa bulan Juni-Juli mendatang.
Anda rindu untuk mengambil bagian berdoa bagi bangsa-bangsa? Silakan kirimkan e-mail ke:
==> < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org > dan kami akan mengirimkan pokok-pokok doa dalam versi e-mail untuk Anda.
Silakan ajak teman-teman Anda juga untuk bergabung dengan kita. Anda cukup mengirimkan alamat e-mail mereka ke Redaksi e-Doa di: < doa(at)sabda.org >
Mari kita berpuasa dan berdoa bersama-sama untuk Indonesia agar semakin banyak orang mendapat jamahan dari Tuhan, dan Indonesia penuh kemuliaan-Nya. Mari kita menjadi pendoa-pendoa yang mengasihi bangsa-bangsa, khususnya bangsa Indonesia.
Kontak: penulis(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Santi T., dan Berlin B.
Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >