e-Konsel -- Asal Mula Natal
Edisi 271/Desember 2011
DAFTAR ISI
RENUNGAN: HADIAH SEMPURNA
CAKRAWALA: NATAL: SAAT UNTUK MEMBERI DAN SAAT UNTUK MENERIMA
ULASAN SITUS: SUNRISE COUNSELLING
Salam kasih dalam Kristus,
Tatkala memasuki tahun baru, kita mungkin berpikir bahwa masih ada banyak waktu untuk mengerjakan rencana-rencana baru. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, tanpa disangka-sangka kini kita sudah masuk di penghujung tahun 2011. Dalam perjalanan tahun ini, kita semua tentu pernah mengalami kegagalan dan keberhasilan dalam melakukan resolusi dan rencana-rencana kita. Bagaimana pun keadaan kita saat ini, sekiranya tidak menghalangi kita untuk terus bersyukur atas penyertaan Tuhan. Lebih-lebih ketika Natal menjelang.
Untuk menemani Anda dalam memasuki bulan Desember, e-Konsel menghadirkan renungan Natal dan artikel mengenai makna Natal sebagai waktu untuk memberi dan menerima. Kiranya sajian kami dapat mengobarkan semangat Natal yang baru di dalam hati Anda, sehingga Natal tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di kolom Ulasan Situs, kami juga memperkenalkan situs konseling berbahasa Inggris. Kami harap informasi ini bermanfaat bagi Anda maupun pelayanan Anda di bidang konseling. Mari sebarkan semangat Natal dan tetap semangat memberitakan Kabar Baik. Imanuel.
Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >
RENUNGAN: HADIAH SEMPURNA
"Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani... jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati... siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita." (Roma 12:7-8)
Pada masa pemberian hadiah di Natal ini, kebanyakan dari kita sibuk mencari hadiah paling sempurna yang sulit diperoleh. Izinkan saya mengingatkan Anda, bahwa Anda sudah memiliki hadiah paling ideal untuk diberikan.
Anda tidak harus pergi ke pusat pertokoan terdekat untuk menemukannya. Anda tidak perlu mencarinya di katalog. Hadiah itu sudah ada di rumah Anda. Hadiah itu sangat berharga tetapi tidak ada label harganya. Ukurannya tidak pernah salah. Anda tidak perlu memasang bagian apa pun. Anda bahkan tidak perlu membungkusnya dengan kertas kado yang indah.
Hadiah sempurna itu adalah diri Anda sendiri!
Natal adalah saat yang menyenangkan untuk mengadakan perayaan, namun bagi banyak orang Natal adalah hari yang sunyi. Di sekitar kita ada orang-orang yang membutuhkan kata-kata penguatan. Jadi, daripada membeli barang-barang yang tidak bertahan lama, cobalah berikan sesuatu dari diri Anda -- sebuah senyuman, kata-kata yang manis, sebuah kartu ucapan, atau kunjungan. Sesungguhnya inilah hadiah yang selalu memberi.
Renungan pribadi:
Cara kreatif apa yang bisa saya berikan dari diri sendiri pada hari Natal ini? (t/Yudo)
Diterjemahkan dari:
Judul buku: Keeping It Personal; Daily Wisdom for Today's Woman
Judul asli artikel: The Perfect Gift
Edisi: December 22
Penulis: Joan Horner
Penerbit: Premier Design, Texas 2006
CAKRAWALA: NATAL: SAAT UNTUK MEMBERI DAN SAAT UNTUK MENERIMA
"Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima." Peribahasa ini secara terus-menerus diajarkan di seluruh pendidikan Kristen kita -- lebih banyak memberi daripada menerima. Barangkali, fokus utamanya adalah agar kita tidak mengutamakan diri kita sendiri atau tidak menjadi penerima, karena ada sebuah anggapan yang mengatakan bahwa sifat alami kita pada dasarnya egois. Tampaknya, penekanan pada lebih banyak memberi dimaksudkan untuk mengimbangi pemusatan kita pada diri sendiri, tetapi di satu sisi, hal ini bisa membingungkan. Hal ini tampaknya menimbulkan suatu keyakinan, bahwa orang-orang benar seharusnya tidak menerima, kecuali memang benar-benar perlu; mereka seharusnya hanya memiliki sedikit keinginan untuk menerima, kalaupun keinginan itu ada. Hal ini membuat banyak orang Kristen mempermasalahkan boleh tidaknya menerima pujian dan hadiah-hadiah bagus lainnya yang pantas. Apabila mereka menerima, beberapa orang meyakini bahwa mereka juga harus menunjukkan kerendahan hati yang sungguh-sungguh. Terkadang, orang-orang yang menerima sesuatu tidak melakukan dengan tulus atau melakukannya dengan disertai rasa bersalah, malu, dan tidak layak. Semuanya ini justru membatasi kebahagiaan yang diharapkan dalam menerima.
Mengapa kita memberikan kata-kata pujian atau hadiah-hadiah kepada orang lain? Karena kita ingin orang lain merasakan sukacita, dan hal ini juga akan memberikan kebahagiaan yang sama bagi kita. Kita tentu tidak ingin orang yang menerima hadiah dari kita merasa tidak nyaman. Kita ingin mereka bahagia dan menerima pemberian kita dari hati dengan lega. Saya bertanya-tanya, seberapa sering kita menerima dengan sikap seperti itu. Seberapa sering kita bisa menerima dengan lega, tanpa ada perasaan atau perkataan menggelisahkan seperti "Kamu seharusnya tidak menerimanya!" atau "Aku tidak memintamu menerima hadiah" atau pemikiran yang tak terucap untuk tidak terlalu menikmati hadiah seperti orang lain?
Untuk menjadi seperti Allah, kita juga harus sungguh-sungguh mengalami dan menikmati, baik dalam hal memberi maupun menerima. Dia juga menghendaki kita untuk hidup bahagia dan bergembira karena anugerah-anugerah-Nya yang sangat berharga. Tanpa ragu Dia mengharapkan kita untuk menerima, sama seperti Dia menerima pujian dan penyembahan kita dengan terbuka dan senang hati. Saya teringat seorang dekan di kampus saya, yang memimpin kira-kira 40 mahasiswa di persekutuan yang sangat informal dan dinamis, saat kami duduk di lantai sambil membicarakan tentang kehidupan. Beberapa potong roti diedarkan dan masing-masing mengambil sebagian kecil, namun tak disangka dekan itu mengambil segenggam roti. Ketika saya menanyakan mengapa dia mengambil sebanyak itu, dia menjawab, "Saya ingin mendapatkan Yesus sebanyak yang bisa saya dapatkan."
Sikap menerima tanpa terpaksa, bukan hanya memberi, dari hati dan pikiran yang tulus murni, harus menjadi respons konsisten kita terhadap orang-orang yang memberikan kata-kata pujian dan hadiah-hadiah yang berharga kepada kita. Hal ini memang benar, khususnya selama Natal ini, ketika kita mengingat Allah yang telah memberikan hadiah terbaik-Nya bagi orang-orang yang Dia kasihi, termasuk Anda.
Hati yang menerima dengan ucapan syukur itu benar adanya. (t/Setya)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: The Center For Christian Counseling and Relationship Development
Alamat URL: http://cccrd.blogspot.com/2010/12/christian-counseling-christmas-time-to.html
Judul asli artikel: Christian Counseling -- Christmas: A Time to Give and A Time to Take
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 15 November 2011
ULASAN SITUS: SUNRISE COUNSELLING
Apakah Anda merasa tidak diperhatikan? Apakah Anda merasa tidak memiliki seorang pun untuk mendengarkan dan mengerti perasaan Anda? Jika demikian, cobalah berkunjung ke situs-situs konseling. Salah satunya adalah situs Sunrise Counselling.
Melalui situs ini, Anda bisa berbicara atau mengeluarkan kegelisahan dan kepenatan yang Anda alami, dan Anda bisa mendapatkan pilihan solusi untuk mengatasi masalah Anda. Cukup dengan mengirimkan formulir data diri, Anda akan segera dilayani oleh Rev. Dawn Sutton. Pelayanan yang mereka berikan bisa dikirim melalui email atau pesan singkat melalui ruang percakapan (chat room). Selain pelayanan terapi, situs ini juga menawarkan berbagai bahan konseling. Sayangnya, bahan-bahan tersebut tidak disediakan secara langsung dalam situs ini, tetapi dalam situs-situs tautan yang ditampilkan dalam situs ini. Menu menarik lainnya dalam situs ini adalah adanya kuis yang berguna untuk menguji kepribadian dan pengetahuan kita, khususnya dalam bidang konseling. (SS)
==> < http://sunrisecounselling.com/index.html >
Tanggal akses: 9 Agustus 2011
Edisi 271/Desember 2011
DAFTAR ISI
RENUNGAN: HADIAH SEMPURNA
CAKRAWALA: NATAL: SAAT UNTUK MEMBERI DAN SAAT UNTUK MENERIMA
ULASAN SITUS: SUNRISE COUNSELLING
Salam kasih dalam Kristus,
Tatkala memasuki tahun baru, kita mungkin berpikir bahwa masih ada banyak waktu untuk mengerjakan rencana-rencana baru. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, tanpa disangka-sangka kini kita sudah masuk di penghujung tahun 2011. Dalam perjalanan tahun ini, kita semua tentu pernah mengalami kegagalan dan keberhasilan dalam melakukan resolusi dan rencana-rencana kita. Bagaimana pun keadaan kita saat ini, sekiranya tidak menghalangi kita untuk terus bersyukur atas penyertaan Tuhan. Lebih-lebih ketika Natal menjelang.
Untuk menemani Anda dalam memasuki bulan Desember, e-Konsel menghadirkan renungan Natal dan artikel mengenai makna Natal sebagai waktu untuk memberi dan menerima. Kiranya sajian kami dapat mengobarkan semangat Natal yang baru di dalam hati Anda, sehingga Natal tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di kolom Ulasan Situs, kami juga memperkenalkan situs konseling berbahasa Inggris. Kami harap informasi ini bermanfaat bagi Anda maupun pelayanan Anda di bidang konseling. Mari sebarkan semangat Natal dan tetap semangat memberitakan Kabar Baik. Imanuel.
Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >
RENUNGAN: HADIAH SEMPURNA
"Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani... jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati... siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita." (Roma 12:7-8)
Pada masa pemberian hadiah di Natal ini, kebanyakan dari kita sibuk mencari hadiah paling sempurna yang sulit diperoleh. Izinkan saya mengingatkan Anda, bahwa Anda sudah memiliki hadiah paling ideal untuk diberikan.
Anda tidak harus pergi ke pusat pertokoan terdekat untuk menemukannya. Anda tidak perlu mencarinya di katalog. Hadiah itu sudah ada di rumah Anda. Hadiah itu sangat berharga tetapi tidak ada label harganya. Ukurannya tidak pernah salah. Anda tidak perlu memasang bagian apa pun. Anda bahkan tidak perlu membungkusnya dengan kertas kado yang indah.
Hadiah sempurna itu adalah diri Anda sendiri!
Natal adalah saat yang menyenangkan untuk mengadakan perayaan, namun bagi banyak orang Natal adalah hari yang sunyi. Di sekitar kita ada orang-orang yang membutuhkan kata-kata penguatan. Jadi, daripada membeli barang-barang yang tidak bertahan lama, cobalah berikan sesuatu dari diri Anda -- sebuah senyuman, kata-kata yang manis, sebuah kartu ucapan, atau kunjungan. Sesungguhnya inilah hadiah yang selalu memberi.
Renungan pribadi:
Cara kreatif apa yang bisa saya berikan dari diri sendiri pada hari Natal ini? (t/Yudo)
Diterjemahkan dari:
Judul buku: Keeping It Personal; Daily Wisdom for Today's Woman
Judul asli artikel: The Perfect Gift
Edisi: December 22
Penulis: Joan Horner
Penerbit: Premier Design, Texas 2006
CAKRAWALA: NATAL: SAAT UNTUK MEMBERI DAN SAAT UNTUK MENERIMA
"Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima." Peribahasa ini secara terus-menerus diajarkan di seluruh pendidikan Kristen kita -- lebih banyak memberi daripada menerima. Barangkali, fokus utamanya adalah agar kita tidak mengutamakan diri kita sendiri atau tidak menjadi penerima, karena ada sebuah anggapan yang mengatakan bahwa sifat alami kita pada dasarnya egois. Tampaknya, penekanan pada lebih banyak memberi dimaksudkan untuk mengimbangi pemusatan kita pada diri sendiri, tetapi di satu sisi, hal ini bisa membingungkan. Hal ini tampaknya menimbulkan suatu keyakinan, bahwa orang-orang benar seharusnya tidak menerima, kecuali memang benar-benar perlu; mereka seharusnya hanya memiliki sedikit keinginan untuk menerima, kalaupun keinginan itu ada. Hal ini membuat banyak orang Kristen mempermasalahkan boleh tidaknya menerima pujian dan hadiah-hadiah bagus lainnya yang pantas. Apabila mereka menerima, beberapa orang meyakini bahwa mereka juga harus menunjukkan kerendahan hati yang sungguh-sungguh. Terkadang, orang-orang yang menerima sesuatu tidak melakukan dengan tulus atau melakukannya dengan disertai rasa bersalah, malu, dan tidak layak. Semuanya ini justru membatasi kebahagiaan yang diharapkan dalam menerima.
Mengapa kita memberikan kata-kata pujian atau hadiah-hadiah kepada orang lain? Karena kita ingin orang lain merasakan sukacita, dan hal ini juga akan memberikan kebahagiaan yang sama bagi kita. Kita tentu tidak ingin orang yang menerima hadiah dari kita merasa tidak nyaman. Kita ingin mereka bahagia dan menerima pemberian kita dari hati dengan lega. Saya bertanya-tanya, seberapa sering kita menerima dengan sikap seperti itu. Seberapa sering kita bisa menerima dengan lega, tanpa ada perasaan atau perkataan menggelisahkan seperti "Kamu seharusnya tidak menerimanya!" atau "Aku tidak memintamu menerima hadiah" atau pemikiran yang tak terucap untuk tidak terlalu menikmati hadiah seperti orang lain?
Untuk menjadi seperti Allah, kita juga harus sungguh-sungguh mengalami dan menikmati, baik dalam hal memberi maupun menerima. Dia juga menghendaki kita untuk hidup bahagia dan bergembira karena anugerah-anugerah-Nya yang sangat berharga. Tanpa ragu Dia mengharapkan kita untuk menerima, sama seperti Dia menerima pujian dan penyembahan kita dengan terbuka dan senang hati. Saya teringat seorang dekan di kampus saya, yang memimpin kira-kira 40 mahasiswa di persekutuan yang sangat informal dan dinamis, saat kami duduk di lantai sambil membicarakan tentang kehidupan. Beberapa potong roti diedarkan dan masing-masing mengambil sebagian kecil, namun tak disangka dekan itu mengambil segenggam roti. Ketika saya menanyakan mengapa dia mengambil sebanyak itu, dia menjawab, "Saya ingin mendapatkan Yesus sebanyak yang bisa saya dapatkan."
Sikap menerima tanpa terpaksa, bukan hanya memberi, dari hati dan pikiran yang tulus murni, harus menjadi respons konsisten kita terhadap orang-orang yang memberikan kata-kata pujian dan hadiah-hadiah yang berharga kepada kita. Hal ini memang benar, khususnya selama Natal ini, ketika kita mengingat Allah yang telah memberikan hadiah terbaik-Nya bagi orang-orang yang Dia kasihi, termasuk Anda.
Hati yang menerima dengan ucapan syukur itu benar adanya. (t/Setya)
Diterjemahkan dari:
Nama situs: The Center For Christian Counseling and Relationship Development
Alamat URL: http://cccrd.blogspot.com/2010/12/christian-counseling-christmas-time-to.html
Judul asli artikel: Christian Counseling -- Christmas: A Time to Give and A Time to Take
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 15 November 2011
ULASAN SITUS: SUNRISE COUNSELLING
Apakah Anda merasa tidak diperhatikan? Apakah Anda merasa tidak memiliki seorang pun untuk mendengarkan dan mengerti perasaan Anda? Jika demikian, cobalah berkunjung ke situs-situs konseling. Salah satunya adalah situs Sunrise Counselling.
Melalui situs ini, Anda bisa berbicara atau mengeluarkan kegelisahan dan kepenatan yang Anda alami, dan Anda bisa mendapatkan pilihan solusi untuk mengatasi masalah Anda. Cukup dengan mengirimkan formulir data diri, Anda akan segera dilayani oleh Rev. Dawn Sutton. Pelayanan yang mereka berikan bisa dikirim melalui email atau pesan singkat melalui ruang percakapan (chat room). Selain pelayanan terapi, situs ini juga menawarkan berbagai bahan konseling. Sayangnya, bahan-bahan tersebut tidak disediakan secara langsung dalam situs ini, tetapi dalam situs-situs tautan yang ditampilkan dalam situs ini. Menu menarik lainnya dalam situs ini adalah adanya kuis yang berguna untuk menguji kepribadian dan pengetahuan kita, khususnya dalam bidang konseling. (SS)
==> < http://sunrisecounselling.com/index.html >
Tanggal akses: 9 Agustus 2011