Anda terdaftar dengan alamat: iklanmdo.kristen@blogger.com
e-BinaAnak -- Mengajarkan Kemerdekaan Rohani kepada Anak (V)
600/Agustus/V/2012
DAFTAR ISI
ARTIKEL: MERDEKA DI DALAM KRISTUS
KESAKSIAN: KEMENANGAN DI DALAM KRISTUS
Shalom,
Sebagai orang percaya, kita diselamatkan oleh Kristus dan menerima Roh Allah dalam hidup kita. Roh Allah akan membebaskan kita dari perbudakan dosa dan hidup kita akan dimerdekakan oleh Kristus. Lalu, apa yang harus dilakukan oleh orang yang sudah merdeka di dalam Kristus? Simaklah artikel di bawah ini, dan jangan lewatkan kesaksian dari Soetgen -- orang percaya yang dipenjara karena imannya kepada Kristus. Selamat menyimak, Tuhan Yesus memberkati.
Staf Redaksi e-BinaAnak,
Santi Titik Lestari
< http://pepak.sabda.org/ >
ARTIKEL: MERDEKA DI DALAM KRISTUS
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan." (Galatia 5:13-15)
Pada umumnya, surat Paulus selalu dibagi menjadi dua garis besar, yaitu doktrin dan kewajiban-kewajiban praktis atau penerapan. Demikian juga, surat Galatia dibagi menjadi dua bagian. Pasal 1-4 bernada teologis dan pasal 5-6 bernada praktis. Banyak penyesatan terjadi karena mengabaikan ajaran yang benar, dan banyak pula orang yang tersandung karena melihat orang Kristen tidak berbuat seperti apa yang telah diajarkan. Apa yang kita lakukan harus ada dasar (doktrin), tetapi tidak cukup doktrin karena doktrin harus diwujudkan dalam kehidupan nyata. Kehidupan Kristen harus seimbang antara doktrin dan kewajiban. Antara pengakuan kepercayaan dan tingkah laku. Vincent Taylor mengatakan demikian, "Ujian bagi seorang teolog yang baik ialah: apakah teolog itu dapat menulis karangan yang sangat sederhana dan praktis? Artinya, dapatkah teolog tersebut membahasakan pemikirannya yang tinggi itu dalam bahasa sederhana yang dapat diterapkan dalam hidup orang awam?"
Dalam surat Galatia, Paulus mengajarkan tentang kemerdekaan Kristen. Para penganut Yudaisme beranggapan bahwa doktrin Paulus tentang kasih karunia sangat berbahaya karena doktrinnya menggantikan Hukum Taurat. Jika segala peraturan dan standar kita dihapuskan, maka jemaat Tuhan akan berantakan. Tentu tidak demikian! Anugerah Allah pasti memberikan tanggung jawab! Seseorang yang hidup di dalam anugerah Allah seharusnya memiliki komitmen yang tinggi, untuk lebih bertanggung jawab kepada Allah. Orang Kristen yang hidup dengan iman tak akan menjadi pemberontak.
Kata "merdeka" adalah kata yang indah untuk didengar. Merdeka adalah pengharapan bagi semua orang. Tak seorang pun yang rela diperbudak oleh orang lain. Semua ingin menikmati kemerdekaan karena setiap orang pasti merindukan kemerdekaan. Pertanyaannya, apakah benar orang yang hidup di negara merdeka dapat merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya? Bagaimana sikap yang seharusnya diwujudkan sebagai seorang yang merdeka?
1. Hidup sebagai Hamba Kebenaran
Setelah dosa-dosa kita diampuni saat kita percaya kepada Yesus Kristus, ada kemungkinan kita jatuh ke dalam berbagai perbudakan lain. Jika tidak hati-hati, kita bisa diperbudak oleh berbagai ajaran tradisi dan filsafat manusia yang menyesatkan. Seperti jemaat Galatia, mereka berada dalam bahaya untuk dibawa kembali ke dalam perbudakan Hukum Taurat. Maka, rasul Paulus dengan serius menasihati mereka untuk tidak membiarkan diri kembali diperbudak, sebaliknya mempertahankan kemerdekaan mereka dalam Kristus (Galatia 5:1). Mengapa? Orang Kristen adalah orang yang merdeka, sebab Yesus sudah mati di atas kayu salib. Ia telah mengalami pengampunan Allah dan sudah dibebaskan dari segala tuntutan serta ancaman Hukum Taurat. Hal ini bukan berarti bahwa seseorang dapat berbuat sesuka hatinya, untuk memenuhi segala keinginannya sesuai kehendaknya sendiri. Tidak!
Kemerdekaan orang Kristen bukanlah jalan untuk dapat berbuat dosa, melainkan kebebasan karena anugerah Allah untuk tidak berbuat dosa. Kebebasan tanpa batas selalu mengakibatkan pelampiasan keinginan daging (bd. Galatia 5:15). Tetapi, Roh Kudus, Pribadi ilahi adalah mitra orang percaya yang memungkinkan kita untuk mengalahkan keinginan daging. Oleh karena itu, betapa perlunya hidup kita dikontrol atau dipimpin oleh Roh Kudus (Galatia 5:16-26).
John Newton, penulis lagu Amazing Grace, memiliki pengalaman hidup yang kelam sebagai seorang penjual budak, namun ia tidak menyadari bahwa ia sendiri sebenarnya budak yang lebih menyedihkan. Ia memperbudak sesamanya, namun ia sendiri adalah budak dosa. Ketika ia berjumpa dengan Kristus, ia sangat mengucap syukur kepada Tuhan yang telah memerdekakannya dari perbudakan dosa. Lantas, ia menjadi hamba Tuhan.
2. Hidup dalam Kasih
Orang Kristen seharusnya memiliki jiwa seorang pelayan. Ungkapan layanilah memiliki arti melayani sebagai seorang budak. Hal ini dapat kita lakukan bila kita hidup di dalam kasih. Pada umumnya, ada banyak motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu kepada orang lain, dan bahkan cenderung untuk memanipulasi kasih. Karena ada maunya, maka ia melakukan itu. Ungkapan kasih di sini berarti tanpa pamrih atau rela berkorban. Ingat, kasih Yesus yang sudah dinyatakan bagi Anda! Apa pun yang dilakukan seseorang atas diri kita, entah itu perlakuan buruk namun kita akan tetap melakukan yang terbaik baginya, itulah wujud kasih. Seorang akan mampu mengasihi dengan baik bila ia sendiri mampu mengasihi dirinya sendiri secara sehat (Galatia 5:14). Kemerdekaan akan membawa kita untuk lebih mengasihi orang lain dan melalui kasih itu kita akan melayani mereka sebagai seorang hamba.
Diambil dan disunting dari:
Nama situs: ebahana.com
Alamat URL: http://www.ebahana.com/warta-1180-MERDEKA-DI-DALAM-KRISTUS.html
Penulis: Pdt. Henoch Edi Haryanto, M.Th
Tanggal akses: 02 Mei 2012
KESAKSIAN: KEMENANGAN DI DALAM KRISTUS
"Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana." (2 Korintus 2:14)
Namanya adalah Soetgen. Ia ditahan atas keyakinannya pada tahun 1559 dan terpisah dari keluarganya, termasuk suaminya, Claes. Ketika pihak berwenang mengeksekusi Claes, Soetgen merasa takut dan kesepian. Dari sel penjara di Ghent, Belgia, ia memandang kehidupan yang berlalu, dan ia mengetahui bahwa kehidupan itu tidak akan pernah menjadi miliknya lagi. Ia merasa bahwa dia tidak akan pernah melihat anak-anaknya lagi. Dengan berlinang air mata, ia menulis sepucuk surat yang menenangkan dan memberi semangat kepada anak-anaknya. Surat ini telah disimpan selama berabad-abad, dan surat itu mengajak kita untuk setia sekarang ini.
Ia menulis, "Karena menyenangkan bagi Tuhan, untuk menarikku dari dunia ini. Aku akan meninggalkan bagi kalian suatu kenangan, bukan perak maupun emas, karena permata-permata seperti itu bisa hilang. Tetapi, aku ingin menuliskan permata di dalam hati kalian, yaitu Sabda Kebenaran."
Dalam saat-saat yang terakhir, Soetgen tidak memikirkan penderitaan dan kematiannya yang mendekat. Ia merindukan anak-anaknya agar setia kepada Kristus yang dikasihinya. Ia rindu agar mereka mengalami kasih karunia-Nya, setia pada kebenaran-Nya. Suratnya berlanjut dengan kata-kata meneguhkan ini: "Aku memercayakan kalian kepada Tuhan... Biarlah Ia menjaga kalian sampai akhir kehidupan. Biarlah Dia menuntun kalian ke Yerusalem Baru, agar kita bisa melihat satu sama lain dengan sukacita pada hari kebangkitan."
Ketidakberdayaan bisa saja dialami Soetgen. Dia bisa saja hancur luluh. Gantinya, ia menulis sepucuk surat penuh kasih dan keyakinan.
Tepat sebelum kematiannya, Soetgen menerima surat yang menguatkan dari putrinya, Betgen. Ya, gadis kecilnya yang tersayang masih bergantung kepada Kristus. Ya, iman yang sama masih membara di dalam hatinya. Ya, kasih yang sama kepada Kristus masih memenuhi kehidupannya.
Pada tanggal 27 November 1560, Soetgen dibakar karena disebut sebagai seorang "murtad". Kata-kata perpisahannya kepada anak-anaknya, yang terburu-buru ditulis dengan gemetar adalah, "Dengan ini, aku menitipkan kalian kepada Tuhan dan pada pekerjaan kasih karunia-Nya."
Tidak ada yang lebih berharga daripada hubungan kita dengan Kristus. Tidak ada hubungan lain yang lebih penting. Mengenal Dia adalah prioritas hidup paling penting. Menggema dan menggema kembali selama berabad-abad dari sel penjara Belgia yang lembab, kesaksian kehidupan seorang martir setia, mendesak kita untuk "mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya" (Matius 6:33).
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Arti Hidupku
Alamat URL: http://www.artihidupku.com/home/index.php?view=article&id=466:kemenangan-di-dalam-kristus
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 15 Juni 2012
Kontak: < binaanak(at)sabda.org >
Redaksi: Davida Welni Dana, Santi Titik Lestari, dan Melina Martha
Tim editor: Davida Welni Dana, Novita Yuniarti, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/binaanak >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >