Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.christ@blogger.com
e-Penulis -- Buku Teks Pelajaran (I)
Edisi 143/Oktober/2013
DAFTAR ISI
DARI REDAKSI: MENGENAL BUKU TEKS PELAJARAN
ARTIKEL: BUKU TEKS PELAJARAN DAN PERANANNYA
POJOK BAHASA: MEMBANGUN BANGSA DENGAN BAHASA INDONESIA
DARI REDAKSI: MENGENAL BUKU TEKS PELAJARAN
Shalom,
Buku teks pelajaran tidak dapat dipisahkan dari dunia akademis. Sejak Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi, kita selalu membutuhkan buku ini untuk menolong kita memahami mata pelajaran atau mata kuliah yang disampaikan. Namun, seberapa jauh kita mengenal definisi buku teks pelajaran? Dan, bagaimana kriteria buku teks yang baik?
Pada edisi kali ini, e-Penulis mengajak Pembaca sekalian untuk mengenal lebih jauh mengenai buku teks sehingga kita dapat bersikap kritis terhadap buku teks yang kita gunakan. Jangan lupa, simak pula tulisan Dr. Dorodjatun Kuntjoro tentang Bahasa Indonesia dan fungsinya dalam pembangunan bangsa. Kiranya apa yang kami sajikan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Tetaplah berkarya!
Pemimpin Redaksi e-Penulis,
Yudo
< yudo(at)in-christ.net >
< http://pelitaku.sabda.org >
ARTIKEL: BUKU TEKS PELAJARAN DAN PERANANNYA
Pendidikan, sebagai aktor utama yang memegang peran penting bagi kemajuan bangsa, saat ini masih terus dalam tahap perbaikan dan peningkatan kualitas. Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan, khususnya pelajaran bahasa Indonesia, secara sistematis telah dilakukan oleh pemerintah. Perbaikan-perbaikan tersebut dilakukan dalam berbagai hal seperti tenaga pendidik, fasilitas sekolah, dan juga penataan perangkat pendukung pembelajaran bahasa Indonesia.
Perangkat pembelajaran bahasa Indonesia yang dianggap strategis dalam upaya peningkatan mutu pendidikan bahasa Indonesia adalah kurikulum. Kurikulum yang dikembangkan di Indonesia selalu mengalami kemajuan yang signifikan. Kurikulum 1975 sebagai kurikulum penyempurna dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1968, merupakan kurikulum yang sudah mengalami kemajuan. Kurikulum 1975 ini merupakan awal dari terbentuknya pengajaran yang semula berorientasi pada guru, berubah menjadi lebih berorientasi pada siswa. Hal ini terbukti dalam kurikulum 1975 yang dinamakan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Kurikulum 1975 ini kemudian disempurnakan oleh kurikulum 1984, dan selanjutnya disempurnakan lagi oleh kurikulum 1994 yang sudah diarahkan pada fungsi komunikasi. Kurikulum 2004, yang merupakan kurikulum penyempurna kurikulum sebelumnya, lebih mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Kurikulum 2004 yang dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini menyediakan banyak sekali pembaruan dalam pembelajaran. Pembaruan pembelajaran yang dilakukan dalam kurikulum ini, misalnya dengan menerapkan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Namun, Kurikulum 2004 itu ternyata hanya berlaku selama 2 tahun saja. Tahun 2006 dikeluarkan kembali kurikulum baru yang disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini merupakan usaha perbaikan yang dilakukan pemerintah dengan menetapkan satuan pendidikan untuk mengelola sendiri pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dilaksanakan dengan asumsi bahwa lembaga satuan pendidikanlah yang mengetahui potensi siswa serta mengenal siswa dan lingkungannya.
Selain dengan dikembangkannya kurikulum-kurikulum yang baru, usaha perbaikan mutu pengajaran bahasa Indonesia harus juga ditopang oleh buku pelajaran yang baik dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks sebagai buku penopang dalam pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting, yaitu untuk menentukan baik buruknya hasil pembelajaran yang dilakukan. Jika kualitas buku teks yang digunakan oleh sekolah baik, besar kemungkinan kualitas pengajaran bahasa Indonesia yang dilakukan juga akan baik. Namun, jika buku teks yang digunakan kurang baik atau bahkan buruk, pengajaran yang terjadi akan sangat sulit mencapai hasil yang diharapkan.
Berkenaan dengan pentingnya faktor buku teks dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang digunakan dalam pengajaran bahasa Indonesia, timbul pertanyaan apakah buku teks yang digunakan di sekolah-sekolah telah memenuhi standar mutu, baik dilihat dari tolok ukur kurikulum maupun teori-teori yang relevan. Untuk mengetahui hal tersebut, terlebih dahulu kita pahami tentang buku teks itu sendiri.
Pengertian Buku Teks
Pengertian buku teks telah banyak disampaikan oleh para pakar, yang di antaranya adalah menurut Hall-Quest (dalam Tarigan 1986:11). Menurutnya, buku teks adalah rekaman pikiran rasial yang disusun untuk maksud-maksud dan tujuan-tujuan instruksional. Lange (dalam Tarigan 1986:11) menjelaskan bahwa buku teks adalah buku standar, buku setiap cabang khusus, dan buku studi. Buku teks dapat terdiri dari dua tipe, yaitu buku pokok/utama dan suplemen/tambahan. Lebih terperinci lagi, Bacon (dalam Tarigan 1986:11) mengemukakan bahwa buku teks adalah buku yang dirancang untuk penggunaan di kelas, disusun dengan cermat serta dipersiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang tersebut, dan diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi.
Buckingham (dalam Tarigan 1986:11) mengatakan bahwa buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran dalam pengertian modern dan yang umum dipahami. Buku pelajaran adalah buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran (instruksional), berkaitan dengan bidang studi tertentu (Depdiknas 2004:4).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran yang disusun oleh para ahli atau pakar dalam bidangnya untuk menunjang program pengajaran yang telah digariskan oleh pemerintah.
Fungsi Buku Teks
Penyusunan buku teks dalam upaya pengembangan pembelajaran di sekolah tidaklah disusun tanpa fungsi yang jelas. Fungsi dan peranan buku teks itu adalah: (a) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pengajaran, serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan. (b) Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa. Selain itu, juga berfungsi sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan untuk memperoleh keterampilan-keterampilan ekspresional di bawah kondisi yang menyerupai kehidupan sebenarnya. (c) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi. (d) Metode dan sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Misalnya, harus menarik, menantang, merangsang, dan bervariasi sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk mempelajari buku teks tersebut. (e) Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis. (f) Di samping sebagai sumber bahan, buku teks juga berperan sebagai sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remidial yang serasi dan tepat guna (Green dan Petty, dalam Tarigan 1986).
Fungsi buku teks bagi guru adalah sebagai pedoman untuk mengidentifikasi apa yang harus diajarkan atau dipelajari oleh siswa, mengetahui urutan penyajian bahan ajar, mengetahui teknik dan metode pengajarannya, memperoleh bahan ajar secara mudah, dan menggunakannya sebagai alat pembelajaran siswa di dalam atau di luar sekolah (Krisanjaya 1997:85).
Fungsi buku teks bagi siswa adalah sebagai sarana kepastian tentang apa yang dipelajari, alat kontrol untuk mengetahui seberapa banyak dan seberapa jauh ia menguasai materi pelajaran, sebagai alat belajar (di luar kelas buku teks berfungsi sebagai guru) untuk dapat menemukan petunjuk, teori, konsep, dan bahan-bahan latihan atau evaluasi (Krisanjaya 1997:86).
Kualitas Buku Teks
Buku teks berkaitan erat dengan kurikulum yang berlaku. Buku teks yang baik harus relevan dan menunjang pelaksanaan kurikulum. Ada sebelas aspek untuk menentukan kualitas buku teks, yaitu: (1) memiliki landasan prinsip dan sudut pandang yang berdasarkan teori linguistik, ilmu jiwa perkembangan, dan teori bahan pembelajaran. (2) Memiliki konsep yang jelas. (3) Relevan dengan kurikulum yang berlaku. (4) Sesuai dengan minat siswa. (5) Menumbuhkan motivasi belajar. (6) Merangsang, menantang, dan menggairahkan aktivitas siswa. (7) Memiliki ilustrasi yang tepat dan menarik. (8) Mudah dipahami siswa, bahasanya memiliki karakter yang sesuai dengan enam tingkat perkembangan bahasa siswa (kalimat-kalimatnya efektif, terhindar dari makna ganda, sederhana, sopan, dan menarik). (9) Dapat menunjang mata pelajaran lain. (10) Menghargai perbedaan individu, kemampuan, bakat, minat, ekonomi, sosial dan budaya. (11) Memantapkan nilai-nilai budi pekerti yang berlaku di masyarakat (Tarigan 1986:22).
Hal-hal yang berhubungan dengan kualitas buku pelajaran menurut tim penilai buku ajar dapat dikelompokkan ke dalam empat aspek, yakni (1) isi atau materi pelajaran, (2) penyajian materi, (3) bahasa dan keterbacaan, dan (4) format buku atau grafika. Keempat aspek ini saling terkait satu sama lain (Depdiknas 2004:15). Dengan demikian, secara garis besar, standar buku pelajaran diukur melalui aspek isi atau materi, penyajian materi, bahasa, dan keterbacaan, serta grafik.
Spiralisasi
Untuk memudahkan siswa memperoleh pemahaman yang utuh dan berkesinambungan, penulis buku pelengkap perlu menata urutan penyajiannya berdasarkan prinsip-prinsip spiralisasi yang baik. Prinsip-prinsip itu adalah penjenjangan dan pembobotan (Abdussamad 2002:57). Prinsip penjenjangan mengharuskan materi diurutkan dari yang lebih mudah ke yang lebih sulit, dari yang harus dikuasai lebih dulu ke yang merupakan lanjutan, dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
Prinsip pembobotan menyangkut keluasan dan kedalaman materi yang harus disajikan pada setiap pembelajaran. Penerapan prinsip ini harus memperhitungkan kesinambungan program. Materi tertentu yang memiliki tingkat kesulitan tersendiri atau yang sangat memerlukan keterampilan, dapat diulang penyajiannya. Pengulangan penyajian itu hendaknya memperhitungkan keluasan dan kedalaman materi. Materi yang diulang harus lebih luas dalam hal bobotnya daripada penyajian sebelumnya atau merupakan pengembangan dari materi yang pernah disajikan sebelumnya
Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Ramlannarie
Alamat URL: http://ramlannarie.wordpress.com/2011/10/22/buku-teks-pelajaran-dan-peranannya/
Penulis: Ramlan Arie
Tanggal akses: 30 September 2013
POJOK BAHASA: MEMBANGUN BANGSA DENGAN BAHASA INDONESIA
Istilah pembangunan bangsa tidak hanya berkaitan dengan pembangunan di bidang ekonomi, tetapi juga di bidang politik, sosial, dan budaya. Ada tiga hal yang harus diperhatikan. Hal pertama yang paling penting adalah kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan satu sama lain. Semakin kita jauh dari proklamasi tahun 1945, mengharuskan kita untuk senantiasa memperkaya kosakata bahasa Indonesia karena permasalahan kita semakin banyak dan kompleks sifatnya. Yang juga penting adalah keterkaitan kita dengan daerah-daerah di seluruh Indonesia, di mana tidak bisa keputusan-keputusan itu dibuat sendiri oleh Jakarta, tetapi juga harus menyertakan keinginan dari berbagai pihak yang memiliki kepentingan dengan Indonesia. Dalam hal ini, peran bahasa Indonesia sangat penting agar tidak timbul kesalahpahaman.
Pada waktu ini, memang terjadi rebutan dalam penggunaan bahasa dari berbagai pihak untuk memahami apa yang terjadi di dunia. Termasuk di ASEAN, yaitu antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Kesulitan-kesulitan ini merupakan salah satu penyebab timbulnya penggunaan kosakata yang campur aduk di dalam siaran TV dan media lainnya. Bahasa yang campur aduk ini menjadi semakin sulit untuk dimengerti oleh rakyat.
Misalnya saja, mengatakan bahwa argumen yang disampaikan oleh pak menteri tidak mengandung nuansa yang aspiratif dan tidak solutif. Itu maksudnya apa? Dan banyak sekali kata-kata seperti itu.
Fenomena ini juga terjadi di Perancis. Orang Perancis sendiri merasa diserbu oleh kosakata bahasa Inggris. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat baru memiliki sekitar 90 ribu lema. Padahal, Roget's Thesaurus yang dijangkar di perpustakaan karena sangat mahal harganya, memiliki hampir satu kosakata. Itu sebabnya, bahasa Indonesia makin didesak oleh keperluan dari luar sehingga timbul penggunaan kosakata bahasa Inggris yang berlebih. Dan akhirnya, makin menyulitkan komunikasi kita dengan rakyat.
Yang kedua, semakin jauh kita berjalan, semakin banyak persoalan yang menimbulkan makin tingginya keperluan untuk senantiasa mengembangkan bahasa Indonesia. Contohnya, "Talk Show" yang kini banyak diselenggarakan oleh media elektronik menimbulkan banyak perdebatan atau polemik, baik di surat kabar maupun media digital seperti internet. Bahasa Indonesia akhirnya menjadi keperluan kita untuk membangun konsensus yang dikehendaki oleh musyawarah mufakat.
Tetapi, memang ada sisi negatifnya, yaitu dengan menyebarnya bahasa Indonesia ke seluruh pelosok nusantara, kini semakin banyak suku bangsa, daerah, dan kelompok agama yang mampu mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap satu sama lain. Dalam keadaan demikian, ada yang berpendapat konflik lebih mudah terjadi. Dahulu, tanpa bahasa pemersatu, masing-masing daerah akan sulit berkomunikasi apalagi menyatakan kemarahan. Misalnya, antara suku Banten Selatan dengan Tapanuli Utara atau daerah Minahasa dengan Bugis. Hal negatif lainnya adalah seperti dikemukakan oleh UNESCO, hampir 700 bahasa regional di Indonesia terancam punah.
Yang terakhir adalah, jika kita menengok dunia film, dunia sastra dan dunia teater, bahasa Indonesia membuat kesusastraan, kebudayaan, dan dunia seni Indonesia menjadi semakin kaya. Setiap lakon daerah kini bisa dibawa atau ditayangkan ke wilayah lainnya di Indonesia. Dengan teknologi multimedia, semakin banyak dorongan bagi para seniman untuk lebih kreatif menggapai pasar Indonesia yang luas ini.
Inilah tiga soal yang harus diperhatikan mengapa bahasa Indonesia memerlukan perluasan kosakata yang cepat dan terus-menerus sebagai bagian dari pilar pembangunan bangsa lewat pembangunan ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Bahasa Kita
Alamat URL: http://bahasakita.com/membangun-bangsa-dengan-bahasa-indonesia/
Penulis: Dr. Dorodjatun Kuntjoro
Tanggal akses: 02 Oktober 2013
Kontak: penulis(at)sabda.org
Redaksi: Yudo, Santi T., dan Berlin B.
Berlangganan: subscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-penulis(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-penulis/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >