Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.kristen@blogger.com
e-Leadership -- Potensi Kepemimpinan (I)
Edisi 142, 13 Mei 2013
Shalom,
Salah satu kualitas yang dimiliki seorang pemimpin adalah potensi di dalam dirinya. Saat ini, banyak bermunculan pemimpin yang berkarisma, tetapi tidak memiliki potensi menjadi pemimpin yang cakap. Ada juga pemimpin yang kurang mengenal dirinya sehingga tidak dapat menemukan dan menggali potensi dalam dirinya. Potensi tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan, tetapi lebih kepada kemampuan untuk mewujudkan harapan organisasi. Lalu, bagaimana menemukan dan mengembangkan potensi sebagai pemimpin? Ingin tahu jawabannya? Silakan menyimak sajian e-Leadership kali ini. Tuhan memberkati.
Pemimpin Redaksi e-Leadership,
Ryan
< ryan(at)in-christ.net >
< http://lead.sabda.org >
Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan. (Mazmur 118:5)
< http://alkitab.mobi/tb/Mzm/118/5/ >
ARTIKEL: MENINGKATKAN POTENSI KEPEMIMPINAN ANDA
Baru-baru ini, saya membaca buku "Spiritual Leadership" karya J. Oswald Sanders sementara saya mempelajari makalah yang saya tulis di seminari. Saya selalu menggumulkan gagasan tentang kepemimpinan jenis ini di gereja. Pada dasarnya, saya percaya bahwa semua orang Kristen adalah pemimpin dalam hal-hal tertentu. Setiap orang Kristen setidaknya memiliki pengaruh terhadap satu orang. Karena itu, bahkan jika hanya menjadi pemimpin bagi satu orang saja, mereka tetap dapat disebut sebagai pemimpin.
Hal yang saya gumulkan mengenai kepemimpinan, dalam gereja dan di antara orang-orang Kristen, adalah bahwa kita sering mengartikan kepemimpinan sebagai sesuatu yang mulia, bukan sebagai sebuah wujud penyangkalan diri. Saya mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Tom Lin beberapa minggu yang lalu sebagai tantangan bagi diri saya, "Gereja Amerika telah menjadikan kepemimpinan sebagai hal yang agung, sesuatu yang mengagumkan -- kita tidak pernah mengajar remaja-remaja kita untuk berani terlibat dalam penderitaan. Padahal, jika kita membaca Alkitab, Yesus justru meminta para pemimpin untuk menyangkal hal-hal yang paling mereka sukai."
Dengan memiliki gambaran kepemimpinan yang seperti itu dalam benak saya, maka saya dapat merasa nyaman berbicara tentang peningkatan potensi kepemimpinan dengan cara mencari hal-hal spesifik yang dapat menjadi pusat perhatian kita. Dengan memusatkan perhatian kepada hal-hal yang spesifik itu, kita dapat menggunakan pengaruh yang kita miliki dengan lebih baik lagi. Sementara gereja menyambut generasi milenium yang baru sebagai para pemimpin, masih banyak dari mereka yang tertinggal di luar dan sekarang mencari-cari sesuatu yang nantinya dapat menolong mereka untuk memimpin.
Mengapa kita berfokus pada potensi kepemimpinan, bukan pada kepemimpinan itu sendiri? Banyak orang, terutama orang-orang muda, hanya memiliki pengaruh terhadap sedikit orang, tetapi sedang mencari cara untuk mengembangkan kemampuan mereka untuk menjadi pemimpin yang kuat. Dengan demikian, fokus kita ada pada potensi itu.
Sanders menyoroti beberapa prinsip yang ia ambil dari Hudson Taylor (seorang misionaris Inggris terkenal yang melayani di Cina) tentang bagaimana cara para pemimpin meningkatkan potensi kepemimpinan mereka. Saya menemukan beberapa wawasan yang sangat berharga dalam keenam bidang yang menjadi pusat perhatian Sanders dengan komentar pribadi dari saya.
1. Organisasi
Para pemimpin yang baik memiliki kemampuan untuk menganalisis bidang mana saja yang berfungsi di bawah standar dan mampu membuat rencana untuk memperbaiki situasi tersebut. Sebuah organisasi gereja dan kepemimpinan rohani bukanlah hanya tentang (atau tidak harus melulu tentang) efisiensi semata, namun kita juga tidak boleh menerima inefisiensi begitu saja. Meningkatkan kualitas kepemimpinan berarti memberi fokus yang lebih pada rincian administrasi.
2. Fokus Rohani
Ke mana kita membawa orang-orang di sekitar kita? Saya menyukai pepatah yang berkata, "Air akan naik sampai setinggi sumbernya" sebagai pengingat yang berguna dalam hal ini. Kesehatan rohani orang-orang di sekitar kita harus menjadi perhatian utama. Sebab dengan kesehatan rohani itulah, mereka bisa menjadi pribadi yang benar-benar efisien. Meningkatkan kepemimpinan berarti kita memimpin orang lain kepada Allah, bukan kepada kita.
3. Level Keterlibatan
Dibutuhkan percakapan yang alot untuk membangun ataupun membangun kembali kepercayaan dan kejujuran. Pemimpin yang buruk menghindari percakapan yang alot. Ketika masalah diabaikan, moral akan jatuh, dan kinerja akan menurun. Gereja-gereja tempat saya beribadah, dibesarkan sebagai seorang anak pendeta, dan yang sekarang menjadi tempat pelayanan saya, banyak ditentukan oleh manuver politik yang menempatkan cengkeraman pada moral mereka yang terlibat dalam kepemimpinan gereja. Meningkatkan kepemimpinan berarti memahami tingkat moral orang-orang yang ada di sekitar dan sengaja berupaya meningkatkannya.
4. Hubungan
Para pemimpin yang bertumbuh harus semakin banyak berinvestasi ke dalam kehidupan orang-orang, bukan kepada struktur yang memberi mereka jabatan. Para pemimpin yang terbaik tahu bagaimana dan kapan perlu terlibat dengan orang-orang di sekitar mereka. Meningkatkan kepemimpinan berarti lebih memperhatikan hubungan-hubungan tersebut. Salah satu aspek dalam hubungan antarpribadi yang menantang saya akhir-akhir ini adalah dalam hal mendengarkan. Meskipun saya menyukai interaksi dengan orang lain, tetapi saya adalah seorang pendengar yang buruk. Henri Nouwen pernah berkata, "Keindahan dari mendengarkan orang lain adalah bahwa orang-orang yang didengarkan akan mulai merasa diterima, dan mulai menganggap kata-kata mereka lebih serius. Dengan demikian, mereka akan menemukan jati diri mereka."
5. Pemecahan Masalah
Pemimpin harus mampu memecahkan masalah yang sulit. Perhatikan kutipan ini, "Menciptakan masalah memang mudah, tetapi memecahkannya sulit." Hal ini sejalan dengan hal-hal sebelumnya, sebab pemecahan masalah selalu dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja administrasi, tingkatan moral, dan kualitas sebuah hubungan.
6. Penciptaan
Ini merupakan hal yang saya pergumulkan secara pribadi. Saya cenderung hebat dalam hal mewujudkan ide-ide, bukan menciptakannya. Karena itu, setiap minggu saya harus benar-benar memberi ruang pada diri saya untuk berpikir di luar kotak. Saya juga mencoba untuk bekerja sama dengan orang-orang di sekitar saya yang mampu menghasilkan ide-ide kreatif sepanjang waktu. "Mengkritik rencana lebih mudah daripada membuatnya," adalah kalimat yang baik untuk mengingatkan kita. Meningkatkan kepemimpinan berarti kita harus lebih sering menciptakan ide daripada mengkritiknya. (t/Jing Jing)
Diterjemahkan dari:
Nama Situs: Manofdepravity.com
Alamat URL: http://manofdepravity.com/2012/03/improving-leadership-potential/
Judul asli artikel: Improving Leadership Potential
Penulis: Tyler
Tanggal akses: 2 April 2013
KUTIPAN
Terkadang Allah membiarkan suatu proses berjalan begitu lambat untuk membuat iman kita yang kecil tumbuh lebih cepat. (Benny Solihin)
INSPIRASI: ORANG-ORANG MUDA PENUH POTENSI
Hananya, Misael, dan Azarya termasuk orang-orang yang diangkut ke pembuangan di Babel. Mereka masuk dalam kategori orang-orang muda. Kata Ibrani "yeled" biasanya dipahami sebagai pria yang masih berusia antara 15 sampai 18 tahun. Septuaginta memakai kata Yunani "neaniskos", sebuah kata yang juga dipakai dalam kisah "Orang Muda yang Kaya" (Matius 19:16-26). Di satu sisi, mereka adalah orang-orang yang belum berpengalaman. Di sisi lain, mereka adalah orang-orang yang penuh potensi. Aspesnas tahu akan potensi mereka, ia yakin orang-orang seperti merekalah yang diharapkan oleh Nebukadnezar untuk menjadi kaki tangannya.
Mereka adalah orang-orang muda yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan. Sebagai orang-orang yang "berdarah biru", tentu mereka pernah mengecap pendidikan yang lebih baik daripada orang muda Israel pada umumnya. Ini sesuai dengan rencana Nebukadnezar yang menginginkan supaya tulisan dan bahasa orang Kasdim diajarkan kepada mereka. Mereka adalah orang-orang muda yang tidak memiliki cela. Cela di sini bisa menunjuk kepada cacat fisik dan cacat moral. Orang-orang yang memiliki cacat fisik dianggap tidak layak berada di istana raja, apalagi jika cacatnya berkaitan dengan kelancaran proses belajar mengajar, seperti mata, telinga, dan tangan. Demikian juga dengan orang-orang yang memiliki cacat moral, tidak mungkin cocok untuk bekerja di istana. Ulangan 32:5 menjelaskan tentang orang-orang yang memiliki cacat moral, "Berlaku busuk terhadap Dia, mereka yang bukan lagi anak-anak-Nya, yang merupakan noda, suatu angkatan yang bengkok dan belat-belit." Mereka juga harus berperawakan baik. Memilih orang-orang muda yang berperawakan baik untuk dijadikan pegawai istana adalah kebiasaan di dunia Timur Dekat kuno. Secara intelektual, kualitas mereka tidak perlu diragukan lagi, sebab mereka adalah orang-orang muda yang memahami berbagai-bagai hikmat, yang berpengetahuan banyak, dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu. Sudah pasti mereka adalah orang-orang muda yang cerdas dan cerdik.
Ada hal-hal yang tidak mungkin dapat kita tiru dari teman-teman Daniel ini, yaitu mengenai latar belakang keluarga dan perawakan. Mungkin kita bukan orang yang berasal dari keluarga kerajaan, kita bukan seorang raden. Kita juga tidak memiliki perawakan yang baik. Bahkan, mungkin ada cacat dari salah satu anggota tubuh kita. Itu tidak masalah! Karena, persaingan di dunia modern tidak melulu berdasarkan garis keturunan dan keberadaan fisik. Akan tetapi, ada hal lain yang bisa kita teladani dari teman-teman Daniel, yaitu bermoral baik, cerdas, dan cerdik. Untuk bisa dipercaya di mana pun berada, kita harus bermoral baik, yaitu jujur, setia, tulus, dan tunduk bukan memberontak. Kita juga harus berwawasan luas, tidak "gaptek" dan tetap mau belajar. Niscaya, kita akan menjadi orang yang berguna di mana pun kita berada.
Diambil dan disunting dari:
Nama buku renungan: Manna Sorgawi, 02 Januari 2013
Judul asli artikel: Orang-orang Muda Penuh Potensi (Daniel 1:3-4, 6)
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: YPI Kawanan Kecil Divisi Renungan Harian, Jakarta Utara 2013
Kontak: leadership(at)sabda.org
Redaksi: Ryan, Davida, dan N. Risanti
Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
BCA Ps. Legi Solo; No. 0790266579 a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >